Pekerja menata beras untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional (Divre) Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (30/10/2019). | SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO

Opini

Ketercukupan Pangan

Prima Gandhi, Pengajar Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB University

Di tengah pro kontra omnibus law, pada awal Februari 2020 ini pemerintah mengonfirmasi dua kasus positif Covid-19 di Tanah Air. Seluruh masyarakat Indonesia berharap  penyebaran virus dapat dikendalikan. 

Namun, fobia akan penularan virus ini terus terjadi. Dampaknya masyarakat memborong masker, cairan antiseptik, bahan pangan pokok di pasar dan pusat perbelanjaan. Fenomena ini disebut panic buying

Aksi ini merupakan salah satu bentuk kekhawatiran publik saat ini terkait  ketercukupan bahan pangan. Lalu timbul pertanyaan bagaimana stok bahan pangan kita bila keadaan ini semakin memburuk?

Panen raya padi terdekat diperkirakan berlangsung pada akhir bulan ini sampai Mei 2020. Ini berarti bakal ada penambahan stok beras dari sentra produksi padi. Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) pada akhir Februari 2020 memiliki stok beras sekitar 1,7 juta ton. 

Stok ini lebih kecil dari tahun lalu sebesar 0,4 ton pada waktu yang sama. Melihat realitas ini, dalam beberapa pekan ke depan penulis memperkirakan tren kenaikan harga beras selama tiga bulan belakangan ini akan berakhir.

Selanjutnya, terkait komoditas pangan impor seperti bawang putih. Lebih dari 90 persen kebutuhan nasional sebesar 500 ribu ton berasal dari luar negeri. 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data, bawang putih menjadi penyebab utama inflasi Februari 2020 dengan nilai 0,09 persen dari 0,25 persen inflasi kelompok bahan dan minuman. Harga bawang putih saat ini berkisar antara Rp 44 ribu sampai Rp 46 ribu per kg.

Melihat belum meredanya wabah Covid-19 di banyak negara, diperkirakan logistik impor bawang putih masih terganggu. Bila ini terjadi, harga bawang putih berpotensi naik dan kembali menjadi penyebab inflasi di Indonesia selama beberapa bulan ke depan.

Selain bawang putih, komoditas yang berpotensi terganggu stoknya adalah gula kristal putih (GKP). Kebutuhan GKP tahun ini 3,136 juta ton. Produksi gula dalam negeri pada tahun ini diperkirakan menurun karena imbas kemarau panjang pada akhir 2019.

Saat ini, harga GKP naik signifikan di atas harga eceran tertinggi (HET) disertai stok pedagang yang terus menipis dalam dua bulan terakhir. Naiknya harga GKP diduga karena ada oknum yang sengaja menahan stok. 

Adapun upaya menahan stok GKP dipicu spekulasi yang berkembang mengenai kesulitan impor gula setelah wabah Covid-19 merebak di sejumlah negara importir. Penulis menyayangkan saat ini, kita tidak memiliki neraca serta data pangan presisi terkait stok pangan. 

Padahal, jika kita memiliki data tersebut, pemerintah dapat memberikan informasi ke masyarakat sehingga masyarakat tidak khawatir atas ketercukupan pangan selama mewabahnya Covid-19 di Indonesia.

Jika tidak ada kekhawatiran masyarakat, tidak akan ada panic buying di pasar dan pusat perbelanjaan. Penulis menyimpulkan salah satu alasan terjadinya fobia dan panic buying akibat asymmetric data information stok pangan  nasional.

Upaya menyelesaikan asymmetric data information pangan sudah dimulai Kementerian Pertanian pada awal Februari 2020. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memiliki visi kerja bernama Kostra tani atau komando strategis pembangunan pertanian. 

Kostra tani merupakan garis komando pusat kegiatan pembangunan pertanian presisi tingkat kecamatan hingga pusat untuk mewujudkan kedaulatan pangan  dengan memanfaatkan informasi dan teknologi.

Usaha praksis bentuk kostra tani adalah membangun agriculture war room (AWR) di tingkat pusat yang terkoneksi dengan agriculture operational room (AOR) di seluruh wilayah Indonesia dari tingkat provinsi hingga kecamatan. 

AWR adalah ruangan berisi sejumlah alat pemantau yang berfungsi memperbarui data terkini pertanian di Indonesia secara berkala. Data yang dihasilkan di ruangan ini meliputi luas lahan baku sawah, pasokan pupuk, luas panen, dan produksi komoditas pertanian.

AWR diharapkan bisa meningkatkan efektivitas penyuluh pertanian untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. AWR yang dikontrol langsung Kementan terhubung langsung dengan AOR yang ada di setiap kecamatan, juga kostrada di kab/kota dan provinsi. 

Kantor kostra tani dikelola secara modern dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi untuk memetakan potensi, permasalahan, dan mendata produksi pertanian sampai level  kecamatan.

Akurasi dan akuntabilitas data aktual pertanian, baik pangan maupun nonpangan diperlukan untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan yang tepat dan efektif. Penyuluh pertanian masih menjadi ujung tombak dalam mengumpulkan data pangan di lahan produksi kita.

Namun, keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah membatasi kemampuan dalam rekrutmen penyuluh pertanian. AWR sangat membantu pemerintah mengumpulkan data pangan  presisi di tengah keterbatasan anggaran negara.

Jika AWR sudah terbangun di 7.094 kecamatan se-Indonesia, fobia dan panic buying masyarakat dalam menanggapi wabah Covid-19 saat ini tidak akan terjadi. Sebab, kepastian jumlah ketersediaan panganlah yang mengurangi kekhawatiran masyarakat.

Selain dengan AWR Kementerian Pertanian, masalah asymmetric data information stok bahan pangan bisa diselesaikan dengan pendekatan data desa presisi yang dikembangkan oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPBUniversity.

Pendekatan data desa presisi adalah kegiatan mengumpulkan data yang bersumber dari desa yang dihasilkan melalui pendekatan spasial, partisipatif, dan sensus. 

Penggunaan teknologi digital dan drone, serta pendampingan metodologi adalah keniscayaan menghasilkan data desa presisi.           

Apabila Kementerian Pertanian dan IPB University bisa mengolaborasikan pendekatan AWR dengan data desa presisi, ke depan kisruh pangan tidak akan terjadi lagi. Terakhir, ayo bantu pemerintah menjamin ketercukupan pangan. n

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat