Cahaya Ramadhan
Fikih Milenial: Adab Belajar (Kuliah) Online
Pembelajaran secara online juga majelis ilmu seperti pertemuan tatap muka.
Diasuh oleh Ustaz Dr ONI SAHRONI MA
Ada banyak serba-serbi saat belajar online. Selain pembelajaran yang mudah dan efisien bagi guru dan pelajar, ada pula pemandangan lain. Seperti, hadir di awal pertemuan tetapi sambil istirahat, HP ditinggal untuk mengerjakan aktivitas lain, hadir menyimak dengan pakaian apa adanya, atau video yang tak diaktifkan sehingga tidak diketahui menyimak atau tidak.
Jika para ulama menjelaskan adab belajar di majelis ilmu, pembelajaran yang menggunakan sarana online (seperti yang dilakukan saat pandemi Covid-19) itu juga majelis ilmu seperti pertemuan tatap muka. Walaupun model dan gaya pembelajaran online berbeda, adab-adabnya harus tertunaikan.
Di antara adab-adab tersebut:
Pertama, motivasi belajar karena Allah, seperti belajar untuk membekali diri agar melakukan aktivitas sesuai tuntunan, bekerja dan menghidupi keluarga, atau menunaikan pengetahuan yang diterimanya.
Kedua, memilih pengetahuan yang bermanfaat dan prioritas serta guru (tempat belajar) rujukan.
Ketiga, berakhlak dengan sifat-sifat dasar yang baik serta menghindarkan diri dari sifat yang tidak baik, seperti hanya mengonsumsi makanan dan minuman yang halal.
Keempat, menunaikan adab-adab terhadap guru dan sivitas akademika, termasuk yang ikut terlibat dalam pembelajaran, seperti cleaning service, tenaga administrasi, tukang kebun.
Di antara adab tersebut adalah:
(A) Santun dalam berpakaian dengan menggunakan pakaian yang sesuai dengan kelaziman. Misalnya, peserta menghidupkan video sehingga guru bisa melihat siswa dan santri seakan-akan dalam satu ruang belajar.
(B) Santun dalam bertutur kata dan prilaku, termasuk saat menyampaikan pendapat, pertanyaan, serta menyanggah, termasuk saat posisi menyimak dan mendengarkan melalui online tersebut.
(C) Disiplin dari sejak awal pembelajaran hingga akhir kecuali ada uzur dengan meminta izin kepada penyelenggara.
(D) Serius dan bersunguh-sungguh. Seperti fokus menyimak, menulis, dan mencatat agar paham dan menguasai materi secara maksimal. Juga tidak belajar dalam kondisi terlalu kenyang. Sebaliknya, tidak meremehkan materi, tetapi merasa butuh dan ingin tahu (istifadah) terhadap ilmu yang disampaikan.
Idris bin Abdul Karim berkata, "Ahmad bin Hanbal hadir mendengarkan hadis Abi 'Awwanah, maka saya mengangkat tempat duduknya, tetapi ia menolak. Ia mengatakan: 'Saya hanya ingin duduk di depanmu (di depan ustaz) karena kami harus tawadhu kepada para guru kami'."
Umar bin Khattab berkata, "Pelajarilah ilmu dan hadirkanlah sikap tenang dan tawadhu kepada para guru, dan begitu pula orang yang belajar kepada kalian. Dan jangan jadi orang yang sombong kepada guru." Khatib al-Baghdadi mengatakan, "Setiap pelajar belajar serius; tidak melakukan aktivitas lain yang tidak bermanfaat, dan bercanda karena mengurangi wibawa."
Dan Muhammad Abdul `Athi menyampaikan alasan, "Karena jika ilmu bertemu dengan tanah yang subur maka dia akan tumbuh bersemi dan berbuah. Sebaliknya, jika bertemu dengan tanah yang kering dan gersang maka tidak ada faedah dan tidak ada manfaatnya."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN
Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.