Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan di area Masjid Istiqlal. | Thoudy Badai/Republika

Kabar Utama

Imam Besar Istiqlal: Virus Korona Bukan Azab

Dalam Alquran ada musibah, bala, dan azab. Azab hanya menimpa orang kafir, tidak menimpa orang beriman.


JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar menyampaikan, wabah penyakit virus korona baru (Covid-19) yang sedang terjadi bukanlah azab. Ia menjelaskan, menurut Alquran dan hadis, azab diturunkan Allah SWT untuk umat terdahulu.

Sedangkan, dalam konteks kekinian, kata Nasaruddin, Allah SWT hanya menurunkan musibah dan bala. Musibah inilah yang bisa menimpa semua umat, termasuk umat Islam sekalipun.

"Azab sudah tidak ada lagi setelah doa Rasulullah SAW dikabulkan. Yang ada hanya musibah dan bala. Doa Rasulullah inilah yang kita patut bersyukur kepada Nabi, tidak akan ditimpakan azab lagi kepada umat. Ini ada hadisnya," kata Nasaruddin seusai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau pembersihan Masjid Istiqlal di Jakarta, Jumat (13/3).

Belakangan ini banyak masyarakat, khususnya warganet, yang menyebut virus korona sebagai sebuah azab. Nasaruddin pun mengingatkan agar umat tak lagi menganggap wabah Covid-19 sebagai azab.

"Dalam Alquran ada musibah, bala, dan azab. Azab hanya menimpa orang kafir, tidak menimpa orang beriman. Namun, kalau musibah, dua-duanya kena. Siapa yang lengah, kena. Definisi azab dalam Alquran diciptakan kepada umat terdahulu," kata mantan wakil menteri agama itu.

Terkait langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di tempat ibadah, Masjid Istiqlal per Jumat kemarin tak lagi menggunakan karpet untuk seluruh kegiatan ibadah, baik shalat wajib maupun acara pengajian. Jamaah dipersilakan membawa sajadah sendiri atau melakukan shalat beralaskan lantai masjid. Pengurus juga melakukan pembersihan ruang shalat utama secara berkala menggunakan cairan disinfektan.

Nasaruddin menyampaikan, penggulungan karpet masjid dilakukan karena alas shalat yang digunakan secara bersama-sama bisa menjadi media penyebaran virus, seperti yang terjadi di Malaysia. Apalagi, Kerajaan Arab Saudi juga melakukan kebijakan yang sama, yakni menggulung karpet di masjid-masjid besarnya.

Selain melepas karpet masjid, Masjid Istiqlal juga melakukan pencegahan penyebaran dengan mensterilkan mikrofon hingga mencegah penularan melalui uang infak. "Penghitungan uang (infak), kan ada yang mata uang Cina (yen), dolar AS, penularan melalui uang juga kami cegah. Kami sediakan antiseptik untuk petugas," kata dia.

Nasaruddin tak lupa mengimbau seluruh jamaah untuk menjaga daya tahan tubuh serta daya tahan batin dan mental. Ia menekankan, Rasulullah SAW telah memberi contoh tentang bagaimana seharusnya mencegah penyakit menular, termasuk mencegah penyebaran epidemi. "Dan bagaimana Alquran memperkenalkan kasus-kasus yang melanda umat sebelumnya," kata Nasaruddin.

Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga menyampaikan bahwa Masjid Istiqlal tetap akan menggelar pelaksanakan ibadah Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, ia menegaskan, Masjid Istiqlal akan patuh terhadap instruksi pemerintah apabila ada kejadian luar biasa menyangkut Covid-19 ini.

 
Azab sudah tidak ada lagi setelah doa Rasulullah SAW dikabulkan. Yang ada hanya musibah dan bala. Doa Rasulullah inilah yang kita patut bersyukur kepada Nabi, tidak akan ditimpakan azab lagi kepada umat. Ini ada hadisnya.
Prof KH Nasaruddin Umar
 

Saat melakukan peninjauan kemarin, Presiden Jokowi tiba di Masjid Istiqlal pukul 09.10 WIB. Jokowi didampingi Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.

Setibanya di Istiqlal, Jokowi langsung berkeliling ruang shalat utama dan terlihat memberikan instruksi kepada jajarannya. Presiden melakukan peninjauan selama sekitar 15 menit.

Proses pembersihan masjid dilakukan dengan menyemprotkan cairan disinfektan secara menyeluruh ke ruang utama masjid. Penyemprotan disinfektan dilakukan 15 personel Palang Merah Indonesia (PMI), 6 personel Kesdam Jaya, 6 personel Gegana, 6 personel Kodim Jakarta Pusat, dan 2 personel KAI Daops I. Seluruhnya mengenakan pakaian hazmat saat melakukan pembersihan.

Pembersihan dilakukan di tengah proses renovasi Masjid Istiqlal. Renovasi sudah dilakukan sejak Mei 2019. Hal yang termasuk dalam renovasi kompleks masjid ini ialah pembangunan taman dan lahan parkir yang lebih luas. Faktor ramah lingkungan pun dipertimbangkan dengan menambah panel tenaga surya sebagai salah satu sumber listrik.

Menteri Agama Fachrul Razi mengimbau pengurus masjid di seluruh Indonesia melakukan langkah preventif pengurangan risiko penyebaran Covid-19. Fachrul meminta masjid-masjid menggulung karpet shalatnya untuk sementara waktu seperti yang telah dilakukan Masjid Istiqlal.

Menurut dia, karpet yang digulung memudahkan petugas melakukan pembersihan lantai secara rutin menggunakan cairan disinfektan. "Kami akan mengimbau ke semua masjid untuk melakukan hal yang sama. Satu, menggulung semua karpet-karpetnya karena ternyata itu salah satu sumber penyakit. Kedua, melakukan penyemprotan antiseptik," kata Fachrul.

Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah meluncurkan gerakan penyemprotan disinfektan untuk 10 ribu masjid di Indonesia. Peluncuran gerakan itu berlangsung di Masjid Al Munawar, Pancoran, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (13/3), dan dihadiri langsung oleh Ketua Umum DMI yang juga mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK).

JK menyampaikan, DMI juga akan membagikan cairan pembersih lantai ke masjid-masjid di berbagai daerah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Rencananya, DMI akan membeli 2 juta botol atau 2 juta liter pembersih lantai.

"Pengalaman di Iran, di Malaysia, dan di tempat lain, rumah ibadah sangat rentan tersebarnya (virus korona) karena lantai masjid sering dipakai tempat sujud," kata JK kepada Republika di kantor DMI Pusat, Jumat (13/3).

JK juga mengimbau masyarakat untuk membawa sajadah sendiri jika ingin shalat di masjid. "Kalau batuk dan demam, shalat di rumah saja."

 

Ormas bergerak

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, Muhammadiyah belum mengeluarkan kebijakan khusus di masjid, kampus, sekolah, dan amal usaha Muhammadiyah lainnya terkait merebaknya virus korona. Muhammadiyah, kata dia, mengikuti protokol yang diterbitkan pemerintah.

Meski demikian, Muhammadiyah memiliki program nasional untuk melayani dan menanggulangi pandemi korona. Terdapat 20 rumah sakit Muhammadiyah yang dipersiapkan untuk kepentingan layanan tersebut.

Program nasional tersebut antara lain bernama Sadar Faktor Risiko (Safari) Covid-19 dan Gerakan Memberi Masker (Gemes) Covid-19. Safari Covid-19 adalah program pemberdayaan masyarakat untuk paham dan sadar apakah dirinya merupakan kelompok berisiko atau tidak. Sedangkan, program Gemes Covid-19 merupakan gerakan untuk mendorong masyarakat memberikan masker kepada orang-orang yang sakit flu.

 
Pengalaman di Iran, di Malaysia, dan di tempat lain, rumah ibadah sangat rentan tersebarnya (virus korona) karena lantai masjid sering dipakai tempat sujud.
Jusuf Kalla
 

Sebelumnya, Abdul Mu'ti juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak panik, dan tidak memberikan informasi yang berlebihan. Dia juga mengimbau agar masyarakat senantiasa berhati-hati dan menjaga diri sesuai dengan prosedur kesehatan.

Salah satu amal usaha Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, telah melakukan langkah-langkah pencegahan. Seluruh sivitas akademika UMS diminta selalu memperhatikan kebersihan dan selalu mencuci tangan baik dengan sabun maupun menggunakan hand sanitizer. Pihaknya juga membatasi para sivitas akademikanya menggelar program ke luar negeri.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) Cegah Covid-19. Satgas ini pun telah menggelar kegiatan sosialisasi dan penerapan SOP Covid-19 di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (13/3).

Berdasarkan pantauan Republika, petugas tampak melakukan pemindaian suhu tubuh terhadap semua pengunjung yang akan masuk ke gedung PBNU. Selain itu, tim Satgas PBNU melakukan penyemprotan disinfektan, termasuk di Masjid an-Nahdhah yang terletak di kantor PBNU.

Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) M Ali Yusuf mengatakan, Satgas PBNU Cegah Covid-19 akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah dalam menangani virus korona. "Ini dalam rangka upaya bersama penanganan Covid-19 ini agar segala sesuatu dapat terkendali, dapat teratasi dengan baik," ujar Ali, kemarin.

Dalam acara bertajuk "Gerakan Cegah Covid-19 NU" tersebut, tim Satgas PBNU menerapkan protokol NU cegah Covid-19, meresmikan Posko Covid-19 NU, melakukan skrining, melakukan penyemprotan disinfektan, dan sosialisasi Covid-19.

Standar yang yang ditetapkan Satgas PBNU untuk mencegah virus korona tersebut akan menjadi protokol resmi organisasi NU. Oleh karena itu, menurut dia, protokol itu nantinya juga akan diberlakukan hingga kantor NU tingkat kabupaten.

"Diharapkan dengan protokol ini kita bisa mengurangi kemungkinan atau pencegahan dari tertularnya virus covid-19," ucap Ali.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat