Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Memaknai Ibadah

Ibadah posisinya bagaikan kunci yang bisa membuka hijab yang menutupi hati kita.

Oleh SUKRON ABDILAH

 

 

OLEH SUKRON ABDILAH

Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman, “Tiada Kami ciptakan bangsa jin dan manusia melainkan untuk beribadah” (QS adz-Dzariyat [11]: 56). Makna ayat ini, hendak menegaskan bahwa tujuan diturunkannya manusia ke muka bumi ialah untuk beribadah dan melaksanakan tugas kehambaan.

Sebagaimana Allah SWT adalah Maha Esa dengan sifat pengaturan dan ketuhanan-Nya (Rububiyah dan Uluhiyah). Karena itu, selain diri-Nya, tentu saja bersifat kehambaan murni (‘ubudiyah mahdhah).

Makna kehambaan ini ialah terkandungnya sikap tunduk kepada Allah SWT yang mencakup seluruh eksistensi ciptaan-Nya, tanpa terkecuali. Dalam konteks ini, ibadah merupakan tanda bahwa kita adalah manusia yang memiliki tanggung jawab spiritual-ilahiah. Ini berarti, sebagai bagian dari makhluk-Nya, kita diwajibkan beribadah ketika hidup di muka bumi.

Namun, terdapat perbedaan antara sifat penghambaan manusia ('ubudiyatul insan) dan makhluk lainnya. 'Ubudiyah manusia bercorak ikhtiyariah (baca: pilihan). Artinya, bentuk penghambaan (ibadah) yang dilakukan umat manusia melalui serangkaian aktivitas: afeksi, kognitif, psikomotorik, dan spiritual. Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman, “Kepada Allah bersujud seluruh apa yang ada di langit dan bumi.” (QS an-Nahl: 49).

Ibadah posisinya bagaikan kunci yang bisa membuka hijab atau firewall yang menutupi hati kita. Ketika rajin mendekatkan diri kepada-Nya, kehidupan kita tidak akan pernah merasakan sumpek.

Insya Allah, Anda pun akan menjadi manusia tabah ketika dililit aneka musibah kehidupan. Maka, ketika diri sedang berada dalam puncak kesuksesan duniawi, kemudian terjatuh menjadi miskin dan tak punya apa-apa, hati Anda akan sekuat baja. Sebab, di dalam pola pikir tersimpan rapi pemahaman semua yang menimpa adalah tantangan yang harus dilalui.

Dengan beribadah, hati Anda seolah menggantung kepada Zat Mahaakbar, Allah SWT, sehingga memperoleh kekuatan diri (self empowerment) guna menyelesaikan tantangan hidup. Maka, Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk beribadah dalam kondisi apa pun. Ketika dalam kesenangan dan kenestapaan, aktivitas ibadah mesti dilaksanakan secara dawam.

Berbeda dengan tumbuhan, hewan, dan malaikat yang tak melalui tahap ikhtiyari karena sudah tertanam dari alam azali. Kesadaran beribadah umat manusia membutuhkan kerja keras untuk konsisten menunaikannya.

Jalan kesuksesan yang ditempuh mesti menyertakan kesadaran beribadarh ini. Sehingga apa yang kita lakukan dan kerjakan mendapat ganjaran berupa pahala di akhirat kelak. Pekerjaan, bagi seorang Muslim sejati merupakan luap keimanannya kepada Allah yang Maha Pencipta, Maharahman dan Maharahim.

Sebaik-baiknya bekal untuk menempuh perjalanan menuju kesuksesan menggapai ridha-Nya ialah hasrat atau kehendak kuat, yang dengannya ia menambatkan hati kepada Tuhan. Individu yang sadar lebih mengutamakan kehendak Allah di atas keinginan jiwa dan nafsu syahwatnya.

Wallahu a’lam bishawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat