Prof KH Nasaruddin Umar | Ilustrasi : Daan Yahya

Tausiyah

Menguatkan Telinga Batin (Sama’)

Semua ayat yang menjelaskan pancaindra manusia selalu menempatkan pendengaran (al-sam’) yang pertama.

Oleh Kontemplasi Ramadhan (22)

PROF KH NASARUDDIN UMAR, Imam Besar Masjid Istiqlal

Latihan untuk menguatkan telinga batin merupakan bagian dari perjuangan para salik (spiritual traveler). Kebiasaan ini jarang dilakukan para awam. Yang banyak dilakukan orang ialah mengasah dan mempertajam mata batin.

Padahal, organ tubuh dan pancaindra yang paling pertama berfungsi dan menyaksikan langsung suara Tuhan Yang Maha Lembut dan Maha Indah ialah pendengaran kita.

Semua ayat yang menjelaskan pancaindra manusia selalu menempatkan pendengaran (al-sam’) yang pertama. Kontemplasi untuk membuat telinga batin sensitif  biasa disebut sama’ atau di Jawa disebut sima’an, di Turki dikenal dengan shema’, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menghayati sebuah lagu atau irama tertentu melalui pendengaran.

Aktifitas sama’ di dalam praktik tasawuf merupakan suatu hal yang lazim. Hampir semua praktisi tasawuf mencintai suara merdu dan irama indah. Para praktisi sufi di dalam dunia suni pun akrab dengan sama’.

 
Semua ayat yang menjelaskan pancaindra manusia selalu menempatkan pendengaran (al-sam’) yang pertama.
 
 

Berbeda dengan umumnya ulama fikih, tidak begitu akrab dengan sama’ atau seni pada umumnya karena dianggapnya bid’ah yang tidak pernah dilakukan Rasulullah. Namun, dalam beberapa riwayat menyebutkan, Rasulullah mencintai seni, bahkan ia juga seniman, minimal pencinta seni.

Sementara itu, kalangan salikin menganggap sama’ sangat berarti untuk membantu dirinya lebih berfokus kepada suasana batin yang diinginkan.

Setidaknya ada lima manfaat sama’ bagi para salikin. Pertama, melalui sama’, yaitu menyimak dan menghayati lagu dan atau irama tertentu mereka dapat melembutkan jiwanya yang keras, meluruskan pikirannya yang selama ini sering bengkok, membersihkan, dan memutihkan hati yang selama ini kotor.

Kedua, para salikin dapat menjadikan sama’ sebagai sarana untuk membuka hijab-hijab yang   selama ini muncul sebagai akibat lamanya ia berpisah dengan Tuhannya.

 
Namun, dalam beberapa riwayat menyebutkan, Rasulullah mencintai seni, bahkan ia juga seniman, minimal pencinta seni.
 
 

Ketiga, kalangan salikin saat menghayati sama’ mendengarkan kembali komitmen spiritual yang pernah ia ikrarkan kepada Allah SWT. Hampir setiap orang pernah menyesali perbuatan buruknya sambil berikrar untuk meninggalkan dunia hitam dan gelap itu lalu kembali ke jalan yang benar.

Memalui sama’, ikrar dan komitmennya bisa diperbarui kembali dengan menjalani kehidupan baru yang bebas dari noda dan dosa.

Keempat, ketika para salikin berada di dalam majelis sama’, ketika itu mereka berusaha mencontoh sahabat-sahabat spiritual dan para mursyidnya yang tanpa beban penuh perhatian dan fokus menghayati sebuah irama lagu dan musik yang mengandung nasihat-nasihat  luhur.

Kelima, kalangan salikin dapat menjadikan tradisi sama’ untuk menjadikan telinganya lebih sensitif terhadap pesan-pesan Tuhan. Bunyi-bunyi halus di berbagai tempat bisa dimaknai sebagai pesan yang amat berharga bagi manusia

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Fenomena Flexing Dalam Pandangan Syariah

Agar penjelasan tentang flexing ini lengkap, akan dijelaskan dalam pointers adab.

SELENGKAPNYA

Lelaki Buta yang Mencintai Rasulullah SAW

Meski tidak dianugerahi penglihatan, Ibnu Ummi Maktum mendapat keistimewaan berupa kecintaan terhadap agama meski nyawa taruhannya.

SELENGKAPNYA

Paradoks Dunia Antroposen

Manusia di dunia antroposen adalah titik sentral dari relasi alam dan lingkungannya.

SELENGKAPNYA