Ponpes Programmer Qoryatus Salam | Youtube

Khazanah

Diresmikan, Ponpes Programmer Ingin Cetak Ahli IT

Ponpes programmer dibutuhkan untuk mencetak generasi muda Muslim yang ahli teknologi informatika.

JAKARTA – Pendiri Pondok Pesantren Programmer Qoryatus Salam, Yenny Wahid, meresmikan berdirinya Pesantren Qoryatus Salam yang berbasis teknologi informasi. Ini menjadi pesantren yang tidak hanya mempelajari sepenuhnya ilmu agama, tetapi juga menghadirkan pelatihan dan pembelajaran di bidang IT (information and technology atau teknologi informasi).

"Alhamdulillah, akhirnya kita pecah telur Pondok Pesantren Qoryatus Salam launching juga setelah tertunda beberapa lama. Mimpi dan gagasan cukup lama ada dalam masa inkubasi akhirnya bisa terwujud," kata Yenny saat menyampaikan sambutan pada peresmian ponpes tersebut, Selasa (22/2). Ponpes ini berlokasi di Jalan Taraman Raya Nomor 1, Sinduharjo, Sleman, Yogyakarta.

Dia mengatakan, berdirinya pesantren ini dilatarbelakangi keinginan untuk mencetak ahli IT yang mempunyai akhlakul kharimah. Yenny mengungkapkan, tidak banyak yang tahu bahwa programmer pertama, yakni seorang perempuan bernama Ada Lovelace. Dia adalah seorang bangsawan dari Inggris yang hidup pada 1800-an.

Yenny mengatakan, Ada Lovelace merupakan ahli matematika, yang kemudian membuat seperangkat coding. “Dia menyadari bahwa angka dapat diperintah untuk menjadi serangkaian fungsi,” kata Yenny.

Menurut Yenny, pendiri universitas pertama juga seorang perempuan, yakni Fatima al-Fihri dari Maroko. Fatima al-Fihri mendapat warisan dari ayahnya untuk mendirikan pesantren pertama agar semua orang dapat belajar.

"Dua tokoh, satu berdasarkan teknologi, satu ilmu. Sudah pas kita membuat pesantren isinya santriwati-santriwati. Kenapa, karena memang masih ada persoalan gender gap, di mana perempuan tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam bidang usaha, pekerjaan, berkontribusi di masyarakat masih dibatasi," ujar Yenny.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Yenny Wahid (yennywahid)

Menurut dia, perlu ada langkah-langkah agar persoalan gender ini mengecil. Menurut dia, apabila kaum perempuan diberikan kesempatan, hasilnya bukan untuk mereka, tetapi untuk seluruh masyarakat. Selain itu, Yenny mengatakan, masih juga ada ketimpangan di bidang teknologi.

Saat ini, kata dia, Indonesia kekurangan programmer, dan rata-rata yang ada yakni laki-laki. Artinya, akan ada banyak kesempatan bagi perempuan apabila mereka difasilitasi agar lebih berdaya secara positif.

"Tujuannya memberikan fasilitas masyarakat khususnya perempuan agar memberikan sumbangsih bagi kejayaan negara, bangsa, dan agama," ujar dia.

Sementara, Direktur Utama Fortress Data Services (FDS), Sutjahyo Budiman, mengatakan, Pesantren Qoryatus Salam telah menjadi tonggak penting bagi pesantren dan teknologi informasi di Indonesia. Walaupun dimulai dari hal kecil, FDS meyakini, model pesantren ini akan menjadi cikal bakal yang berbeda dan akan memberikan berkah bagi Indonesia.

“Sebagai pesantren perempuan pertama yang akan memfokuskan pengembangan keterampilan teknologi informasi, bagi kami pesantren coding Qoryatus Salam akan menjadi titik awal dimulainya pemberdayaan pesantren dan masyarakat mikro secara langsung,” kata Sutjahyo. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat