Azyumardi Azra | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Memberantas Islamofobia (2) 

Pemberantasan Islamofobia menemukan momentum baru.

Oleh AZYUMARDI AZRA

OLEH AZYUMARDI AZRA

Pemberantasan Islamofobia menemukan momentum baru. Hal ini juga berkat proklamasi Majelis Umum PBB (UNGA) 15 Maret sebagai Hari Internasional Memberantas Islamofobia (The International Day to Combat Islamophobia).

Proklamasi ini patut menjadi titik penggalangan baru bagi negara-negara, masyarakat, dan komunitas umat beragama berbeda secara global memberantas Islamofobia yang laten di banyak negara.

Berdasarkan kenyataan historis, teologis, sosiologis, dan politis, Islamofobia biasa dianggap banyak kalangan Muslim laten di Barat—Eropa dan Amerika Utara khususnya.

Namun, dalam kenyataannya, Islamofobia pada waktu lebih lama juga terjadi di negara-negara, tempat kaum Muslim menjadi bagian integral penduduk pribumi—bukan sebagai imigran, seperti terjadi di Eropa, Amerika, juga Australia.

 
Proklamasi ini patut menjadi titik penggalangan baru bagi negara-negara, masyarakat, dan komunitas umat beragama berbeda secara global memberantas Islamofobia yang laten di banyak negara.
 
 

Adanya Islamofobia di luar dunia Barat, tempat kaum Muslim merupakan warga pribumi bisa disaksikan di India, RRC, Thailand, Filipina, atau Myanmar.

Komunitas Muslim lokal sudah terwujud selama berabad-abad, sejak Islam menyebar ke wilayah-wilayah tersebut sepanjang Islamisasi pada abad ke-8 dan seterusnya.

Kaum Muslim menjadi minoritas di negara-negara tersebut karena proses Islamisasi yang terbendung sebab berbagai faktor. Karena aneksasi wilayah Muslim oleh kekuatan lain, seperti dinasti-dinasti Cina di Asia Tengah, Siam di Thailand Selatan, atau Spanyol di Filipina.

Meski minoritas, jumlah mereka cukup signifikan di India, RRC, Filipina, atau Thailand sehingga tak bisa diabaikan begitu saja. Menurut Pew Research Center, New York, menjelang 2050 jumlah kaum Muslim India (2022 sekitar 205 juta jiwa) bakal lebih banyak dari Muslim Indonesia.

Ini karena tingkat pertumbuhan penduduk (fertility rate) Muslim India jauh lebih besar karena tidak berkeluarga berencana (KB atau family planning) dibandingkan banyak kaum Muslim Indonesia yang ber-KB.

 
Kaum Muslim menjadi minoritas di negara-negara tersebut karena proses Islamisasi yang terbendung sebab berbagai faktor. 
 
 

Tidak terdengar adanya Islamofobia di negara-negara Asia lain, seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, Vietnam, atau Kamboja—boleh jadi karena jumlah mereka yang sangat sedikit atau tidak signifikan.

Selain itu, Islam dan Muslim tidak punya sejarah panjang di Jepang, Korea Selatan, atau Vietnam. Muslim datang dalam jumlah terbatas untuk bekerja di Jepang, terutama sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Praktik Islamofobia juga tidak meluas di kebanyakan negara Afrika. Islamofobia pernah ada dan dalam batas tertentu bertahan di Afrika Selatan. Keadaan ini terkait kekuasaan Eropa (Jerman dan Belanda khususnya) di Afrika Selatan.

Sementara itu, di banyak negara Afrika lain, meminjam teori sosiolog Belanda, BJO Schrieke, berlangsung ‘balapan (race) antara Islam dan Kristianitas’ untuk mendapat penganut.

Kini, kekuatan masing-masing agama hampir seimbang; menurut berbagai survei utama yang kredibel, Islam dan Kristianitas sama-sama memiliki sekitar 40 persen penganut dari estimasi 1,3 miliar penduduk Afrika.

Dengan pemetaan historis dan demografis Muslim di Eropa, Amerika Utara, Australia, Asia, dan Afrika, faktor penyebab muncul, berkembang dan menyintasnya Islamofobia di masing-masing wilayah berbeda.

 
Kini, kekuatan masing-masing agama hampir seimbang; menurut berbagai survei utama yang kredibel, Islam dan Kristianitas sama-sama memiliki sekitar 40 persen penganut dari estimasi 1,3 miliar penduduk Afrika.
 
 

Karena itu, upaya mengatasi atau menggunakan terminologi proklamasi MU PBB, ‘pemberantasan’ juga tidak bisa seragam. Apalagi, corak pengalaman, pertemuan damai atau keras di antara kaum Muslim dengan masyarakat setempat juga tidak sama.

Selain itu, Islamofobia bisa muncul terkait dinamika politik, agama, dan sosial budaya antarnegara di tingkat internasional. Konflik dan kekerasan berkepanjangan antara Palestina dan Israel, di Filipina Selatan, atau Thailand Selatan.

Juga karena perkembangan gerakan dan sel garis keras di kalangan kaum Muslim, yang menggunakan senjata non-konvensional mematikan dalam skala besar, dengan menargetkan kalangan Muslim sendiri atau non-Muslim atau negara non-Muslim.

Islamofobia di kalangan masyarakat internasional juga bisa muncul karena kontestasi politik, yang melibatkan kekerasan di antara kelompok komunitas atau gerakan Muslim tertentu dengan penguasa negara Muslim. Juga bisa disebabkan konflik internal di antara kaum Muslim atau kekerasan dan perang di antara negara-negara Muslim.

 
Selain itu, Islamofobia bisa muncul terkait dinamika politik, agama, dan sosial budaya antarnegara di tingkat internasional. 
 
 

Bukan tidak sering, konflik internal di antara masyarakat dan penguasa negeri Muslim melibatkan kekuatan asing, seperti Amerika Serikat, Uni Soviet (kini Rusia), negara-negara Uni Eropa tertentu, dan kini juga RRC.

Karena itu, memerangi Islamofobia juga memerlukan pembenahan rumah tangga kaum Muslim sendiri. Masyarakat dan pemerintah negara Muslim, mesti menyelesaikan pertikaian dan konflik secara damai; semakin banyak kekerasan digunakan, kian memburuk pula citra Islam yang mendorong kelatenan Islamofobia.

Pada saat yang sama, kaum Muslimin dalam diaspora juga harus lebih akomodatif. Prinsip ‘di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung’ perlu diterapkan. Pasti bisa tanpa mengorbankan akidah dan ibadah Islamiyah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Spiritual Childish

Kekanak-kanakan secara psikologis ketika seorang dewasa masih labil di dalam menjalani kehidupan. Ia gampang gembira tetapi juga gampang marah.

SELENGKAPNYA

Julaibib: Dicibir Manusia, Dimuliakan Allah

Julaibib yang sering dihina manusia, tapi dimuliakan derajatnya di sisi Allah.

SELENGKAPNYA

Mewaspadai Comeback Los Rojiblancos Atletico Madrid

Setidaknya, momen semacam ini sudah empat kali dirasakan Atletico Madrid yang

SELENGKAPNYA