Imbauan penganan virus korona | Mohamad Hamzah/Antara

Internasional

Yunani Karantina Kamp Pengungsi Cegah Sebaran Korona

Ada seseorang yang terinfeksi korona sehingga karantina semakin dimaksimalkan

 

ATHENA -- Yunani mengarantina sebuah kamp setelah 20 pencari suaka dinyatakan positif terinfeksi virus korona jenis baru atau Covid-19. Pengujian terhadap 63 migran dilakukan setelah seorang migran perempuan berusia 19 tahun yang melahirkan di rumah sakit di Athena, dikonfirmasi terinfeksi Covid-19.

Awal pekan ini, pihak berwenang mencoba melacak dari mana perempuan belasan tahun itu telah terinfeksi. Mereka menyatakan kemungkinan perempuan tersebut telah terinfeksi Covid-19 di rumah sakit. Hal tersebut menjadi kasus Covid-19 pertama yang terjadi di kamp pengungsian.

Setiap gerakan masuk dan keluar dari kamp Ritsona yang berjarak 75 kilometer timur laut Athena, akan dibatasi selama 14 hari. Kamp tersebut menampung hingga 2.500 orang pengungsi.

Kementerian Migrasi mengatakan, pemerintah telah mengerahkan petugas kepolisian untuk mengawasi kamp tersebut selama karantina. Kamp Ritsona memiliki area isolasi untuk pasien Covid-19 jika diperlukan.

Yunani mengonfirmasi kasus virus korona pertama pada akhir Februari. Yunani adalah pintu gerbang bagi para migran dan pencari suaka yang melarikan diri dari perang di Timur Tengah.

Sekitar lebih dari 1 juta pengungsi telah melewati Yunani pada 2015-2016. Sementara itu, lebih dari 40 ribu pencari suaka terjebak di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak di sejumlah pulau terpencil di Yunani.

Organisasi kemanusiaan menyatakan, kamp pengungsian tersebut sangat tidak layak. Para pengungsi memiliki keterbatasan terhadap akses air bersih. Dengan demikian, kamp-kamp pengungsian dapat menjadi tempat tumbuhnya virus dan para pengungsi rentan terinfeksi Covid-19.

 

Evakuasi

Lebih dari 5000 dokter dari seluruh Eropa mendukung inisiatif #SOSMoria untuk mengevakuasi para pengungsi dari kamp Moria yang telah penuh sesak, di tengah krisis pandemi virus korona. Kamp Moria yang terletak di Pulau Lesvos, Yunani telah menuai kritik karena dinilai tidak manusiawi dalam menangani pengungsi.

"Sebagai dokter di Eropa, kami menyerukan para pemimpin pemerintah kami dan Uni Eropa untuk segera membawa para pengungsi ke tempat yang aman," ujar inisiatif itu, dilansir Anadolu Agency, Kamis (2/4).

Gagasan inisiatif ini datang dari dokter Belanda yakni Steven Van Der Fieffer dan Sane van der Koi. Mereka melayani bantuan kesehatan untuk para pengungsi di kamp Moria yang sangat padat dan tidak layak.

Van Der Fieffer memperingatkan bahwa ribuan pengungsi akan tewas jika mereka tidak segera dievakuasi dari kamp Moria. Para dokter telah memberikan peringatan kepada para pengungsi di kamp tersebut untuk menjaga jarak satu sama lain. Langkah ini sebagai upaya mencegah penyebaran virus korona di antara para pengungsi.

Lebih dari 20 ribu pengungsi tinggal di kamp Moria. Padahal, kamp ini dirancang untuk menampung 3 ribu pengungsi. Selain itu, mereka memiliki akses air bersih yang sanga terbatas. Para dokter memperingatkan bahwa, kamp tersebut merupakan tempat yang ideal bagi virus untuk berkembang biak.

Dokter menyatakan bahwa Eropa tidak boleh mengabaikan situasi di kamp-kamp pengungsian di Yunani. Hal ini untuk menghindari eskalasi mencana medis bagi para pengungsi dan juga seluruh Uni Eropa.

Sementara itu, para aktivis Jerman telah bekerja sama mengumpulkan dana untuk mengevakuasi para pengungsi dan pekerja migran yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Yunani. Rencananya, mereka akan mengevakuasi pengungsi dan pekerja migran ke Berlin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat