IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Ramai-Ramai Mengeroyok Iran

Iran, tentu tak tinggal diam apabila diancam, apalagi diserang.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI 

Semua Presiden AS tampaknya sama saja bila menyangkut kebijakan di Timur Tengah, utamanya terkait Israel, Palestina, dan Iran. Entah itu dari Republik seperti Donald Trump ataupun Demokrat semisal Joe Biden, yang beberapa hari lalu ke beberapa negara Timur Tengah.

Trump terkenal dengan sebutan Mr Big Deal of the Century.  Lantaran, semasa jadi presiden, Trump merilis dokumen the Big Deal of the Century, berisi peta jalan perdamaian di kawasan Timur Tengah secara menyeluruh, versi Trump.

Kesepakatan itu menguntungkan Israel dan merugikan Palestina. AS mengakui Yerusalem (Madinatu al Quds) adalah satu dan tak dipisahkan, merupakan ibu kota Israel. AS memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

AS mengakui Dataran Tinggi Golan milik Suriah sebagai wilayah Israel. Trump menyatakan sah, permukiman Yahudi di wilayah pendudukan di Palestina. Soal nasib bangsa Palestina, dokumen itu menawarkan negara otonom di bawah Israel, lokasinya di luar Yerusalem.

 
Semua Presiden AS tampaknya sama saja bila menyangkut kebijakan di Timur Tengah, utamanya terkait Israel, Palestina, dan Iran.
 
 

Ini menutup tuntutan Palestina bahwa Yerusalem Timur ibu kota negaranya. Tentang Iran, Trump secara sepihak membatalkan perjanjian nuklir dengan negara itu, yang telah ditandatangani presiden sebelumnya, Barack Obama.

Trump memasukkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris. Atas upaya Trump dan timnya, sesuai dokumen, sejumlah negara Arab menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, disebut Perjanjian Abraham. Mereka Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Sebelumnya, dua negara Arab  menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu Mesir dan Yordania. Turki, lebih dulu menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Dalam kunjungan Biden ke Timur Tengah, Israel tujuan pertama sebelum Tepi Barat dan Arab Saudi. Ini menunjukkan Israel sangat penting bagi AS.

Lihatlah, Kamis lalu atau hari kedua kunjungannya di negara Yahudi, Presiden Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani ‘Deklarasi Yerusalem’, berisi komitmen Gedung Putih terhadap keamanan dan superioritas militer Israel di kawasan Timur Tengah.

 
Masih menurut Deklarasi Yerusalem, antara lain, mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. 
 
 

Deklarasi menegaskan komitmen AS membantu kemampuan militer Israel dan mempertahankan diri terhadap setiap ancaman atau kombinasi ancaman. Lalu cara apa yang ditempuh untuk membuat negara Yahudi itu lebih aman?

Masih menurut Deklarasi Yerusalem, antara lain, mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Mereka akan menghadapi bahaya aktivitas Iran di kawasan, baik secara langsung maupun melalui proksinya Hizbullah di Lebanon serta Hamas dan Jihad Islam di Gaza.

Mereka akan mengajak negara Arab menghadapi bahaya Iran ini. Hanya saja, Biden dan Lapid berbeda dalam mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Biden lebih memilih upaya diplomatik dan opsi militer sebagai upaya terakhir.

Lapid berpandangan ‘berbicara saja tak cukup untuk berurusan dengan Iran’. Biden dan Lapid sepakat meneruskan apa yang dirintis Trump, memperbanyak negara Arab dan Islam yang akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

Termasuk untuk pengamanan Israel, Biden mendukung solusi dua negara, Israel dan Palestina. Kedua negara harus sama-sama menikmati keamanan, kebebasan, dan kemakmuran. Ia berjanji memperkuat ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup rakyat Palestina.

 
Sayangnya, Biden dan timnya tak menjelaskan tentang waktu dan konsep mewujudkan solusi dua negara.
 
 

Sebagai komitmennya itu, AS membuka kembali kantor perwakilan Palestina (PLO) di Washington. Ia mencairkan bantuan keuangan kepada Palestina. Sebelumnya, Trump menutup kantor dan membekukan bantuan tersebut.

Pada Jumat (15/7) lalu, setelah ke Israel dan sebelum ke Saudi, Biden ke Yerusalem Timur dan melihat beberapa rumah sakit yang memberi layanan ke warga Palestina. Ia bertemu Presiden Palestina Mahmud Abbas di Betlehem, Tepi Barat.

Biden menyatakan, mengambil kebijakan berbeda dengan Trump. Gedung Putih, katanya, telah memberikan bantuan hampir setengah miliar dolar AS, termasuk 400 juta dolar kepada UNRWA untuk layanan kepada kelompok rentan.

Pihaknya akan memberikan tambahan 200 juta dolar AS kepada badan tersebut dan 100 juta lagi untuk beberapa rumah sakit di Yerusalem Timur. Ia berharap kunjungannya ke Palestina menjadi awal memperkuat dialog Palestina-AS.

Sayangnya, Biden dan timnya tak menjelaskan tentang waktu dan konsep mewujudkan solusi dua negara. Ia justru mengatakan, itu tak dalam waktu dekat karena kondisinya tak menguntungkan kedua sisi.

 
Di sisi lain, AS dan Israel berhasil mengerdilkan konflik, yang tadinya konflik Israel-Arab, Israel-Palestina, lalu Israel-Hamas.
 
 

Dengan kata lain, Biden melihat realisasi solusi dua negara bukan sesuatu yang harus disegerakan. Bangsa Palestina seolah cukup diberi bantuan kemanusiaan dan diiming-imingi mimpi negara merdeka, yang tambah tahun semakin memudar.

Di sisi lain, AS dan Israel berhasil mengerdilkan konflik, yang tadinya konflik Israel-Arab, Israel-Palestina, lalu Israel-Hamas. Kini konflik itu menjadi dengan Iran. Bukan hanya Israel dan AS, juga menyertakan sejumlah negara Arab. Kini, ramai-ramai mengeroyok Iran.

Iran, tentu tak tinggal diam apabila diancam, apalagi diserang. Mereka berpengalaman menggulingkan rezim Shah Reza Pahlavi dan mengusir ribuan orang AS dan Yahudi dari Iran ketika revolusi pada 1979.

Mereka berpengalaman diembargo dan diberi sanksi AS dan sekutunya selama puluhan tahun. Embargo dan sanksi justru menjadikan Iran tegak, mandiri, dan kuat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kenali Profil Risiko untuk Investasi

Tak sedikit yang merasa pengetahuan investasi mereka masih minim.

SELENGKAPNYA

Menilik Skenario Resesi

Seluruh aktor perekonomian global kini harus berhadapan langsung dengan ancaman resesi.

SELENGKAPNYA