Pasukan Israel berjaga di Kubah Batu di Masjidil Aqsa yang ditutup sehubungan mewabahnya Covid-19 di Yerusalem, akhir pekan lalu. | AP

Kabar Utama

Isra Mi’raj Pupus Egoisme

 

JAKARTA – Pesan-pesan yang terkandung dalam peristiwa perjalanan malam Rasulullah SAW atau Isra Mi’raj dinilai relevan di tengah mewabahnya Covid-19 belakangan. Masyarakat diimbau menghilangkan egoisme seperti dicontohkan Rasulullah SAW dalam perjalanan pulang-pergi dari Masjidil Haram, Masjidil Aqsa, dan Sidratul Muntaha itu.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan, momen Isra Mi’raj yang jatuh pada 27 Rajab 1441 Hijriyah atau Ahad (22/3) kemarin menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak egois dengan spiritualitas dan keimanan dirinya. Jika Rasulullah egois, beliau tidak turun kembali dari Sidratul Muntaha ke bumi. "Tapi, Nabi kembali ke bumi untuk mengemban risalah rahmatan lil ‘alamin bagi kehidupan semesta," kata Haedar kepada Republika, Ahad (22/3).

Ia menjelaskan, Isra Miraj mengajarkan keagungan Allah SWT agar manusia mau beriman dan rendah hati. Dengan begitu, manusia mau berbuat ihsan dengan sesama. Di tengah wabah Covid-19, dengan spirit Isra Mi’raj, setiap Muslim harus mau peduli dan berbagi dengan sesama yang ditimpa musibah. 

Umat Islam tak boleh egois dengan menuruti keyakinan dan kepentingan sendiri, seolah dirinya kuat, sementara tidak peduli dengan situasi sehingga membahayakan diri dan orang lain. "Lebih-lebih para tokoh agama, jadilah pencerah dan obor kehidupan bagi umat dan masyarakat luas mengikuti uswah hasanah Nabi," ujarnya.

Haedar mengingatkan, tokoh agama jangan mengembangkan pesan-pesan keislaman yang membuat umat menjadi egois, tidak peduli dengan keadaan bahaya, serta melawan protokol kesehatan demi tercegah dari wabah Covid-19. Umat beriman memang harus yakin dengan kuasa Allah ketika hadapi wabah, tetapi harus ikhtiar dan tidak boleh berbuat semaunya sendiri. "Tunjukkan kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama sebagai bagian dari iman dan amal saleh," kata dia.

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi melihat hadiah istimewa dari peristiwa Isra Mi’raj adalah perintah shalat lima waktu yang diterima langsung oleh Rasulullah, tidak melalui perantara Malaikat Jibril. "Itu menggambarkan pentingnya shalat yang menjadi tiang agama. Shalat menjadikan hidup umat Islam dalam masa tunggu dari satu kebaikan ke kebaikan berikutnya, dari satu waktu shalat ke waktu shalat berikutnya," kata Fachrul melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Ahad (22/3).

Menag menjelaskan, shalat melatih manusia menjadi pribadi disiplin. “Mari jadikan kedisiplinan yang terkandung dalam shalat sebagai bekal menjaga kesehatan. Disiplin dalam social distancing agar wabah korona tidak terus menyebar dan bisa segera diatasi,” ujarnya.

Menurut dia, Isra Mi’raj juga bukti Kemahakuasaan Allah yang telah memperjalankan Rasulullah dalam satu malam dalam jarak demikian jauh. Atas Kemahakuasaan Allah, Menag mengajak umat Islam terus berdoa untuk kebaikan bangsa dan negara. "Dengan berkah Rajab, mari kita berdoa bagi bangsa dan negara yang kita cintai ini agar mendapatkan tambahan kekuatan untuk mengatasi musibah penyebaran virus korona," kata dia.

Kepada umat Islam Menag berpesan, untuk sementara waktu tidak menggelar peringatan Isra Mi’raj dengan mengumpulkan banyak orang. Semua pihak diminta berkomitmen untuk sedapat mungkin menghindari adanya kerumunan massa. 

photo
KH Ahmad Zuhdianoor (Guru Zuhdi) (kiri) memberikan tausiah saat peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (19/3/2020). - ( ANTARA FOTO )

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Zainut Tauhid Sa'adi mengajak seluruh umat Islam lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berdoa supaya musibah yang menimpa bangsa ini segera berlalu. 

KH Zainut menyampaikan, melalui peringatan Isra Mi’raj, MUI mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menggalang solidaritas nasional, menumbuhkan sikap empati dan kepekaan perasaan terhadap musibah ini. Caranya dengan saling membantu, saling menolong, bekerja sama, dan bahu-membahu mengatasi musibah ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, bukan dengan saling menyalahkan dan saling menghujat. 

Ia mengingatkan, musibah wabah korona ini bukan tanggung jawab pemerintah semata, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. MUI mengimbau kepada para ulama, kiai, habib, tuan guru, dan lainnya untuk ikut mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi musibah virus korona. 

"Melalui hikmah Isra Mi’raj diharapkan dapat memberikan pesan agama kepada masyarakat dengan narasi yang positif dan edukatif. Sebaliknya, tidak menyampaikan pesan agama yang dapat menimbulkan kontroversi dan kontraproduktif," ujar KH Zainut kepada Republika, Ahad (22/3).

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud juga menyampaikan, Isra Mi’raj bisa menjadi pelajaran untuk umat Islam agar meneladan Rasulullah SAW dalam menghadapi Covid-19. "Rasulullah pernah menyampaikan begini, larilah engkau dari orang yang terkena penyakit menular, misalnya kusta, itu seperti larinya engkau dari macan. Kita takut pada macan, maka kita lari. Kita takut pada korona, maka kita waspada," ujarnya, kemarin.

KH Marsudi juga mengungkapkan, ada hikmah di balik wabah korona ini. Pertama, manusia bisa menemukan ketauhidan kepada Allah karena manusia sadar, dicoba dengan virus korona saja sudah kewalahan. 

Kedua, manusia menjalankan syariat atau aturan menghadapi wabah yang telah diajarkan Rasulullah. Termasuk di dalamnya ada uzur (keringanan) dari shalat Jumat dan shalat berjamaah di masjid. "Ketiga, hubungan sosial. Dengan adanya korona ini, harus bisa bekerja bersama, baik dari organisasi dengan pemerintah, maupun individu dengan individu yang lain harus saling peduli," ujarnya.

KH Marsudi menambahkan, dengan adanya wabah korona ini, para ilmuwan bisa berupaya menemukan obat untuk mengobati infeksi yang disebabkan virus korona. "Ketika manusia lulus dalam ujian ini, insya Allah akan lulus, nanti ketemu/ obatnya apa, sehingga kita terbiasa menghadapi itu," kata KH Marsudi.  n 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat