Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3/2020). | ANTARA FOTO

Kabar Utama

700 Ribu Warga Potensial Covid-19

Pemerintah pesan lima juta 'obat' virus korona.

 

JAKARTA -- Pemerintah sedang bersiap-siap menjalankan rapid test atau tes cepat Covid-19 untuk masyarakat umum. Hal ini untuk mengantisipasi penularan infeksi virus korona yang terjadi semakin cepat. Bahkan, populasi berisiko terpapar Covid-19 di Indonesia menyentuh angka 700 ribu jiwa.

 

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan, tes cepat memang ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki riwayat kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 atau siapa pun yang berisiko menularkan infeksi virus korona. Pemerintah pun melakukan perhitungan statistik terkait potensi penularan Covid-19. Hasilnya, ada sekira 600 ribu hingga 700 ribu jiwa penduduk Indonesia yang termasuk dalam populasi berisiko.

 

"Karena itu, pemerintah akan menyiapkan sekitar 1 juta kit untuk pemeriksaan secara massal di dalam kaitan dengan mengidentifikasi kasus positif yang ada di masyarakat," kata Yurianto menjelaskan, Jumat (20/3).

 

Penerapan tes cepat dilakukan dengan menjejaki seluruh pihak yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19. Misalnya, ada seorang pasien terinfeksi virus korona yang ternyata selama 14 hari ke belakang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, maka seluruh anggota keluarga yang tinggal bersamanya akan diperiksa melalui rapid test.

 

 

Begitu pula apabila ada pasien positif Covid-19 yang ternyata sepanjang 14 hari sebelum dinyatakan positif juga melakukan aktivitas di kantor, seluruh orang yang berada dalam satu ruangan atau melakukan kontak di lingkungan kerja akan dilakukan pemeriksaan cepat (rapid test). "Ini adalah langkah-langkah penjajakan awal di dalam kaitan pemeriksaan secara massal. Ini yang kita harapkan bisa kita laksanakan," kata Yurianto menjelaskan.

 

Kendati tes cepat bisa menunjukkan potensi seseorang terinfeksi virus korona atau tidak, hasilnya tak 100 persen akurat. Tes cepat nantinya menggunakan pemeriksaan darah dengan mengecek kadar immunoglobulin, yakni kadar antibodi dalam tubuh yang bisa memberi gambaran ada-tidaknya virus.

 

Sementara itu, penegakan diagnosis Covid-19 selama ini lebih banyak menggunakan tes usap atau dengan mengambi sampel cairan dinding hidung belakang atau dinding mulut belakang. "Sensitivitasnya beda, tetapi ini adalah //screening// awal unuk menemukan kasus yang berpotensi menjadi positif. Saat screening positif, akan dilanjutkan dengan tes PCR untuk memastikan positif yang sesungguhnya,\" kata Yurianto.

 

Pemerintah juga mengumumkan penambahan sebanyak 60 orang yang terinfeksi virus korona, kemarin. Dengan demikian, per Jumat (20/3) sore, sudah ada 269 kasus positif Covid-19 di Indonesia dengan 17 pasien di antaranya dinyatakan sembuh dan 32 orang lainnya meninggal dunia.

 

Dari angka tersebut, Provinsi DKI Jakarta masih menyumbang penambahan kasus positif terbanyak. Jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta kemarin tecatat 215 orang. Angka ini sekaligus yang tertinggi di Indonesia. Jumlah kematian di Jakarta juga bertambah seorang menjadi 18 orang. Satu daerah penularan baru juga tercatat, yakni di Kalimantan Tengah.

 

Ketua Gugus Tugas Covid-19, Doni Monardo, menjelaskan bahwa saat ini baru ada 12 unit laboratorium yang siap menjalankan pemeriksaan Covid-19. Padahal, dilakukannya tes cepat terhadap masyarakat luas dalam waktu dekat dipastikan membutuhkan lebih banyak laboratorium untuk melakukan pemeriksaan.

 

Demi menambal kekurangan fasilitas, Doni mengusulkan pemerintah untuk menggandeng kembali seluruh laboratorium yang pernah melakukan pemeriksaan saat wabah SARS terjadi pada 2002 silam. "Paling tidak ada sekitar 40 lab yang pernah digunakan pada saat pandemi SARS yang lalu, tapi tingkat kesehatannya perlu dicek ulang," ujar Doni menjelaskan, Kamis (19/3).

 

Di sisi lain, pemerintah juga mulai memperbanyak fasilitas kesehatan yang siap merawat pasien positif Covid-19 dan pasien dalam pengawasan (PDP). Tak hanya rumah sakit milik pemerintah yang dilibatkan, tetapi juga rumah sakit milik BUMN, TNI, Polri, bahkan swasta. Wisma Atlet Kemayoran juga diharapkan siap menampung pasien Covid-19 mulai Senin (23/3) mendatang. Sebagai tahap awal, ada dua menara di kompleks Wisma Atlet yang akan digunakan dengan kapasitas 2.000 tempat tidur.

 

 

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengatakan, pemerintah tengah memesan obat Avigan dan chloroquine terkait merebaknya Covid-19. Pemerintah akan mendatangkan 5.000 obat Avigan dan sebanyak dua juta lainnya masih dalam proses pemesanan. Sementara, obat jenis chloroquine saat ini telah siap sebanyak tiga juta.

 

Menurut Jokowi, meskipun hingga kini belum ditemukan antivirus korona, obat-obat tersebut telah digunakan oleh beberapa negara dan terbukti memberikan kesembuhan. “Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan melalui dokter keliling dari rumah ke rumah melalui rumah sakit dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi,” kata Presiden. Presiden juga telah menginstruksikan kepada perusahaan farmasi milik BUMN agar memperbanyak produksi obat-obat tersebut.

 

The Guardian melaporkan pada Kamis (19/3), otoritas kesehatan di Cina mengindikasikan bahwa obat Avigan yang merupakan obat flu buatan Jepang efektif mengobati pasien Covid-19. Menurut pejabat di Kementerian Sans dan Teknologi Cina, Zhang Xinmin, hal itu disimpulkan dari percobaan klinis terhadap 340 pasien Covid-19 di Wuhan dan Shenzen. “Tingkat keamanannya tinggi dan jelas efektif dalam penyembuhan pasien,” kata Zhang.

 

Sementara, ABC News melaporkan, Len Horovitz, seorang peneliti di RS Lenox Hill di New York menyimpulkan bahwa chloroquine terbukti efektif menyembuhkan SARS yang juga ditularkan virus korona jenis terdahulu. Dari itu, ia menyimpulkan bahwa obat malaria tersebut bisa juga menyembuhkan Covid-19.

 

Bagaimanapun, sejauh ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa belum ada obat ataupun vaksin yang bisa menyembuhkan Covid-19. Penelitian terkait obat dan vaksin itu disebut masih bakal memakan waktu berbulan-bulan mendatang. n 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat