Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Sekelumit Kisah Menjelang Ramadhan

Berbagai hal yang berangsur normal dan kembali semarak harus kita syukuri.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Ramadhan, bulan istimewa dan yang selalu dinanti kaum muslimin telah tiba. Perubahan perilaku umat  terasa sejak beberapa waktu sebelum kehadirannya. Kebiasaan-kebiasaan baik yang sempat jauh kembali digiatkan.

Berbagai persiapan dilakukan agar bulan saat pahala kebaikan berlipat ganda tak melipir dari genggaman. Namun perubahan masif menyangkut perilaku konsumen khususnya, memengaruhi tatanan dalam masyarakat yang terkadang berakibat kurang menguntungkan.

Harga-harga, terutama bahan makanan biasanya naik karena menjelang Ramadhan banyak yang berlomba membeli kelengkapan untuk berbuka bersama keluarga.

Situasi terasa kian berat bagi kebanyakan masyarakat. Sebab, terdapat kondisi yang membuat ibu-ibu rumah tangga tak tenang; harga minyak goreng melonjak tinggi.

 

 
Situasi terasa kian berat bagi kebanyakan masyarakat. Sebab, terdapat kondisi yang membuat ibu-ibu rumah tangga tak tenang.
 
 

 

Bahkan mbak yang membantu di rumah sempat menitipkan pesan, minta tolong kepada mahasiswa untuk demo dan menyampaikan aspirasi ini kepada para pemimpin.

Dulu banyak yang mengira kenaikan minyak goreng semata karena harga internasional dan bisnis semata. Namun kini KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) mensinyalir dugaan terkait kartel yang menguat.

Pengusaha sejenis yang berkumpul dan bersepakat menentukan harga bersama-sama, termasuk mengatur stok yang tersedia. 

Tentu saja, praktik ini ilegal karena seharusnya persaingan usaha membuat harga bersaing dan memberi kesempatan masyarakat bebas memilih. Dengan praktik kartel, rakyat menjadi korban karena harga dipatok segelintir pengusaha.

Berharap kedamaian Ramadhan yang telah lama ditunggu tak  harus terus terganggu isu tingginya harga minyak goreng. Jika benar dugaan kartel ini, tentu  harus segera ditertibkan. Bukan hanya menyangkut minyak goreng, juga untuk semua jenis komoditas.

 

 
Tantangan kebutuhan pokok menjelang Ramadhan,  tak hanya membebani kita. Umat  Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah turut merasakan dampak kenaikan harga.
 
 

 

Tantangan kebutuhan pokok menjelang Ramadhan, tak hanya membebani kita. Umat Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah turut merasakan dampak kenaikan harga.

Selain akibat kebutuhan meningkat di awal Ramadhan yang setiap tahunnya membuat harga melambung, kenaikan harga berbagai kebutuhan juga akibat pecahnya perang Rusia dan Ukraina yang biasanya menjadi sumber utama impor sebagian besar bahan pokok.

Peningkatan harga beberapa waktu menjelang bulan suci, membuat mereka yang hidupnya sudah sulit semakin menjerit.

Kabar baik menjelang Ramadhan terlihat pada sektor busana.  Pusat grosir pakaian mulai ramai pengunjung dan insya Allah terus bergulir memasuki hari-hari terakhir bulan suci ketika warga bersiap menyambut hari raya.

Bukan hanya pakaian, penjualan mobil juga berpotensi meningkat untuk memenuhi kebutuhan mudik. Peluang ini lalu disambut para  pengusaha otomotif yang kemudian menggelar pameran sebab menganggap momennya tepat.

Di luar berbagai kebutuhan konsumen, satu hal yang tak biasa menjelang Ramadhan tahun ini adalah peristiwa demo besar-besaran.

 
Di luar berbagai kebutuhan konsumen, satu hal yang tak biasa menjelang Ramadhan tahun ini adalah peristiwa demo besar-besaran.
 
 

Ramai mahasiswa yang mewakili BEM dari berbagai penjuru nusantara mengadakan protes  menolak ide amendemen konstitusi untuk memberi kesempatan presiden tiga periode maupun  penundaan pemilu.

Lalu apa hubungan aksi mereka dengan Ramadhan? Seorang aktivis BEM menjelaskan, mereka mendengar indikasi adanya pembahasan di lembaga legislatif pada Ramadhan ini untuk mengamendemen konstitusi, terutama terkait menunda pemilu dan masa jabatan presiden tiga kali.

Ada asumsi, keputusan krusial yang diambil pada Ramadhan tidak akan banyak mendapat tanggapan keras sebab saat bulan puasa, tidak akan nyaman bagi banyak pihak untuk berdemonstrasi.  

Nampaknya para aktivis perguruan tinggi di Tanah Air ingin menegaskan, sekalipun Ramadhan mereka akan tetap berbuat sesuatu. Pernyataan ini diwujudkan dengan berkumpulnya perwakilan BEM dari seluruh Indonesia untuk menentang amendemen terkait perubahan konstitusi.

Semoga sikap kritis calon-calon pemimpin masa depan kita mendapat respons baik. Memiliki sikap atas satu hal dan berani mengekspresikan pendapatnya selama dengan cara tidak anarki, merupakan bukti mereka peduli dan mencintai Indonesia.

 
Ramadhan ketiga selama pandemi, alhamdulillah. Rasanya berbagai hal yang berangsur normal dan kembali semarak harus kita syukuri.
 
 

Ramadhan ketiga selama pandemi, alhamdulillah. Rasanya berbagai hal yang berangsur normal dan kembali semarak harus kita syukuri. Termasuk kemungkinan mudik Lebaran, yang terus dijajaki dan dinanti masyarakat dengan harap-harap cemas.

Terlepas dari itu, semoga semangat kasih dan sayang, serta kepedulian terhadap sesama tumbuh kian subur. Bagaimanapun, pandemi masih berdampak hebat bagi kemampuan finansial banyak keluarga.

Terakhir, semoga di antara riuh semangat menjalani Ramadhan 30 hari ke depan, tidak melemah kesadaran untuk tetap menjalankan prokes, baik sahur pun berbuka- apalagi saat melakukannya berkelompok di luar rumah juga dalam pelaksanaan shalat Tarawih.

Sama-sama menguatkan doa, agar tidak ada kenaikan kasus Covid-19 yang berarti selama Ramadhan. Semoga pula, Ramadhan kali ini menjadi bulan puasa terakhir yang kita jalani di tengah pandemi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat