Seorang penumpang Diamond Princess mengintip dari bus yang mengevakuasi dari Pelabuhan Yokohama, Jepang, Rabu (19/2) | Jae C. Hong/AP Photo

Kabar Utama

Evakuasi Bisa Ditunda

Jumlah WNI tertular menjadi empat orang.

 

 JAKARTA – Penularan penyakit akibat virus korona baru (Covid-19) terhadap warga negara Indonesia (WNI) di kapal Diamond Princess di Yokohama, Jepang, membuat pemerintah menimbang ulang rencana evakuasi. Pemerintah khawatir masih ada WNI yang tertular selain yang sudah diumumkan kemarin.

 

"Kami masih mengkaji kapan waktu mengevakuasi mereka karena, kok, menjelang akhir observasi hari ke-14 ada yang positif? Bagaimana kalau nanti menularkan? Makanya harus dihitung lagi dan kami tidak bisa buru-buru," ujar Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kemenkes Achmad Yurianto di Jakarta, Rabu (19/2).

 

Kapal Diamond Princess dipaksa berbalik ke Pelabuhan Yokohama pada 4 Februari setelah seorang penumpang yang turun di Hong Kong dinyatakan positif Covid-19. Dalam kapal yang berisi 3.700 penumpang dan awak itu, ada sebanyak 78 pekerja dari Indonesia. Empat di antaranya dinyatakan positif tertular pada Selasa (18/2). Hingga Selasa, sedikitnya 466 penumpang kapal itu dinyatakan positif Covid-19.

 

Yurianto menyebutkan, penumpang maupun awak kapal ada yang mulai terinfeksi pada hari kelima karantina di Yokohama. Kemudian, penumpang lainnya sakit pada keesokan harinya, yaitu hari keenam. WNI tercatat terinfeksi pada hari ke-10.

 

photo
wni dan virus korona - (Republika)

 

Menurut dia, ada persoalan tersendiri soal penanganan yang sedikit berbeda antara penumpang dan awak kapal. Apalagi, dia melanjutkan, kapal pesiar itu memiliki sirkulasi udara relatif tertutup dan memungkinkan penyebaran virus dengan cepat. Awak kapal juga menungkapkan, mereka tetap melayani para penumpang yang dikarantina di kamar masing-masing.

 

Oleh karena itu, Yurianto mengaku tidak heran dengan kemungkinan kapal ini beserta dengan seluruh isinya, termasuk ABK, diobservasi lebih dari 14 hari. Rumitnya penularan virus di kapal ini juga membuat negara lain, seperti otoritas Hong Kong, mengirimkan tim medis terlebih dahulu ke kapal. "Mereka menghitung kemungkinan evakuasi warganya. Jadi, (kasus Covid-19) di Diamond Princess tak sederhana, agak rumit," ujarnya.

 

Apalagi, Yurianto menambahkan, belum ada pedoman yang dibuat pihak berwenang Jepang untuk penjemputan. Yuri juga menolak menjawab mengenai kemungkinan lokasi observasi para awak kapal itu sama seperti tempat karantina 238 WNI dari Hubei di Natuna, Kepulauan Riau, pekan lalu. "Yang pasti, mereka dijemput dulu," katanya.

 

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, jumlah WNI yang positif tertular di Jepang bertambah. "Hari ini kami dapat informasi ada empat warga negara kita yang terinfeksi virus korona di kapal Diamond Princess. Jadi, ada perkembangan dari yang sebelumnya ada tiga, sekarang ada empat," ujar Judha, Rabu (19/2).

 

Ke empat WNI tersebut kini menjalani perawatan di dua rumah sakit, yakni rumah sakit Chiba dan Tokyo. Judha mengatakan, KBRI Tokyo telah mengunjungi kedua rumah sakit dan memastikan keempat WNI yang terinfeksi dalam kondisi stabil. "Untuk yang empat warga kita kru Diamond Princess, kami dari Kementerian Luar Negeri sudah menginformasikan ke keluarga masing-masing," kata Judha.

 

photo
 
Seorang penumpang Diamond Princess yang belum boleh turun karena tertular Cobid-19 melambai dari atas kapal di Pelabuhan Yokohama, Rabu (19/2). - (Jae C. Hong/AP Photo)

 

Terkait dengan berakhirnya masa karantina di kapal Diamond Princess, Judha mengatakan, KBRI Tokyo akan selalu berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Jepang untuk memantau kondisi lebih lanjut. 

 

Judha mengatakan, seluruh penumpang yang turun dari kapal selepas masa karantina kemarin akan menjalani pemeriksaan, termasuk kru WNI lainnya. Judha mengatakan, otoritas kesehatan Jepang memprioritas pemeriksaan kepada penumpang maupun awak kapal yang pernah mengalami demam.

 

Dalam laporan yang disiarkan stasiun-stasiun televisi di Jepang, tampak sebagian besar orang keluar dari kapal pada Rabu (19/2) pagi waktu setempat dan meninggalkan dermaga. Sebagian penumpang kapal terlihat menunggu bus yang akan menjemput mereka dan lainnya menggunakan taksi.

 

Otoritas kesehatan Jepang mengatakan, hanya sekitar 500 penumpang yang dapat diturunkan dari Diamond Princess. Sebanyak 2.500 orang lainnya masih harus mengikuti karantina lebih lanjut selama dua hari ke depan. Setengah dari penumpang kapal pesiar tersebut adalah warga Jepang.

 

Para penumpang yang turun terlihat dikawal oleh pasukan keamanan. Sementara, penumpang yang masih harus berada dalam kapal terlihat melambaikan tangan mereka dari balkon kabin. “Saya tak yakin saya layak turun dari kapal, tetapi secara fisik semakin sulit. Untuk saat ini, kami hanya ingin merayakannya,” ujar seorang pria berusia 77 tahun yang diperbolehkan meninggalkan Diamond Princess bersama dengan istrinya kepada Kyodo News, Rabu (19/2).

 

Selain negatif virus korona, orang-orang yang diturunkan dari Diamons Princess adalah mereka yang tidak berbagi kabin dengan penumpang terinfeksi. Siapa pun yang pernah melakukan kontak dengan penumpang terinfeksi harus menjalani karantina tambahan selama 14 hari lagi. Operator Diamond Princess dalam sebuah pernyataan mengatakan, 169 orang yang positif terinfeksi virus korona masih di atas kapal menunggu penanganan lebih lanjut.

 

WNI di Singapura Sembuh

 

Judha Nugraha juga mengatakan, seorang WNI di Singapura telah dinyatakan sembuh dan terbebas dari infeksi virus korona (Covid-19). WNI tersebut kini sudah keluar dari rumah sakit.

 

"Untuk di Singapura, kami sudah dapat info bahwa yang bersangkutan sudah sehat dan sudah keluar dari rumah sakit," ujar Judha, Rabu (19/2). Judha mengatakan, pemerintah belum dapat memastikan apakah WNI tersebut akan dipulangkan.

 

Sebab, WNI itu tidak bersedia memberikan data-datanya kepada KBRI Singapura. Judha menyebut, hal itu adalah ranah privasi WNI tersebut. "Yang bersangkutan memang tidak bersedia untuk memberikan datanya kepada KBRI, tentunya kami memahami dan menghargai itu. Itu menjadi privasi dari yang bersangkutan," kata Judha.

 

WNI tersebut merupakan kasus ke-21 positif virus korona di Singapura dari klaster Yong Thai Hang medical corp. Dia dinyatakan sembuh setelah dirawat di rumah sakit sejak 4 Februari.

 

Hingga Selasa (18/2), Pemerintah Singapura mengonfirmasi empat kasus baru positif virus korona. Dengan demikian, totalnya mencapai 81 kasus. Jumlah itu merupakan salah satu yang paling tinggi setelah penularan di Cina daratan.

 

Pemerintah Singapura juga mencatat lima pasien sembuh dan dipulangkan sehingga total 29 orang yang dinyatakan sembuh. Sedangkan 48 pasien dinyatakan dalam kondisi stabil dan empat orang dalam perawatan ICU.

 

Kementerian Tenaga Kerja Singapura (MOM) sejauh ini memperingatkan para pengusaha untuk tidak mengirim para pekerja pergi ke rumah sakit, kecuali ada kondisi darurat medis yang terjadi. Peringatan ini datang setelah laporan dari sejumlah rumah sakit yang menyatakan, banyak pengusaha yang membawa pekerja di perusahaan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi virus korona.

 

“Para pengusaha yang bertindak tidak bertanggung jawab dengan menyalahgunakan fasilitas medis dapat ditangguhkan izin usaha untuk sementara,” ujar pernyataan dari MOM, dilansir The Strait Times pada Rabu (19/2).

 

Dalam pesan yang diberikan kepada para pengusaha, Direktur Divisi Manajemen Tenaga Kerja Asing MOM, Kevin Teoh mengatakan, kementerian telah mendapat laporan dari rumah sakit atas tindakan mereka yang mengirimkan para pekerja ke rumah sakit. Ia mengingatkan bahwa rumah sakit tak akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui, apakah mereka terinfeksi virus korona, kecuali indvidu memiliki gejala atau berada dalam keadaan tidak sehat.

 

 “Ini adalah langkah untuk memastikan bahwa fasilitas kesehatan difokuskan pada individu yang berada dalam kondisi tidak sehat dan membutuhkan penanganan medis,” kata Teoh dalam pernyataan kepada pengusaha.

 

 Lebih lanjut, Teoh mengatakan, setiap pekerja yang sakit harus dibawa terlebih dahulu ke dokter umum untuk menentukan, apakah mereka perlu dibawa ke rumah sakit. Ia memastikan bahwa jika diperlukan, tindakan medis akan dilakukan segera.

 

 “Kami mendorong Anda bertanggung jawab secara sosial dan mengirim pekerja ke rumah sakit jika ada keadaan darurat medis. Karena jika tidak demikian, rumah sakit akan menolak penanganan dilakukan dan mendahulukan mereka yang membutuhkannya,” kata teoh menambahkan.

 

Teoh mengimbau agar para pengusaha terus memantau kesehatan para pekerja di perusahaan mereka jika ingin menghindari penyebaran virus korona jenis baru dan penyakit berbahaya lainnya. Beberapa langkah pemantauan adalah dengan memeriksa suhu dua kali sehari dan memperhatikan kebersihan, seperti mencuci tangan secara rutin dengan sabun.

 

Otoritas kesehatan di Provinsi Hubei, Cina, melaporkan 132 kematian akibat virus korona atau Covid-19 pada Rabu (19/2) pagi waktu setempat. Dengan demikian, saat ini jumlah korban meninggal karena virus tersebut telah mencapai 2.000 orang. Sebelumnya, pada Selasa (18/2), Cina melaporkan total korban meninggal adalah 1.868 jiwa.

 

Dikutip laman South China Morning Post, jumlah warga Cina yang tertular atau terinfeksi juga bertambah menjadi 74,187 orang, kemarin. Sekitar 11.200 di antaranya berada dalam kondisi parah atau kritis.

 

Otoritas kesehatan Hubei juga melaporkan tentang pasien yang sembuh setelah menjalani perawatan. Hingga berita ini ditulis, jumlah warga yang pulih lebih dari 9.100 orang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat