Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Cina President Xi Jinping berfoto usai pembicaraan di Beijing, Cina, Jumat (4/2/2022). | Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo

Opini

Faktor Cina dalam Perang Ukraina

Kesulitan ekonomi Rusia akan dijawab dengan meningkatkan hubungan ekonomi, dengan Cina.

SMITH ALHADAR, Penasihat ISMES dan Peminat Masalah Eropa

Perang Rusia-Ukraina tak bisa dilepaskan dari perkembangan Cina dan bagaimana Barat memandangnya. Dalam beberapa tahun terakhir, Cina muncul dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS dan berambisi menggantikan negara adidaya itu.

Cina meluncurkan Satu Sabuk Satu Jalan (OBOR) atau pembangunan infrastruktur global untuk mengakomodasi perkembangan ekonomi Cina yang pesat. Cina melakukan inovasi teknologi dan meremajakan militernya dengan alutsista yang canggih.

Untuk menguatkan pertahanannya dan mengendalikan rute maritim tempat lalu-lalang kapal komersial internasional yang membawa uang senilai 5 triliun dolar AS per tahun, Cina kian asertif di Laut Cina Selatan (LCS).

Postur Cina seperti ini menakutkan Barat pimpinan AS. Beijing tidak saja dipandang akan mengganggu nilai-nilai Barat, seperti demokrasi dan penegakan HAM, tetapi juga kemakmuran Barat.

 
Beijing tidak saja dipandang akan mengganggu nilai-nilai Barat, seperti demokrasi dan penegakan HAM, tetapi juga kemakmuran Barat.
 
 

Untuk itu, Cina harus dihambat melalui isu pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, mengeluarkan berbagai instrumen ekonomi untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi Cina, dan mengepung Cina dengan kekuatan militer.

Maka itu, kita menyaksikan munculnya AUKUS, aliansi militer AS, Australia, dan Inggris serta Squad yang merupakan aliansi militer AS, Jepang, Australia, dan India.

Namun, ini belum cukup tanpa mengamankan Eropa lebih dahulu, tempat Rusia dekat dengan Cina dan membentuk Organisasi Kerja Sama Shanghai dengan negara itu, yang harus direduksi pengaruh militernya di Eropa.

Front Eropa yang aman akan meningkatkan konsentrasi NATO dalam berhubungan dengan Beijing. Ini mendorong NATO mengintegrasikan Ukraina, tetangga Rusia di sebelah barat, ke dalam keanggotaannya kendati harus mengkhianati janjinya pada Rusia.

 
Sejak Ukraina melamar menjadi anggota NATO pada 2008, Rusia di bawah pimpinan Presiden Vladimir Putin mewanti-wanti NATO tidak mengabulkannya.
 
 

Sejak Ukraina melamar menjadi anggota NATO pada 2008, Rusia di bawah pimpinan Presiden Vladimir Putin mewanti-wanti NATO tidak mengabulkannya. NATO berkali-kali meyakinkan Putin, mereka memang tidak akan melakukannya.

Namun, kebijakan pintu terbuka NATO pascakeruntuhan Uni Soviet 1991 bagi negara-negara eks komunis Eropa Timur demi menjaga stabilitas Eropa sehingga menjadi lebih produktif secara ekonomi dan kuat secara militer, membuat NATO mengabaikan aspirasi Rusia.

Lagi pula, Ukraina adalah negara berdaulat. Maka itu, tunduk pada tuntutan Putin bukan hanya mengabaikan hukum internasional, melainkan juga membuat NATO kehilangan kredibilitas dan konsistensinya sebagai kekuatan militer terbesar dunia.

Dan ini akan menimbulkan pesan yang salah kepada Cina, yang terus membangun basis-basis militer di LCS dan berniat menginvasi Taiwan. Lebih dari itu, NATO tak ingin Rusia terlihat sebagai kekuatan militer besar.

 
Variabel penting lain untuk dilihat adalah Eropa hendak memperluas pasarnya ke timur. 
 
 

Variabel penting lain untuk dilihat adalah Eropa hendak memperluas pasarnya ke timur. Eropa Timur berbeda dengan Eropa Barat, baik dari budaya maupun sejarahnya. Sepanjang sejarahnya, Eropa Timur memang hanya menjadi pasar bagi produk-produk Barat.  

Keberanian NATO mengabaikan Rusia, juga didasarkan beberapa fakta. Pertama, Rusia sangat membutuhkan Barat dari sisi ekonomi ataupun teknologi. Volume perdagagan Rusia-Eropa mencapai 200 miliar dolar AS dengan Eropa menjadi pasar energi utama Rusia.

Rusia mengekspor sekitar 40 persen gas dan minyaknya ke Eropa. Dari Barat, Rusia juga mendapatkan barang bagus dan murah serta teknologi canggih.

Berdasarkan kenyataan ini, diperkirakan Rusia tak akan mengorbankan kepentingan vitalnya ini dengan menginvasi tetangganya, karena akan berhadapan dengan sanksi ekonomi Barat yang keras.

Kedua, Putin tak ingin kehilangan popularitasnya di dalam negeri. Sanksi ekonomi Barat khususnya yang akan membuat rakyat Rusia menderita yang pada gilirannya melemahkan posisi Putin, dianggap menjadi faktor penggentar untuk mencegah Putin nekat.

 
Berdasarkan kenyataan ini, diperkirakan Rusia tak akan mengorbankan kepentingan vitalnya ini dengan menginvasi tetangganya
 
 

Ketiga, Rusia butuh waktu relatif lama menaklukkan Ukraina – kalaupun Rusia mampu melakukannya – sehingga akan menguras kekuatan Rusia. Ini juga dianggap variabel penggentar Putin.    

Namun, tampaknya NATO dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky gagal memahami sejarah, psikologi, dan gelagat Putin serta kebutuhan geopolitik Rusia sebagai hal krusial untuk dipertimbangkan.

Rusia dan Ukraina memang membagi sejarah bersama sejak abad ke-10. Sekitar sepertiga populasi Ukraina, terutama di Ukraina Timur, adalah etnis Rusia yang berbahasa Rusia.

Sebagian lain berbudaya dan bahasa yang hampir sama dengan Rusia meskipun masyarakat Ukraina bagian barat berkiblat ke Polandia, tetangganya di sebelah barat. Karena itu, Rusia memandang Ukraina sebagai saudaranya.

 
Dari segi geografis, Ukraina zona penyangga bagi Rusia dan NATO karena itu krusial bagi kepentingan geopolitik Rusia.
 
 

Bahkan, Putin mengeklaim Ukraina diciptakan Vladimir Lenin, pendiri Uni Soviet. Dari segi geografis, Ukraina zona penyangga bagi Rusia dan NATO karena itu krusial bagi kepentingan geopolitik Rusia.

Bila Kiev bergabung dengan NATO, perbatasan NATO sudah sampai ke perbatasan Rusia. Ini akan merangsang Belarusia, tetangga Rusia lain di sebelah barat, bergabung dengan NATO. Dengan demikian, Rusia terkepung dan menjadi negara yang rentan terhadap NATO.

Dalam pandangan Putin, ini akan lebih jauh melemahkan Rusia setelah sebagian besar negara Eropa Timur, yang selama berabad-abad dipandang sebagai wilayah pengaruh Rusia, bergabung dengan NATO.

Ada dua hal yang ingin dicapai Putin terkait invasinya. Pertama, memaksa Ukraina berunding dengan Rusia. Targetnya, Zelensky tunduk sepenuhnya pada tuntutannya. Kalau target ini tercapai,  presiden Ukraina yang populer itu akan jatuh.

 
Memang, Rusia pada akhirnya harus menghadapi banyak masalah sebagai dampak ikutan akibat perang dan sanksi Barat. 
 
 

Agar posisi Kiev cukup kuat vis a vis Moskow, anggota NATO memasok senjata ke Ukraina. Harapannya, perang berkepanjangan yang berujung kejatuhan Putin.

Kedua, menangkap Zelensky dan menciptakan rezim pro-Kremlin sebagai pengganti pemerintahan Zelensky. Kalau demikian, NATO tidak akan menerima fakta di lapangan yang diciptakan Putin sehingga akan terjadi Perang Dingin baru.

Memang, Rusia pada akhirnya harus menghadapi banyak masalah sebagai dampak ikutan akibat perang dan sanksi Barat. Namun, Putin akan survive bahkan mungkin makin populer di dalam negeri kalau berhasil memenangkan perang secara gemilang.

Kesulitan ekonomi Rusia akan dijawab dengan meningkatkan hubungan di berbagai bidang, terutama ekonomi, dengan Cina. Memang Cina, disebabkan kesalahan perhitungan NATO, paling diuntungkan dalam konflik Rusia-NATO.

 
Dengan kata lain, perang itu justru memperbesar pengaruh Beijing di dunia. 
 
 

Proyek pipa minyak Nord Stream 2 senilai 11 miliar dolar AS dari Rusia ke Eropa yang dimangkrakkan NATO akan dialihkan Rusia ke Cina. Dus, perang Ukraina berdampak terbalik dari strategi Barat menghadapi Cina.

Dengan kata lain, perang itu justru memperbesar pengaruh Beijing di dunia. Moskow, yang akan semakin bergantung pada Cina, terpaksa akan “melayani” kepentingan Cina di Indo-Pasifik, kawasan yang hendak dibebaskan Barat dari hegemoni Beijing.

Perang, selain menciptakan tragedi kemanusiaan, juga menghadirkan realitas tak terduga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

RI: Perang Sebabkan Ketidakpastian Global

Pembicaraan delegasi Rusia dengan Ukraina berakhir tanpa kesepakatan.

SELENGKAPNYA