Usaha Rintisan | Pixabay

Inovasi

Industri Digital di Tengah Badai Pandemi

Akan ada pergeseran yang signifikan dalam pendanaan perusahaan rintisan selama krisis berlangsung.

Selama lebih kurang satu bulan terakhir, masyarakat Indonesia beraktivitas di rumah. Hal ini tentu membawa dampak signifikan pada kondisi bisnis dan ekonomi negara.

Industri digital di Tanah Air ternyata juga ikut merasakan dampak dari tak menentunya situasi selama pandemi. Founder & CEO Help Apps Melia Lustojoputro mengakui, saat ini ada perubahan signifikan terhadap layanan perusahaan rintisan miliknya yang fokus membantu penggunanya membereskan berbagai keperluan rumah tangga. Meski layanan tetap ada, permintaan berkurang secara bertahap hingga 70 persen dibandingkan biasanya.

Melia mengungkapkan, pihaknya menerapkan beberapa prosedur operasional standar baru terhadap para helper Help untuk meningkatkan kebersihan dalam bidang higienitas dan sanitasi, terutama di tempat klien. Help juga sudah mengantisipasi adanya dampak pandemik ini dan secara sadar memberikan penyuluhan menjaga jarak pada helper dan seluruh karyawan kantor.

Agar dapat bertahan pada masa pandemi, Melia menjelaskan, Help menerapkan strategi mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Menurut dia, efisiensi bisa digalakkan dengan kegiatan bekerja dari rumah.

Help juga tetap menggencarkan promosi melalui media sosial serta selalu menyapa dan menyemangati klien-klien dan helper-helper mereka. "Charity juga tetap kami lakukan dengan merangkul pihak lain yang masih ada mobilitas ke kalangan yang membutuhkan," kata Melia.

Setelah pandemi ini berlalu, Help akan segera mengadakan pelatihan dan pertemuan untuk helper mereka. Rencananya Help akan memberikan promosi-promosi untuk para klien yang banyak membutuhkan bantuan setelah selama ini terpaksa bekerja sendiri. Promosi akan diberikan dalam bentuk diskon dan giveaway yang dilakukan dengan kuis. "Seperti sebelumnya, kami akan kembali merangkul teman-teman dari kalangan artis dan penyanyi untuk menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa kebaikan," ujarnya.

Selama ini Help Apps merupakan platform yang menyediakan berbagai jenis jasa. Mulai dari, jasa sopir, juru masak, pembelanja, pembersih rumah, tukang kebun, tukang cuci baju, pe bantu rumah tangga, ahli renovasi, hingga perawat bayi, balita, anak-anak, lan sia, dan orang sakit. Aplikasi ini diluncurkan pada 2019.

Melia mengungkapkan, sebelum pandemi terjadi, kondisi bisnisnya sangat bagus. Pemesanan dari klien selalu ada secara berkelanjutan dan terjadi peningkatan yang baik setiap bulannya.

Saat ini klien Help di Jabodetabek berjumlah lebih dari 2.200 orang dan hampir semuanya merupakan klien aktif serta berlangganan secara reguler. "Kami selalu menjaga feedback dan meningkatkan pelayanan helper kami berdasarkan feedback dari klien dan memberikan kompensasi yang setimpal jika terjadi ketidakpuasan," ujarnya.

 

Buka peluang baru

Masa-masa yang tak pasti seperti saat ini ternyata juga menyimpan peluang tersendiri bagi sebagian usaha rintisan, salah satunya Sampingan. Sebelum masa pandemi, Sampingan sebagai platform yang memberdayakan pekerja blue collar independen terbesar di Indonesia mengalami pertumbuhan bisnis yang positif.

CEO dan Co-Founder Sampingan Wisnu Nugrahadi mengungkapkan, sejak diluncurkan pada Januari 2019, platform Samping an tumbuh sangat baik setiap bulannya. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya kawan Sampingan dan rekan bisnis yang bergabung.

Saat ini, Sampingan telah memiliki lebih dari 200 ribu mitra pekerja independen di dalam platform untuk menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan rekan bisnis, seperti akuisisi toko atau pengumpulan data dengan cepat dan efisien.

Fokus utama Sampingan saat ini adalah pekerja blue collar, seperti sales, kurir, dan surveyor lapangan. Dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini, sama seperti bisnis lainnya, beberapa tipe pekerjaan yang membutuhkan interaksi langsung atau tatap muka, seperti sales dan surveyor terkena dampaknya.

 
Namun, peningkatan permintaan justru terjadi dari industri logistik, terutama di tipe pekerjaan seperti kurir, petugas administrasi, dan staf gudang. Hal ini dipengaruhi dengan berlakunya jaga jarak fisik atau physical distancing dan imbauan untuk tetap tinggal di rumah.
 
Wisnu Nugrahadi, CEO dan Co-Founder Sampingan 

Sehingga masyarakat lebih mengandalkan tenaga pengiriman ketika akan memesan barang ataupun ketika perlu berbelanja. Selain itu, kondisi saat ini justru menjadikan makin banyak mitra yang bergabung di platform Sampingan.

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi peningkatan signifikan jumlah kawan Sampingan yang bergabung. Kebutuhan akan penghasilan tambahan, Wisnu menyebut, menjadi alasan utama mereka bergabung, mengingat terbatasnya opsi pekerjaan yang masih bisa dilakukan saat ini.

Untuk dapat menjamin layanan terus berjalan baik, Sampingan memastikan pekerjaan akan selalu tersedia untuk para kawan Sampingan. Terutama dengan adanya perubahan proses ataupun kebutuhan dari para rekan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Selain itu, Sampingan juga memastikan semua karyawannya menjalankan pekerjaan dengan aman dan nyaman sesuai prosedur kesehatan yang telah disosialisasikan, seperti wajib menggunakan masker ketika bekerja, wajib menjaga jarak minimal 1,5 meter dari pekerja lainnya, dan aturan-aturan spesifik sesuai jenis pekerjaan masing-masing.

Sampingan, Wisnu menyebut, akan melakukan penyesuaian dengan terus menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam skala besar. "Kami akan memastikan pekerjaan dapat dialokasikan ke kawan Sampingan atau mitra yang tepat, dengan jumlah besar dan waktu yang singkat. Baik untuk mitra permanen maupun temporer. Hal ini sejalan dengan misi kami untuk menjadi solusi workforce tepercaya di Indonesia," kata Wisnu.

 

photo
Usaha Rintisan - (Pixabay)

 

Membaca tren iklim permodalan

Industri usaha rintisan tak bisa dilepaskan dari aspek pendanaan. Tak hanya para pelaku usaha rintisan yang harus beradaptasi untuk dapat melalui masa-masa sulit, perusahaan ventura capital juga tentu memerlukan strategi atau pendekatan yang berbeda untuk masa krisis seperti sekarang.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan, perusahaannya tetap menjalankan bisnis seperti biasa. Termasuk melakukan investasi, portfolio management, dan disvestasi di tengah pandemi Covid-19.

Adapun, yang agak berbeda, saat ini East Venture melakukan banyak diskusi dengan portofolio-portofolionya agar semua bisa menghadapi krisis ini dengan baik. "Karena rencana jangka pendek dan menengah dari setiap portofolio berubah seiring krisis karena virus ini," katanya.

Willson memprediksi, akan ada pergeseran yang signifikan dalam pendanaan perusahaan rintisan pada masa pandemi. Hal ini karena East Ventures juga lebih berfokus pada membantu existing portfolio mengarungi krisis.

Tentunya waktu yang ada akan tersita dan tidak banyak tersedia untuk melakukan kesepakatan-kesepakatan baru. Hal ini membuat akan berkurangnya investasi baru pada kuartal ini.

Berdasarkan observasi di lapangan, Willson mengungkapkan, ada banyak founder baru yang tidak menyadari seberapa berat skala dari krisis kali ini. East Ventures mengambil posisi konservatif kalau krisis ini akan berlangsung lama dan mungkin merupakan salah satu krisis yang terberat.

Setelah masa pandemi, menurut Willson, tantangan yang dihadapi belum akan otomatis berakhir. Menurut pandangan East Ventures, hal ini justru akan menjadi permulaan dari krisis yang panjang.

Jadi, sebaiknya fokus yang diberikan lebih kepada bagaimana melewati keadaan ini daripada merencanakan sesuatu yang masih jauh dan belum pasti.

Selain itu,Willson mengungkapkan, tidak ada pergeseran strategi dan fokus bagi East Ventures pada masa depan. Ia menegaskan fokus dan strategi perusahannya secara garis besar adalah mendukung wirausaha (entrepreneur) yang menggunakan teknologi untuk memberikan nilai tambah di setiap sektor.

Ada krisis atau tidak, East Ventures yakin, akan tetap banyak entrepreneur yang kuat dan berkarakter selalu muncul. Ke depannya, East Ventures belum bisa memastikan berapa besar pendanaan yang akan banyak dialokasikan ke perusahaan rintisan. "Pergerakan krisis ini sangat cepat. Dinamika dunia perusahaan rintisan juga sangat cepat," ujarnya.

Kedua kombinasi ini, menurut Wilson, sangat membutuhkan daya adaptasi dan sensitivitas yang tinggi untuk melihat peluang dan kategori yang menjadi target investasi berikutnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat