Pekerja mengangkut beras untuk program Bantuan Sembako Non Tunai (BSNT) di gudang Perum Bulog Cabang Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Selasa (25/2/2020). | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Tajuk

BLT dan Kerawanan Sosial

Wabah virus korona (Covid-19) telah membuat kondisi ekonomi dunia terpukul. Ekonomi di dalam negeri juga mengalami tekanan yang sama. Meski wabah korona dipastikan baru masuk ke Indonesia dalam satu bulan terakhir ini, namun pengaruhnya terhadap ekonomi nasional sangat terasa.

 

Kelompok masyarakat yang paling merasakan akibat mewabahnya virus korona adalah para pekerja informal. Mereka yang dibayar gajinya harian. Ketika tidak bekerja maka para pekerja informal ini tidak akan memperoleh pendapatan. Di kelompok ini para pekerja bangunan, pedagang kaki lima, pengumpul sampah, dan sejumlah profesi lainnya termasuk yang mendapat gaji harian.

 

Saat pemerintah melarang orang untuk keluar rumah guna menekan penyebaran virus korona, potensi pendapatan mereka menjadi hilang. Karena harus berdiam diri di rumah maka otomatis mereka tidak bisa bekerja.

 

Kita berharap agar wabah virus korona ini segera berakhir. Wabah korona di Indonesia yang sampai kemarin telah menyebabkan 78 orang meninggal , dan 893 orang postif, mudah-mudahan tidak berlarut-larut. Jika kondisi seperti saat ini akan berangsung lama, maka potensi-potensi kerawanan sosial akan bermunculan.

 

Potensi kerawanan sosial muncul karena jumlah orang miskin sangat mungkin bertambah di saat kondisi ekonomi kita morat-marit. Apalagi tidak hanya perut lapar yang membuat mereka marah, ketakutan terhadap ancaman wabah korona ditambah larangan orang keluar rumah akan menyebabkan akumulasi masyarakat melakukan sesuatu yang tidak kita harapkan seperti penjarahan. Belum lagi potensi puluhan ribu para pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat wabah ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun satu persen.

 

Kita berharap semua potensi kerawanan sosial itu tidak terjadi. Apalagi pemerintah akan memberikan bantuan langsung tunai ke 29,3 juta masyarakat yang masuk dalam 40 persen rumah tangga termiskin. Bantuan sosial ini untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat yang dianggap paling terdampak dari tekanan wabah virus korona.

 

Menurut data di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sampai saat ini, pemerintah baru memiliki data 15,2 juta masyarakat yang sudah terdata di Kementerian Sosial sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Sisanya, 14,1 juta lainnya sedang didata kembali.

 

Kita berharap bantuan langsung tunai menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengurangi tekanan ekonomi masyarakat saat ini. Insentif-insentif lainnya untuk sejumlah sektor yang dikucurkan pemerintah juga berjalan sesuai sasaran.

 

Selain itu, semua upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan stimulus ekonomi dapat berhasil. Sebab, di tengah wabah virus korona saat ini, bukan hanya bagaimana mencegah agar wabah tersebut tidak menyebar. Namun, persoalan ekonomi rakyat juga harus digarap secara bersamaan dan keduanya menjadi prioritas.

 

Kita tidak ingin potensi konflik sosial muncu di negara kita seperti potensi yang ada di India. Di negara dengan jumlah penduduk hampir 1 miliar jiwa tersebut, 90 persen para pekerja mereka bergerak di sektor informal. Ketika negara itu menerapkan lockdown menurut laporan BBC, warga miskin terancam kelaparan karena selama ini mereka bertumpu dari penghasilan harian. Mereka menyadari bahwa virus korona sangat berbahaya, namun pilihan mereka adalah keamanan atau kelaparan.

 

Mudah-mudahan pemerintah kita mampu mengatasi berbagai persoalan yang muncul dari pandemi korona ini dengan cepat. Langkah kebijakan yang diambil pemerintah juga tepat sehingga berbagai persoalan yang mungkin muncul dapat diatasi dengan baik. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat