Monolog Inggit Garnasih | Youtube

Geni

Kembalinya Monolog Inggit Garnasih

Pementasan musikal tentang Inggit Garnasih ini berbeda dengan yang dipentaskan pada periode 2011-2014. 

OLEH GUMANTI AWALIYAH 

Sosok Inggit Garnasih kembali dihidupkan dalam teater musikal bertajuk “Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak”. Formatnya kini lebih megah dengan iringan orkestra. 

Pementasan tersebut hadir dengan nuansa berbeda dari versi monolog yang telah dipentaskan pada periode 2011-2014. Pementasan yang terinspirasi dari roman “Kuantar ke Gerbang” karya Ramadhan KH ini berlangsung di Ciputra Artpreneur Theatre pada akhir pekan lalu.

Selama kurang lebih dua jam, aktris Happy Salma yang kembali memerankan sosok Inggit berhasil mengajak penonton menyelami pergulatan batin istri kedua dari Presiden pertama Indonesia, Ir Sukarno. Utamanya, ketika dia memilih bercerai daripada dimadu oleh Koesno (demikian Inggit memanggil Sukarno). 

Menjelang kemerdekaan bangsa, Inggit memilih mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan pulang ke Bandung. Menurut Happy, pentas teater musikal “Inggit Garnasih” masih sangat relevan dengan masa saat ini di mana perempuan adalah pusat dari semesta rumah tangganya. 

“Perempuan yang harus merawat semangat suami dan orang-orang sekitarnya, tapi juga pada saat bersamaan, harus meredakan badai dalam hati dan mengambil sikap untuk urusan pribadinya,” kata Happy dalam konferensi pers, Kamis (19/5) malam.

Pementasan ini menjadi salah satu upaya terus membumikan sosok Inggit Garnasih. Selama 20 tahun pernikahan, Inggit setia mengantar Sukarno lulus dari sekolahnya di Technische Hogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), mendukung ekonomi keluarga dengan berjualan jamu, alat-alat rumah tangga dan pertanian, merawat semangatnya saat Sukarno ditahan di penjara Sukamiskin. Inggit terus mendampinginya dalam pengasingan di Ende dan Bengkulu.

Menurut Happy, Inggit merupakan sosok penting dan saksi berbagai peristiwa masa perjuangan yang dilalui oleh para tokoh pendiri bangsa. Inggit merupakan spirit tentang kejujuran dan cerminan kedalaman perasaan seorang perempuan. 

"Ini adalah sebuah fase yang tidak pernah dibicarakan dalam narasi sejarah besar, kisah yang ada di wilayah domestik para pendiri bangsa ini," kata Happy.

Dia merasa pentas kali ini lebih berat dan menantang dari pentas sebelumnya. Karena sebelum ini, monolog Inggit sudah dipentaskan 13 kali dan naskah sudah begitu melekat. Sedangkan kali ini, pentas dengan struktur naskah yang jungkir balik dengan perjalanan perasaan yang tidak linier.

Selain itu, dalam pementasan kali ini Happy bernyanyi, yang mengharuskannya lebih sensitif terhadap nada. "Ini cukup membuat frustrasi. Beruntung ada teman-teman yang bantu saya dan meyakinkan saya kalau saya mampu,” ujar Happy.

Ada beberapa tantangan yang harus diatasi ketika memerankan Inggit. Itu karena secara pribadi ada beberapa peristiwa besar yang terjadi pada diri Inggit, tetapi tidak terjadi dengan diri Happy. 

Bagaimanapun, Happy berusaha mempersembahkan yang terbaik di panggung. "Dari segi keaktoran saya menempa diri saya, saya harus membuktikan bahwa saya bisa menyelesaikan ini dengan tuntas," kata Happy.

Wawan Sofwan selaku sutradara sangat lega bisa mempersembahkan pertunjukan "Inggit Garnasih" setelah dua tahun tertunda karena pandemi Covid-19. Dia juga merasa senang karena mendapat respons yang begitu positif dari penonton. 

Baginya, interaksi langsung dengan penonton bisa memberikan energi yang begitu besar untuk pertunjukan. "Itu modal bagi kami untuk berdiri di sini, di panggung, terus terang kami di belakang panggung nangis terharu. Saya rasa ini adalah peristiwa budaya yang luar biasa," kata Wawan.

Keputusan untuk menghadirkan kembali pementasan ini dalam bentuk teater musikal merupakan ide Wawan Sofwan selaku sutradara. Menurut dia, bentuk teater musikal juga berkaitan dengan tradisi Sunda, di mana nyanyian adalah bentuk curahan perasaan.

Dia berpikir akan lebih kuat apabila ungkapan-ungkapan kegelisahan tokoh Inggit dihadirkan dalam bentuk nyanyian. "Tokoh Inggit hadir sebagai seorang perempuan yang memilih mengingat sesuatu yang lebih baik meski ia dilanda kesedihan mendalam," ujar Wawan.

Pementasan ini semakin berwarna dengan arahan musikal dari Dian HP (komposer), Avip Priatna (konduktor), yang diiringi lantunan musik dari Jakarta Concert Orchestra serta suara merdu dari Batavia Madrigal Singers. Sementara itu, untuk penulis naskah dipercayakan kepada Ratna Ayu Budhiarti.

Teater musikal "Inggit Garnasih" dilengkapi dengan kehadiran Ati Sriati (pemeran pendukung--Ibu Amsi), Jessica Januar (pemeran pendukung-Ratna Djuami), dan Desak Putu Pandara Btari Patavika (pemeran pendukung-Kartika). Seluruh pemain tampil mengesankan di atas panggung dengan arahan Iskandar Loedin (pimpinan artistik dan skenografer).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Selamat Jalan Jubir Pertama Pandemi Indonesia

Proses pemakaman diawali dengan upacara pelepasan secara militer dari pihak keluarga ke negara yang dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.

SELENGKAPNYA

Aroma Politis di Kasus Ekspor CPO yang Dibantah Kejakgung

Tim penyidikan belum menemukan keterlibatan tokoh maupun partai politik dalam kasus Lin Che Wei.

SELENGKAPNYA

Ujian Seorang Mukmin

Tidak ada jalan lain kecuali bersabar dalam menghadapi ujian keimanan.

SELENGKAPNYA