Seorang petani Nepal memanen gandum di Kathmandu, Nepal, Rabu (13/5). Lockdown di Nepal mengakibatkan kekurangan pekerja yang disewa untuk bekerja di ladang | AP / Niranjan Shrestha

Ekonomi

Waspadai Larangan Ekspor Gandum India

Sebagai pengimpor gandum, Indonesia disebut akan terimbas efek kebijakan ini.

JAKARTA -- Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengingatkan pemerintah dan dunia usaha untuk mewaspadai larangan ekspor gandum dari India. Sebagai pengimpor gandum, Indonesia disebut akan terimbas efek kebijakan ini. Bhima pun mendorong adanya mitigasi terkait sikap proteksionisme tersebut.

"Kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum sangat berisiko bagi stabilitas pangan di dalam negeri," kata Bhima kepada Republika, Senin (16/5).

Menurut Bhima, ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari pelarangan ekspor. Dia mengatakan, akan terjadi kenaikan harga karena terbatasnya pasokan. India merupakan produsen gandum terbesar kedua di dunia. Dengan larangan ekspor, ketersediaan gandum akan sangat terbatas.

Harga gandum di pasar internasional telah naik 58,8 persen dalam satu tahun terakhir. Imbas pada inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat. Ini karena sejumlah industri makanan skala kecil perlu menyiapkan strategi menghadapi kenaikan biaya produksi.

Pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius. Kebijakan India akan membuat pasokan gandum semakin langka. Sebelumnya, perang Rusia-Ukraina sudah membuat stok gandum turun signifikan.

Harga gandum juga bisa memengaruhi harga pakan ternak seperti ayam ras. Apabila terjadi kenaikan harga, berpotensi merembet ke harga daging dan telur ayam ras.

Bhima menilai, pengusaha juga bisa mencari sumber alternatif gandum. Ini menjadi kesempatan bagi alternatif bahan baku selain gandum, seperti tepung jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak diproduksi di Indonesia.

Omzet meningkat

Omzet penjualan roti selai Samahani khas Aceh Besar meningkat 300 persen selama libur panjang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah. "Alhamdulillah, libur panjang tahun ini membawa keberkahan bagi kami karena omzet harian meningkat mencapai tiga kali lipat dari biasanya," kata Bustami, seorang pedagang roti selai di kawasan Samahani, Aceh Besar, Sabtu.

Roti Selai Samahani adalah salah satu kuliner khas Aceh yang berasal dari Samahani, Kabupaten Aceh Besar. Makanan ini bercita rasa manis dan beraroma gandum. Jajanan ini cukup populer di Aceh. Bustami menjelaskan, pada hari biasanya jumlah roti yang terjual oleh pedagang di kawasan tersebut berkisar antara 200 hingga 300 roti selai setiap hari. Namun, pada libur panjang Lebaran, para pedagang mampu menjual 900 hingga 1.000 buah roti selai setiap hari.

Meski mengalami banyak permintaan konsumen, harga jual satu bungkus roti selai tetap dijual seperti biasa yakni sebesar Rp8.000 per bungkus."Libur panjang tahun ini membawa berkah tersendiri bagi kami, karena banyak sekali warga yang datang ke Aceh dan membeli oleh-oleh roti selai Samahani," kata Bustami.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Calhaj Diminta Segera Lengkapi Vaksin

Sebanyak 44.919 calhaj berisiko tinggi pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini.

SELENGKAPNYA

Teknologi Kanker Antar Pandu Masuk Forbes 30

Panakeia mengembangkan pendekatan pertama yang bisa mendeteksi profil biomarker kanker tanpa harus melakukan tes dengan bantuan teknologi AI.

SELENGKAPNYA

Regulasi Hak Penerbit Masuk Setneg

Aturan ini nantinya akan mengatur konvergensi industri media dan lapangan usaha.

SELENGKAPNYA