Pedagang kaki lima dan tukang becak mengambil paket sembako dari dermawan di Malioboro, Yogyakarta, Senin (2/8). Selama PPKM jumlah kunjungan wisatawan ke Malioboro anjlok. Dan Pemerintah kembali memperpanjang PPKM hingga 9 Agustus mendatang. | Wihdan Hidayat / Republika

Kisah Ramadhan

Meneladan Kedermawanan Rasulullah

Saat Ramadhan, siapkan harta terbaik kita untuk berzakat dan memperbanyak sedekah.

 

Ramadhan adalah momentum untuk melatih dan meningkatkan kedermawanan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Jauhi sifat kikir dan perbanyak berbagi kepada mereka yang membutuhkan.

Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran DPP Hidayatullah Ustaz Shohibul Anwar menyampaikan, Ramadhan adalah bulan istimewa yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan ini Allah menjanjikan berbagai keutamaan dan kemuliaan bagi hamba-hambanya yang beriman.

"Allah melimpahkan berbagai nikmat yang paling utama, paling besar, dan paling tinggi. Di antaranya nikmat ampunan, rahmat, keberkahan, dilipatgandakan setiap amal kebaikan, dan ada satu malam pada bulan Ramadhan yang lebih baik daripada seribu bulan," katanya.

Ustaz Shohibul menjelaskan, hamba yang beriman tentu bergembira dan bersemangat menyambut tawaran Allah itu. Sungguh sangat sombong jika seorang hamba ketika mendapatkan hadiah dari Allah SWT bersikap biasa-biasa saja.

Sikap yang paling baik untuk menyambut janji-janji Allah itu adalah dengan beribadah dan beramal saleh sebaik-baiknya. Di antara amalan yang diperintahkan dalam bulan Ramadhan adalah memperbanyak sedekah melebihi bulan-bulan yang lain.

Dalam beberapa riwayat dijelaskan bagaimana kedermawanan Rasulullah SAW. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan dan menjadi lebih dermawan lagi pada Ramadhan. Kedermawanannya bahkan melebihi angin yang berembus, yang artinya sangat ringan tanpa merasa keberatan.

"Maka pada Ramadhan ini kita siapkan harta terbaik untuk menunaikan zakat, memperbanyak sedekah, dan memberi makan orang-orang yang berpuasa," kata Ustaz Shohibul.

Dia juga memberikan beberapa tip untuk menumbuhkan kedermawanan. Hal ini, menurut dia, harus dimulai dengan kesadaran betapa pentingnya berbagi, bagi kehidupannya di dunia dan akhirat. Ketika seorang Muslim berbuat baik, sebenarnya dialah yang pertama kali merasakan manfaat kebaikan itu untuk dirinya.  Ketika berniat berbagi kebaikan, tiba-tiba jiwa merasa lega dan seketika merasa bahagia. Ketika niat itu diwujudkan, bertambahlah kebahagiaan itu.

Sebaliknya, renungkan apa yang terjadi pada jiwa orang yang kikir. Kikir itu karena cinta dunia. Siapa yang mencintai dunia akan diperbudak oleh dunia. Mereka yang miskin dan cinta dunia akan disibukkan dan digelisahkan oleh kemiskinannya. Sedangkan, yang kaya akan disibukkan dan digelisahkan oleh kekayaannya.

Orang yang terbebas dari sifat kikir adalah orang yang merdeka sesungguhnya. Dalam kehidupan dunia, seorang hamba tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan dengan baik kalau tidak memiliki kedermawanan.

"Dan dalam kehidupan akhirat, harta yang kita sedekahkan dan kita gunakan untuk kebaikan itulah penolong sejati kita. Harta yang tidak digunakan di jalan Allah justru akan menjadi beban dan memberatkan pertanggungjawaban kita di pengadilan Allah nanti," ujarnya.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi juga menjelaskan, Allah SWT melipatgandakan pahala dari amal ibadah yang dilakukan seorang Muslim selama Ramadhan. Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa seluruh amalan yang wajib itu dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat dan amalan sunah dianggap seperti amalan wajib.

"Ini luar biasa. Maka tentu harus kita manfaatkan bulan Ramadhan ini, di mana Allah SWT mengobral pahala dengan amaliyah-amaliyah yang sedikit, tetapi pahalanya banyak," katanya.

Kiai Zubaidi melanjutkan, amalan apa pun yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan, termasuk sedekah. Rasulullah SAW telah mencontohkan, beliau adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi pada bulan suci Ramadhan. "Maka kita contoh perbuatan Kanjeng Nabi SAW," ujarnya.

Kedermawanan, Kiai Zubaidi melanjutkan, juga sebagai hikmah dari puasa di mana umat Islam menahan rasa lapar dan dahaga. Ketika memiliki empati dan simpati kepada orang-orang yang punya kekurangan, susah, dan lapar, seiring dengan itu seorang Muslim yang berkecukupan harus membantu mereka dengan infak dan sedekah.

"Tidak lucu, kalau kita sudah merasakan tidak enaknya tidak makan, lalu kita tidak punya simpati dan solidaritas. Jadi, ini sebagai pengejawantahan pada puasa kita. Terapkan dan miliki rasa simpati kepada mereka yang kekurangan," kata dia.

Kiai Zubaidi mengatakan, Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa meski dengan sebutir kurma. Itu pahalanya luar biasa. Sebagai solidaritas sesama Muslim, siapkanlah hidangan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa. Pahalanya sama dengan orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahalanya. "Karena ada pahala lain yang datang dari Allah SWT," ujarnya.

Hikmah lain yang dirasakan adalah solidaritas sosial. Kiai Zubaidi menjabarkan, berpuasa berarti turut merasakan penderitaan sebagian orang, seperti tidak punya uang dan tidak bisa makan. Dengan berpuasa, umat Islam dapat meningkatkan solidaritas sosial karena merasakan kepahitan yang dialami sebagian orang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.