Umat muslim berada di dalam masjid yang tidak melaksanakan Salat Jumat di Masjid Agung Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (20/3/2020). | ANTARA FOTO

Tajuk

Mengamalkan Isra Mi’raj

 

Tahun ini, peringatan Isra Mi’raj berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, peringatan hari besar keagamaan tersebut kebetulan datang di tengah pandemik global korona yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Virus korona, yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Virus ini menginfeksi warga dunia dan telah merenggut nyawa banyak orang. Korona juga menyebar di Indonesia.

Pembatasan gerak dan social distancing diberlakukan guna mengeram gerak korona. Pemerintah, melalui Kementerian Agama, pada Jumat (20/3) menyatakan membatalkan peringatan Isra Mi’raj yang tahun-tahun sebelumnya digelar di Istana.

Langkah ini untuk mencegah lahirnya kerumunan massa saat pelaksanaan peringatan, yang rentan menjadi bagian dari penyebaran virus korona. Kita berharap, masyarakat juga bisa menduplikasi langkah pemerintah.

Sebelumnya, pemerintah telah meminta masyarakat untuk berada di rumah demi mengerem laju penyebaran korona. Dalam konteks saat ini, bersamaan dengan menyebarnya virus korona, kita diharapkan tak terpaku pada seremoni yang menghimpun massa atau jamaah.

Ormas Islam, pengurus masjid mungkin bisa mengurungkan peringatan. Terutama kegiatan yang menghadirkan banyak orang. Ini bagian dari kontribusi kita mencegah lebih luasnya penyebaran korona di lingkungan kita.

Tujuannya agar jumlah mereka yang terpapar korona dan meninggal tak lagi bertambah. Langkah kita tersebut juga membantu meringankan perjuangan berat petugas medis dan dokter yang saat ini di garda terdepan menangani mereka yang terpapar korona.

Terlepas dari seremoni peringatan, hal lebih penting adalah kemampuan kita mendapatkan makna dari peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Salah satu buah dari peristiwa yang dialami Nabi Muhammad adalah pelaksanaan ibadah shalat. Bagi Muslim, shalat merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT serta mendekatkan diri kepada-Nya.

Makin intens menjalin komunikasi dan terus selalu mendekat kepada-Nya semestinya membuat kita mampu terus mengingat-Nya dalam menjalani kehidupan keseharian. Maksudnya, kita dapat menunaikan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Seperti banyak kita ketahui, ditegaskan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Karena itu, kita berharap ibadah shalat wajib yang ditegakkan selama lima kali dalam sehari menuntun kita untuk selalu berbuat kebaikan.

Yakni berbuat baik kepada keluarga, tetangga, lingkungan sekitar, dan masyarakat secara keseluruhan. Menjalin ukhuwah dengan sesama Muslim sehingga melahirkan persatuan yang kokoh juga harmoni dengan umat lainnya.

Selain itu, bersikap dermawan, mengeluarkan harta yang kita miliki untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang ditimpa kesusahan. Baik itu dilakukan secara langsung maupun menitipkannya kepada badan atau lembaga zakat.

Apalagi, saat ini beragam cara disediakan badan dan lembaga zakat yang memudahkan kita menyalurkan harta kita untuk kegiatan filantropi. Beragam program juga ditawarkan untuk membantu mustahik dari pemberdayaan ekonomi hingga pendidikan.

Semoga meski tak ada seremoni besar terkait peringatan Isra Mi’raj seperti tahun-tahun sebelumnya karena kondisi seperti yang kini kita hadapi, tak membuat kita lupa akan makna hakiki dari peristiwa Isra Mi’raj dan mengamalkan buah dari Isra Mi’raj sang Nabi. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat