Petani membajak sawah tadah hujan dengan menggunakan traktor tangan di Desa Suak Timah, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (18/4/2020). Data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Barat menyebutkan sebanyak 17 | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Opini

Logistik Pangan Presisi Tinggi

Oleh YANDRA ARKEMAN, Profesor Teknologi Industri Pertanian; Peneliti Artificial Intelligence dan Blockchain, IPB

Oleh YANDRA ARKEMAN, Profesor Teknologi Industri Pertanian; Peneliti Artificial Intelligence dan Blockchain, IPB

 

Beberapa hari lalu, Presiden Jokowi meminta perhitungan stok bahan pangan dilakukan cermat dan tidak dilebih-lebihkan. Ini untuk memastikan, Indonesia memiliki pasokan bahan pangan yang memadai untuk beberapa bulan ke depan. 

Sebenarnya, untuk memastikan stok bahan pangan aman, kita tidak bisa hanya menghitung dari aspek pasokan. Kita harus menghitung juga dari aspek lain di sepanjang sistem logistik pangan, yaitu permintaan dan penyaluran.

Semuanya harus dihitung cermat dan tidak dilebih-lebihkan, yang dalam era teknologi digital disebut presisi tinggi. Sehingga untuk memastikan negara kita memiliki pasokan pangan memadai, kita harus mempunyai sistem logistik pangan presisi tinggi.

Apalagi, saat bersamaan kita menghadapi Hari Raya Idul Fitri yang selalu menyebabkan lonjakan permintaan bahan pangan. Dalam keadaan ideal, jumlah pasokan sama dengan jumlah permintaan, yang membuat harga stabil dan kebutuhan konsumen terpenuhi.

Jadi, tidak ada kelangkaan bahan pangan dan inflasi yang disebabkan pangan. Namun, ini sulit dicapai bahkan dalam keadaan normal, tidak ada pandemi atau bencana sekalipun.

Penyebabnya, fluktuasi permintaan dan pasokan yang terjadi secara alami akibat dinamika pasar, seperti menjelang hari besar keagamaan nasional, panen raya, atau kekeringan. Kelangkaan juga bisa akibat kebocoran di sepanjang rantai pasok pangan.

Kebocoran bisa disebabkan ketidaksengajaan karena ketidaktahuan. Bisa juga karena kesengajaan yang dilakukan orang yang ingin memperkaya diri. Tindakan itu merupakan kejahatan besar yang perlu ditumpas.

Pada masa pandemi atau bencana nasional, fluktuasi permintaan dan pasokan menjadi lebih tajam dan tak menentu. Pada keadaan ekstrem seperti pandemi Covid-19 sekarang ini, permintaan bisa melonjak sangat tinggi.

Itu disebabkan kekhawatiran masyarakat sehingga melakukan panic buying. Selain itu, jumlah pasokan bisa berkurang akibat tenaga kerja yang turun ke sawah berkurang, naiknya harga sarana produksi pertanian, juga terhentinya impor.

photo
Personel TNI memasukan beras kedalam mesin ATM Pertanian Sikomandan di Kodim 0508/Depok, Jawa Barat, Senin (27/4). Kementerian Pertanian menempatkan ATM beras gratis di sejumlah Kodim di wilayah Jabodetabek yang menyediakan 1,5 ton beras per harinya untuk 1000 warga sebagai upaya membantu masyarakat miskin yang terkena dampak COVID-19 - (Republika/THoudy Badai)

 

Di sepanjang rantai pasok pangan, bisa saja banyak orang memancing di air keruh. Mereka melakukan berbagai macam bentuk kecurangan, manipulasi, kejahatan, bahkan terorisme yang menyebabkan kebocoran atau inefisiensi aliran pangan.

Untuk mencegah dan menghadapi semua itu, perlu dibuat sistem logistik pangan presisi tinggi yang bisa menghitung stok pangan dengan akurat dan terkini (real time).

Sistem logistik pangan presisi tinggi ini tentu saja tidak bisa dibuat tanpa kehadiran teknologi digital maju, seperti kecerdasan buatan (AI), machine learning, blockchain, Internet of Things (IoT), dan big data analytic.

Pada dasarnya, ada tiga komponen yang harus ada dalam sistem logistik pangan presisi tinggi. Pertama, sistem untuk menghitung dan memprediksi ketersediaan pasokan bahan pangan secara akurat, faktual, dan dengan data terkini.

Untuk menghitung stok pangan dengan akurat diperlukan sistem verifikasi data berbasiskan AI. Salah satunya, autoencoder. Algoritma dalam autoencoder dapat mengidentifikasi secara cerdas jika terjadi anomali data.

Alat ini dapat melacak, apakah anomali tersebut alami (disebabkan perubahan lingkungan, bencana alam misalnya) atau tidak alami, seperti kesalahan alat, kesalahan pemasukan data, atau kesengajaan manusia.

photo
Pekerja mengemas beras ke dalam plastik di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (27/4/2020). Pemerintah menjamin ketersediaan pangan selama bulan Ramadhan di tengah pandemi COVID-19 tetap aman dengan total stok beras mencapai 15 juta ton yang cukup hingga beberapa bulan ke depan dan diperkirakan masih surplus antara enam hingga tujuh ton lebih - (Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO)

 

Prediksi stok pangan untuk beberapa bulan ke depan, hanya dapat dilakukan jika kita telah memastikan data yang diperoleh itu benar dan valid. Jika tidak, hasil prediksi kita akan sia-sia.

Untuk meramalkan pasokan beberapa bulan ke depan, dapat digunakan salah satu varian deep learning, yaitu recurrent neural networks (RNN). Dalam masa pandemi, berbagai pengubah peramalan bersifat sangat fluktuatif dan dinamis.

Sebagai contoh, produksi pertanian dapat terganggu dengan berkurangnya tenaga kerja akibat PSBB atau mahalnya harga sarana produksi pertanian. Selain itu, impor juga bisa terhenti atau dibuka lagi sewaktu-waktu akibat lockdown di negara-negara lain.

Dengan menggunakan deep learning, perubahan-perubahan ini dapat diakomodasi sistem dengan baik sehingga hasil prediksi akan selalu baru. Demikian juga, jika terjadi hal-hal positif di dalam negeri. Misalnya, ditemukan makanan inovatif pengganti beras, sistem pertanian hemat tenaga kerja manusia, pemanfaatan masif lahan pekarangan, ini akan diperhitungkan dengan cermat oleh deep learning sehingga stok pangan bisa dihitung secara objektif.

Selain akurasi dan validasi data, sistem logistik presisi tinggi harus mampu mengidentifikasi dan mencegah kebocoran dalam “pipa” distribusi bahan pangan dengan menggunakan blockchain, yang menyokong keterbukaan, transparansi, dan keaslian.

Pada prinsipnya, blockchain adalah sistem pencatatan data yang tidak bisa diubah siapa pun karena dilindungi sistem peer to peer (P2P) yang terdistribusi dan teknik kriptogragfi yang tangguh.

Jadi, blockchain akan memastikan tidak ada kecurangan dalam semua transaksi di sepanjang rantai pasok. Artinya, blockchain bisa memastikan semua pasokan akan sampai di tangan konsumen dalam jumlah dan mutu yang telah ditentukan.

Jika ada kecurangan, akan terlihat jelas. Perubahan pencatatan tidak mungkin dilakukan karena blockchain/memiliki sistem penyimpanan dara yang irreversible (kekal).

Penggunaan blockchain untuk menangani sistem logistik dan rantai pasok pangan saat pandemi Covid-19, sudah dimulai di berbagai negara.

Sebagai contoh, majalah Coin Desk (7 April 2020) dalam sebuah artikelnya menyatakan, World Economic Forum (WEF) sedang melirik blockchain sebagai teknologi yang bisa menyelamatkan rantai pasok pangan global saat pandemi Covid-19.

Di AS, sekarang dikenal profesi baru, yaitu blockchain managers for food and agriculture, khusus untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Sistem logistik pangan presisi tinggi juga harus mampu melakukan perhitungan permintaan konsumen dengan akurat dan terkini. Dalam keadaan pandemi, sebagian masyarakat berada di daerah episentrum.

Masyarakat di daerah ini harus mendapatkan prioritas, baik dalam jumlah maupun kandungan gizi pangan. Kita tahu orang sakit perlu makanan lebih mencukupi dan bergizi untuk memulihkan kesehatannya.

Demikian juga, orang sehat di daerah pandemi, perlu asupan gizi baik dengan jumlah cukup untuk meningkatkan imunitas tubuh. Jadi, jumlah dan nilai gizi pangan yang dibutuhkan masyarakat juga harus dihitung dengan cermat dan presisi.

Kalau dilakukan sembarangan, terjadi ketimpangan pasokan dan gizi. Maka itu, perlu sistem pemetaan wilayah pandemi yang dilengkapi sistem pencatatan dan perhitungan akurat di ujung konsumen menggunakan IoT dan computational intelligence.

Sejak pandemi Covid-19 di Indonesia awal Maret 2020, beberapa peneliti dari program studi S2 logistik agro-maritim IPB bersama peneliti dari berbagai fakultas lainnya di IPB membuat sistem logistik pangan presisi tinggi dengan fitur seperti yang diterangkan di atas.

Aplikasi ini bernama PreciFLog© (Precision Food Logistics). Pada tahap pertama, dapat digunakan untuk lima komoditas pangan pokok, yaitu beras, daging, telur, gula, dan minyak goreng.

Pada tahap berikutnya, diharapkan dapat digunakan untuk komoditas pangan lainnya serta untuk sistem logistik obat-obatan dan alat kesehatan pada masa pandemi Covid-19. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat