Sejumlah tim medis mengevakuasi seorang pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah virus novel Coronavirus (nCoV) di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww. | ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww.

Kabar Utama

Daerah Kekurangan APD dan Pemindai Suhu Tubuh

Kemenkes telah mendata kekurangan peralatan di RS yang menjadi rujukan nasional.

 

 

GARUT -- Ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk menangani pasien virus korona baru (covid-19) di RSUD dr Slamet Garut sangat terbatas. Padahal, RSUD dr Slamet merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien virus corona di wilayah Priangan Timur. 

Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD dr Slamet, dr Zaini Abdillah mengatakan, saat ini hanya terdapat 20 set APD di RSUD dr Slamet. Jumlah itu hanya cukup untuk melakukan penanganan sebanyak tiga pasien dalam sehari jika ada yang suspect korona. 

"Mudah-mudahan kita tak menerima pasien virus korona. Kalau dari jumlahnya, tentu tidak. Kalau sehari ada tiga pasien masuk, bisa langsung habis," kata dia, Selasa (3/3).

Ia menjelaskan, APD itu terdiri atas satu set baju pelindung dari kepala sampai kaki, masker N95, kacamata Google, dan sepatu bot. Seluruh alat itu hanya bisa digunakan sekali pakai, kecuali kacamata dan sepatu.

Oleh karena itu, RSUD dr Slamet sedang mengusahakan untuk menambah APD. Menurut Zaini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah mendata kekurangan peralatan di rumah sakit yang menjadi rujukan nasional.

"Kita sudah minta penambahan ke Kemenkes. Tapi mudah-mudahan tidak ada pasien korona yang masuk," kata dia.

Kendati demikian, dari segi tenaga medis, RSUD dr Slamet sudah siap untuk melakukan penanganan jika ada pasien yang diduga terjangkit virus korona. Pihaknya sudah membentuk tim khusus yang diisi sejumlah dokter spesialis. Selain itu, sekira 16 dokter umum dilibatkan dalam tim itu. 

Menurut Zaini, pihaknya juga terus melakukan evaluasi dan simulasi agar ketika ada pasien, penanganannya berjalan sesuai standar operasi prosedur (SOP). Dalam tim khusus itu, tersedia pula tim surveilans internal untuk memantau kondisi para petugas kesehatan dan pasien. "Jadi meminimaliskan penularan kepada pengunjung atau petugas kesehatan," kata dia.

Dalam melakukan penanganan, RSUD dr Slamet juga mengacu pada pedoman yang dikeluarkan Kemenkes. Mulai dari proses asuhan medis hingga pelaksanaannya, akan mengikuti pedoman yang tersedia.

Salah satu petugas medis yang terlibat dalam tim khusus itu, Melasari (37) mengaku, sudah siap secara mental untuk melakukan penanganan. Ia berharap tak akan ada pasien virus korona lagi di Indonesia. 

"Rasa takut pasti ada, tapi kita sebagai perawat mesti siap. Ya persiapannya fisik harus dijaga agar tetap fit. Mudah-mudahan tidak sampai ada di Garut," kata dia. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang, Rustam, mengatakan, alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, sangat terbatas. "Alat itu hanya digunakan di Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura Tanjungpinang dan Lagoi, Bintan serta Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang," ujarnya di Tanjungpinang. 

Rustam mengatakan, di berbagai daerah bukan hanya di pelabuhan dan bandara yang menggunakan thermal scanner, melainkan juga hotel-hotel berskala besar. Namun, di Tanjungpinang, baik hotel maupun pelabuhan domestik belum menggunakannya. 

Kendati demikian, ia menilai, alat tersebut belum dibutuhkan untuk digunakan di pelabuhan domestik, seperti di Pelabuhan Domestik Sri Bintan Pura. Sampai saat ini, menurut dia, belum ada warga Tanjungpinang yang positif virus korona meski kewaspadaan tetap harus ditingkatkan.

Sementara itu, terkait 15 warga Batam yang dikarantina karena diduga terjangkit virus korona setelah Pemerintah Singapura mengonfirmasi dua warga negaranya yang positif mengidap virus korona setelah berkunjung ke Batam, Rustam mengatakan, hal itu tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. 

Ia menjelaskan, warga yang berangkat ke luar negeri, seperti Singapura dan negara lainnya yang ada penderita virus korona diberikan kartu berwarna kuning. Kartu itu sebagai tanda pengenal untuk dapat memeriksakan dirinya di rumah sakit setelah kembali di Tanjungpinang. "Yang perlu diwaspadai itu terhadap warga yang melakukan kontak pertama terhadap penderita virus korona," ujarnya. n

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat