Jamaah mengintip ke dalam Masjid Ali bin Abi Thalib yang ditutupi tembok dan pagar besi tak jauh dari Masjid Nabawi, Madinah, beberapa waktu lalu. | Fitriyan Zamzami/Republika

Kabar Tanah Suci

Madinah Kota Ziarah 

Di Madinah, saya beruntung bisa mengunjungi jejak petilasan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

OLEH A SYALABY ICHSAN dari Madinah

Di Madinah, saya beruntung bisa mengunjungi jejak petilasan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Beragam objek ziarah menjadi unggulan kota nabi ini yang memikat hati kaum Muslimin sedunia.

Ada beberapa bangunan yang masih berdiri. Ada juga yang tinggal reruntuhan. Yang pasti, Pemerintah Saudi membangun atau memugar masjid-masjid di objek ziarah tersebut. 

Di antara objek-objek itu hanya ada beberapa tempat yang memang disebutkan Rasulullah memiliki kemuliaan lebih ketimbang lainnya. Lokasi tersebut yakni Masjid Nabawi, Raudhah, dan Masjid Quba.

Masjid Nabawi pastilah menjadi incaran kunjungan kaum Muslimin. Setiap Muslim yang melaksanakan shalat akan diganjar pahala 1.000 kali di masjid berkapasitas satu juta jamaah tersebut. Belum lagi ada Raudhah, area antara rumah (sekarang makam) Nabi dan mimbar yang menjadi tempat diijabahnya doa-doa.  

Masjid Quba menjadi objek ziarah yang menandakan hadirnya Rasulullah untuk pertama kali di Madinah. Masjid berwarna putih ini merupakan tempat shalat pertama kali Rasulullah SAW saat tiba setelah hijrah dari Makkah.

Baginda bahkan yang meletakkan batu pertama masjid tersebut diikuti oleh Abu Bakar dan Umar. Tidak heran karena masjid ini menjadi masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Mereka yang shalat di masjid ini akan mendapat pahala ibadah haji dan umrah.

As-Suhaili mengatakan, penghuni masjid ini adalah orang-orang yang ingin membersihkan diri.  

photo
Jamaah memenuhi Masjid Quba di Madinah, beberapa waktu lalu. - (Fitriyan Zamzami/Republika)

Tampak juga beberapa masjid lain yang pernah menjadi lokasi pelaksanaan shalat Id Rasulullah SAW di sekitar Nabawi. Di antaranya, yakni Masjid Abu Bakar Shiddiq, Masjid Umar bin Khathab, dan Masjid Ali bin Abi Thalib. Penisbatan nama-nama sahabat tersebut demi mengingat jika di tempat itu mereka memilih lokasi shalat Id.

Petilasan lainnya ada masjid-masjid yang tersebar di Madinah. Di antaranya, Masjid al-Jumu’ah yang menjadi tempat Rasulullah melaksanakan shalat Jumat pertama di Madinah.  

Masjid Al-Ijabah, masjid tempat Rasulullah pernah berdoa tiga perkara untuk umatnya. Perkara ketiga, di mana beliau SAW meminta agar tidak ada perselisihan di antara umat Islam tidak dikabulkan Allah SWT.  

Masjid as-Sajadah, tempat Nabi SAW sujud syukur saat mendapat kabar gembira dari Jibril. Masjid al-Ghamamah, tempat Rasulullah dipayungi awan saat hendak shalat Id untuk terakhir kalinya.

Hingga Masjid Kiblatain, tempat Rasulullah pindah arah kiblat 180 derajat dari Baitul Maqdis di Yerussalem ke Masjidil Haram di Makkah usai mendapatkan wahyu.

Hanya memang, tidak ada riwayat yang secara tersirat menyatakan keutamaan bagi kaum Muslimin shalat di tempat-tempat tersebut. Ada dua lokasi lain yang berada di sekitar Madinah. Dua lokasi ini menjadi saksi bisu peperangan kaum Muslimin melawan kaum musyrik Makkah. 

photo
Jamaah sedang berkumpul di pelataran Masjid Khandaq di kompleks Masjid Sabah, Madinah, beberapa waktu lalu. - (Fitriyan Zamzami/Republika)

Masjid Syuhada Uhud menjadi momentum bagi saya untuk merekonstruksi bagaimana kemenangan kaum Muslimin yang sudah menjelang harus berganti menjadi kekalahan. Saya pun mendaki Bukit Rumat yang menjadi saksi tempat Rasulullah menyuruh para pemanah untuk siaga di tempat.

Rumat, bukit para pemanah, memang ideal untuk melancarkan serangan. Para pemanah bisa leluasa melepas anak panahnya di antara batu-batu yang menjulang. Dengan ketinggian hanya 20 meter, terbayang bagaimana panah pasukan Muslimin bisa leluasa menghujam pasukan Musyrikin.

Sayangnya, para pemanah itu tergiur ketika ghanimah (harta rampasan) sudah mulai dibagikan. Mereka berlari turun dari atas bukit. Tanpa sadar, pasukan kafir Quraiy yang dikomandani Khalid bin Walid berputar dari belakang bukit untuk melakukan serangan balik.

Pasukan Muslimin seketika kocar-kacir. Di sinilah peristiwa ketika rahang Rasulullah patah, sementara Hamzah bin Abdul Muthalib gugur sebagai syuhada. 

Meski pasukan Muslimin berhasil didesak oleh pasukan Abu Sufyan dan Khalid bin Walid, mereka tak juga berhasil membunuh Rasulullah dan menaklukkan Madinah. Faktanya, kaum Quraisy justru pulang ke Makkah tanpa membawa ghanimah. Mereka justru menderita karena kehilangan banyak pasukan. 

photo
Sejumlah jamaah menuruni Jabal Rumat dengan latar belakang Jabal Uhud sekitar lima kilo meter sebelah Utara kota Madinah, Ahad (13/8). Sebanyak 70 orang syuhada dimakamkan di tempat tersebut, diantaranya Paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib. - (Republika/Amin Madani)

Dari atas bukit berbatu itu, saya menyaksikan makam pamanda Rasulullah yang dimakamkan bersama para syuhada Uhud. Saya kembali bergidik tatkala mengenang kembali bagaimana sang singa ditikam oleh Wahsyi, sedangkan jantungnya kemudian dikunyah oleh Hindun.

Syahdan, saat banjir besar melanda kawasan Uhud, makam para syuhada sempat dibongkar agar jenazahnya dipindahkan. Jenazah Hamzah diketahui tampak masih utuh bahkan mengeluarkan darah segar. 

Bagaimana dengan Khandaq? Jejak perang yang saat ini terkenal dengan masjid-masjid kecil yang disebut sebagai The Seven Mosque (Ditambah Masjid Qiblatain). Salah satunya adalah Masjid Al-Fath, tempat yang dahulu menjadi pos pantau pasukan kaum Muslimin untuk mengintai pergerakan musuh. 

Sejarah mencatat jika Khandaq menjadi salah satu arena ujian terberat yang dialami kaum Muslimin. Seluruh kabilah Arab mengepung Madinah. Tidak kurang ada 10 ribu prajurit yang siap mengekspansi Madinah setiap saat.

Umat Islam menghadapi musim dingin yang ekstrem. Persediaan makanan pun nyaris hbis. Sementara, Rasulullah dan para sahabat masih harus menghadapi persoalan internal yang ditimbulkan oleh kaum munafik.

Allah SWT bahkan berfirman dalam QS al-Ahzab: 10. “(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu. Dan ketika penglihatanmu terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah.“ 

 
Dalam kondisi terdesak, Salman al-Farisi, seorang mualaf yang datang dari tanah Persia datang memberi usul. Bagaimana jika kaum Muslimin menggali parit untuk menahan laju musuh? 
 
 

Dalam kondisi terdesak, Salman al-Farisi, seorang mualaf yang datang dari tanah Persia datang memberi usul. Bagaimana jika kaum Muslimin menggali parit untuk menahan laju musuh?

Ia mengusulkan agar pasukan Muslim menggali parit di wilayah utara kota Madinah untuk menghubungkan kedua ujung Harrah Waqim dan Harrah Al-Wabrah. Daerah ini adalah satu-satunya yang terbuka di hadapan pasukan musuh.

Usulan Salman diterima. Kaum Muslimin menggali parit sepanjang 5.544 meter, lebar 4,62 meter dengan kedalaman berkisar tiga meter. Di tengah penggalian parit itulah muncul sebuah mimpi dan cita-cita yang membangkitkan semangat pasukan. Saat Rasulullah ikut menggali parit, tampak cahaya yang digambarkan oleh Nabi sebagai tiga istana dari negeri berbeda. 

“Bismillah, Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci bumi Syam. Demi Allah aku bisa melihat istananya berwarna merah dari tempat ini!” “Allahu Akbar! aku diberi kunci-kunci tanah Persia. Demi Allah, aku bisa melihat kastel putih Persia dari tempat ini!” "Allahu Akbar! Aku diberi kunci negeri Yaman. Demi Allah aku bisa melihat gerbang Shan’a dari tempat ini!” 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kolombo Tutup Sekolah untuk Hemat Energi

Dua menteri Sri Lanka dikirim ke Rusia untuk mendapatkan bahan bakar.

SELENGKAPNYA

Kemenkes Siapkan Jaket Jamaah Haji Atasi Heat Stroke

Saat di Armuzna, jamaah harus mengantisipasi cuaca panas.

SELENGKAPNYA

Mahaka Perkuat Transformasi Digital

MCAS Group dan Mahaka Luncurkan Aplikasi Inaya.

SELENGKAPNYA