Peserta vaksin anak usia 6-11 tahun usai vaksin covid-19 di Gedung OJK, Wisma Mulia, Jakarta, Ahad (16/1/2022). Sebanyak 350 anak pegawi OJK mengikuti vaksinasi covid-19 dosis kedua menggunakan vaksin Sinovac. Penggunaan topeng superhero tersebut sebagai | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Komnas KIPI Masih Kaji Laporan Kematian Anak Pascavaksinasi

Satu lagi kasus di Garut, anak meninggal sepekan setelah vaksin Covid-19.

GARUT -- Seorang anak perempuan berusia tujuh tahun di Kabupaten Garut dilaporkan meninggal dunia sepekan setelah menjalani vaksinasi Covid-19. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut masih menyelidiki penyebab meninggalnya anak tersebut.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, anak tersebut menjalani vaksinasi di sekolahnya pada Sabtu (15/1). Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Rabu (19/1), anak itu mengalami gejala muntah-muntah dan dibawa ke Puskesmas Wanaraja.

"Masuk puskesmas itu tanggal 19 (Januari) karena muntah-muntah. Agak jauh jaraknya dari vaksinasi," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Ahad (23/1).

Oleh tenaga kesehatan, kondisi anak itu terus diobservasi selama di puskesmas. Menurut Leli, pada Kamis (20/1), kondisi anak itu membaik dan keluhannya berkurang. Pada Jumat (21/1) pagi, saat diperiksa dokter, anak tersebut kembali mengalami muntah-muntah disertai sakit kepala.

"Sorenya kondisi anak drop. Pukul 17.35 WIB, pasien dinyatakan meninggal dunia," ujar dia.

Leli mengaku belum bisa memastikan penyebab meninggalnya anak tersebut. Menurut dia, Kelompok Kerja (Pokja) Kejadian Ikutan Pasca-Imuninasi (KIPI) Kabupaten Garut masih melakukan penelusuran terkait penyebab pasti anak itu meninggal dunia.

"Jadi, kami belum bisa memberikan keterangan ini dari mana penyebabnya. Belum tentu karena vaksin," kata dia.

Leli menambahkan, pada saat melakukan vaksinasi, kondisi anak dilaporkan sehat. Anak juga dinyatakan lolos saat menjalani skrining oleh tim dokter.

Sebelumnya, murid sekolah dasar di Kota Tasikmalaya meninggal dunia pada Senin (17/1), setelah beberapa hari sebelumnya mendapat vaksin Covid -19. Kasus serupa terjadi pada anak berusia enam tahun di Kabupaten Cianjur, Selasa (18/1).

Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (Komnas PP-KIPI) Hindra Irawan Satari masih melakukan kajian atas keterkaitan kasus meninggalnya anak dengan pemberian vaksin. "Tugas utama kami melakukan kajian, berupaya memberikan pandangan berdasarkan bukti yang ada," ujar Hindra, Sabtu (22/1).

Dia menjelaskan, untuk membuktikan keterkaitan harus ada dua hal, yaitu onset (waktu kemunculan efek samping) dan adanya penyakit lain. Bila waktunya sesuai dan tidak ada penyakit lain, bisa saja ada keterkaitan vaksinasi dengan kematian.

Pada setiap laporan kasus yang masuk, Komnas KIPI selalu melakukan kajian dan pengarsipan. Data tersebut sangat penting untuk perbandingan apabila terdapat laporan serupa untuk mengupayakan kajian kembali. "Data menunjukkan sebagian besar laporan kematian tidak terkait //onset//, ada penyakit lain yang mendasarinya," katanya.

Jumlah laporan KIPI serius Covid-19 pada rentang usia 6-11 tahun dan 12-17 tahun terbilang sangat rendah. KIPI yang umum dialami sebagian penerima vaksin adalah reaksi ringan berupa rasa nyeri di area suntikan dan demam.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, tidak mudah mencari penyebab kematian pada anak atau orang dewasa setelah vaksinasi dan mengalami KIPI berat. Ketersediaan data merupakan hal paling penting guna mencari penyebab. Karena itu, masyarakat diimbau segera melaporkan jika ada gejala tertentu usai mendapat vaksin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat