Suasana deretan hunian tetap (huntap) korban bencana tanah longsor di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. | Shabrina Zakaria/Republika

Bodetabek

Nggak Bohong, Saya Masih Takut

Korban longsor Cigudeg Bogor masih mengkhawatirkan kondisi di sekitarnya.

OLEH SHABRINA ZAKARIA

Suara hujan deras dan petir yang menggelegar masih membuat Lela (35 tahun) ketakutan. Pikirannya melayang pada awal 2020, ketika tanah longsor melanda tempat tinggalnya di Kampung Tangseng, Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.

Pascakejadian bencana, ibu tiga anak itu melanjutkan kehidupan di hunian sementara (huntara) yang disediakan oleh pemerintah. Namun, sejak setahun yang lalu, Lela pindah ke hunian tetap (huntap) di Kampung Warung Dua, Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.

Ia tak sendiri, 205 unit huntap berdinding putih dan beratap merah itu diisi oleh sekitar 1.700 orang. Di mana ribuan orang tersebut berasal dari empat kampung yang berbeda di Desa Sukaraksa.

Deretan rumah putih tersebut memiliki desain yang sama. Di bagian halamannya, banyak warga yang membuka usaha, seperti makanan, warung sembako, minuman, dan sebagainya. Cuaca yang panas kala itu tak menggoyahkan hati anak-anak untuk bermain sepeda dan berkejaran di antara huntap dan deretan tanaman singkong.

photo
Suasana deretan hunian tetap (huntap) korban bencana tanah longsor di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. - (Shabrina Zakaria/Republika)

Sambil memilin dodol asam di tangannya, Lela mengaku bahagia bisa mendapat rezeki untuk tinggal di huntap meski masih menyimpan rasa trauma. Ia pun kembali membuka warung sembako, seperti di rumah lamanya yang kini telah rusak dihantam tanah longsor.

“Bahagia saya bisa tinggal di huntap. Di sini ada kamar dan lebih luas. Tapi, nggak bohong ya, setiap dengar suara hujan saya masih takut,” kata Lela ketika ditemui Republika di depan rumahnya, baru-baru ini.

 

Rasa syukur juga dirasakan Adi Basuki. Pria berusia 40 tahun itu bersyukur, ia sama sekali tidak berada di Bumi Tegar Beriman ketika bencana tanah longsor melanda. Namun, ia kehilangan rumah berikut ayah mertuanya yang jasadnya tak ditemukan di bawah runtuhan tanah longsor.

Untuk menyokong kebutuhan rumah tangganya, Adi membuka kedai soto tangkar di sekitar rumahnya. Di huntap yang kini ditempatinya, ada dua kepala keluarga (KK) lain yang turut tinggal di tempatnya.

“Jadi, ada tiga KK di sini. Ada anak saya yang sudah menikah dua orang dan saya. Kalau rumah mertua hilang semua, longsor. Mertua saya nggak ketemu,” ujar Adi.

photo
Suasana deretan hunian tetap (huntap) korban bencana tanah longsor di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. - (Shabrina Zakaria/Republika)

Amnah (35 tahun) merupakan salah satu adik ipar Adi yang menyimpan luka mendalam dari kejadian tanah longsor 1 Januari 2020. Amnah menerima jahitan operasi dari ubun-ubun hingga ujung kaki. “Puluhan jahitan. Urat demi urat,” kata Amnah menceritakan rasa sakitnya.

Saat kejadian Amnah tengah bersama suami dan anak-anaknya. Ketika tanah longsor melanda, Amnah terpental sedemikian jauh dan baru dievakuasi hampir delapan jam kemudian.

Seusai kejadian nahas itu, Amnah sekeluarga sempat tinggal di huntara. Namun, air yang digunakan untuk hidup sehari-hari mulai tidak layak untuk digunakan. Sehingga Amnah menumpang di huntap milik kakaknya, Adi. “Jadi, kemarin tinggal di huntara, airnya dari kali. Sekarang lagi cor kalinya. Jadi, ada bahan kimia. Saya tinggal di sini saja karena nggak punya rumah lagi,” ujarnya.

Di samping itu, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor sudah mengajukan ribuan huntap untuk masyarakat yang menjadi korban longsor. DPKPPP mencatat, ada 570 unit diajukan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan 1.030 unit huntap diajukan ke pemerintah pusat. Dengan perincian, 142 unit akan dibangun di dua desa senilai Rp 11,6 miliar. Hal itu ditambah land clearing di tiga desa dengan anggaran Rp 2,9 miliar.

Kepala Bidang Perumahan DPKPP Kabupaten Bogor Dede Armansyah menyebutkan, pembangunan 142 unit huntap di dua desa dan land clearing di tiga desa menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor. Sedangkan, 467 unit huntap senilai masing-masing Rp 50 juta akan dibantu dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun ini.

“Usulan pengajuan 570 unit ke provinsi dan 1.030 unit ke pusat. Itu rumah dan PSU. Belum termasuk prasarana lainnya, seperti alat kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lainnya,” kata Dede. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Saatnya Garuda Membalas

Indonesia akan menghadapi Thailand pada laga semifinal sepak bola SEA Games.

SELENGKAPNYA

Periksa Mobil Setelah Digunakan Mudik

Oli mesin menjadi salah satu bagian terpenting yang harus diperhatikan setelah mudik.

SELENGKAPNYA

Erick Dorong Standardisasi Kilang Pertamina

Insiden Kilang Pertamina Balikpapan menyebabkan terganggunya operasional unit Plant 5.

SELENGKAPNYA