Seorang permempuan keluar dari toko di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/12/2021). Sejak Taliban mengambil allh kekuasaan, krisis ekonomi dan kemanusiaan menghantui rakyat Afghanistan. | AP/Petros Giannakouris

Kabar Utama

Jutaan Warga Afghanistan di Ambang ‘Kematian’

Suhu beku dan aset beku adalah kombinasi mematikan bagi rakyat Afghanistan.

 

 

OLEH KAMRAN DIKARMA

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengajak masyarakat internasional membantu menangani krisis kemanusiaan di Afghanistan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan menyebut bahwa jutaan warga Afghanistan berada di ambang ‘kematian’. Ada sebanyak 8,7 juta warga yang mengalami kelaparan. 

Krisis kemanusiaan di Afghanistan tecermin dalam kehidupan seorang ibu bernama Siringul Musazey yang merupakan warga di wilayah Shahr Sabz, Herat. Musazey dan tujuh anaknya bertahan hidup di tengah kondisi serbakekurangan dan terus dihantui rasa kelaparan.  

Hidup di tenda seadanya, Musazey dan anak-anaknya harus menahan tusukan dingin saat malam tiba. Tak jarang Musazey mengalami sakit dan linu pada sekujur tubuhnya. Di tenda itu, mereka bahkan tak memiliki kompor untuk pemanas.

Sehari-hari, Musazey dan ketujuh anaknya hanya makan beberapa potong roti kering. "Kami belum lama makan beberapa kentang yang diberikan tetangga. Kami tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan. Kami ingin dibantu," kata Musazey saat diwawancara Anadolu Agency, seperti dikutip pada Jumat (14/1). 

Musazey bahkan mengaku telah lupa kapan terakhir kalinya mereka memakan makanan yang layak. Kondisi seperti Musazey banyak dihadapi keluarga Afghanistan lainnya. Krisis di negara tersebut kian memburuk sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus tahun lalu.

 
Musazey bahkan mengaku telah lupa kapan terakhir kalinya mereka memakan makanan yang layak.
 
 

Kehidupan Musazey semakin sengsara karena sang suami mencampakkannya. Celakanya, suami Musazey meninggalkan utang sekitar 1.500 dolar AS. Musazey harus harus bisa melunasi utang tersebut, Jika tidak, putrinya yang berusia lima tahun bisa diambil pria yang meminjamkan uang kepada suaminya. 

Musazey menceritakan, suaminya adalah seorang pencandu narkoba. Lelaki itu meninggalkannya begitu saja delapan bulan lalu. "Kami harus membayar utang kami. Baik dengan membayar uang atau dengan memberikan anak kami. Kami sekeluarga kelaparan," kata Musazey.

Ia mengaku tak punya sanak saudara yang bisa membantunya. "Semua orang miskin. Tidak ada yang membantu kami. Saya akan menjual putri saya atau memberikannya sebagai imbalan atas utang saya," ujarnya.

Peminjam uang kepada suami Musazey adalah Khan Hazret. Saat meminjamkan uangnya tempo hari, Hazret mengaku kondisi keuangannya cukup baik. Tapi, bersamaan dengan krisis ekonomi yang terus memburuk di Afghanistan, kini dia pun miskin dan tak dapat mencari nafkah.

photo
Perempuan Afghanistan bekerja di sebuah pabrik roti di Kandahar, Afghanistan, Kamis (13/1/2022). Perusahaan keluarga mempekerjakan 55 perempuan Afghanistan untuk memproduksi 5.000 roti per hari. - ( EPA-EFE/STRINGER)

Oleh sebab itu, Hazret menagih utangnya. Jika tak bisa melunasi, dia ingin putri Musazey, yakni Saliha, dinikahkan dengan putranya yang berusia 12 tahun. Bila itu terjadi, utang suami Musazey bakal dianggap lunas.

Musazey belum rela jika putrinya digunakan untuk melunasi utang suaminya. Namun, ia juga tak tahu bagaimana harus mencari uang. Jangankan membayar utang sebesar itu, untuk makan pun Musazey harus bersusah payah memperolehnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, sangat penting bagi komunitas internasional untuk segera menyuntikkan likuiditas ke perekonomian Afghanistan. “Kita harus dengan cepat menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian (Afghanistan) dan menghindari kehancuran yang akan menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kemelaratan bagi jutaan orang,” ujar Guterres kepada awak media di markas PBB di New York, Kamis (13/1), dikutip laman Al Arabiya.

Terkait hal itu, dia mendesak Amerika Serikat (AS) dan Bank Dunia mencairkan dana milik Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban berkuasa. Guterres menekankan, Afghanistan membutuhkan dana tersebut untuk mencegah krisis kemanusiaan semakin memburuk.

photo
Sejumlah warga Afghanistan mengantre untuk mendapatkan bantuan berupa uang tunai dari World Food Program, di Kabul, Afghanistan, 20 November 2021. Ribuan warga Afghanistan terdaftar penerima bantuan WFP karena ketidakberdayaan mereka akibat krisis ekonomi sejak Taliban mengambil alih kekuasaan Afghanistan. - (AP Photo/Petros Giannakouris)

AS diketahui membekukan aset senilai 9,5 miliar dolar milik bank sentral Afghanistan. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga menangguhkan kegiatan mereka di Afghanistan. Cadangan baru senilai 340 juta dolar AS yang dikucurkan IMF pada Agustus tahun lalu belum disalurkan ke Afghanistan.

“Suhu beku dan aset beku adalah kombinasi mematikan bagi rakyat Afghanistan,” ujar Guterres menggambarkan kondisi yang mengkhawatirkan saat negara tersebut menghadapi musim dingin.

"Saya berharap sumber daya yang tersisa, lebih dari 1,2 miliar dolar AS dari Dana Perwalian Rekonstruksi Afghanistan (ARTF) akan tersedia untuk membantu rakyat Afghanistan bertahan hidup pada musim dingin,” kata Guterres menambahkan.

PBB sebelumnya menyampaikan, mereka membutuhkan dana sebesar 5 miliar dolar AS untuk membantu Afghanistan menangani krisis kemanusiaan. PBB meminta dunia berpartisipasi dalam membantu negara tersebut. 

“Bencana kemanusiaan besar-besaran tampak. Pesan saya mendesak, yaitu jangan tutup pintu bagi rakyat Afghanistan. Bantu kami meningkatkan dan mencegah kelaparan yang meluas, penyakit, kekurangan gizi, dan akhirnya kematian,” ujar Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths, Selasa (11/1) lalu.

photo
Seorang bocah dituntun oleh ayahnya saat berobat di Indira Gandhi Childrens Hospital di Kabul, Afghanistan, 8 Desember 2021. - (AP/Petros Giannakouris)

Dari dana yang dibutuhkan, sebanyak 4,4 miliar dolar AS di antaranya bakal digunakan untuk memenuhi kebutuhan esensial di internal di Afghanistan. Sementara, 623 juta dolar AS diperlukan untuk menyokong kehidupan jutaan warga Afghanistan yang berlindung di luar perbatasannya.

Menurut PBB, terdapat 5,7 juta pengungsi Afghanistan yang telantar di lima negara tetangga. Kemudian, sebanyak 4,7 juta orang di Afghanistan diperkirakan atau berisiko menderita gizi buruk akut tahun ini. Angka itu termasuk 1,1 juta anak-anak.

Griffiths mengatakan, tanpa bantuan kemanusiaan, bencana kelaparan, kematian, dan perpindahan massal di Afghanistan akan berlanjut. Sebaliknya, jika donor internasional mengalir, rakyat Afghanistan dapat memperoleh keamanan dan jaminan hidup.

photo
Saliha memegang bayi empat bulan yang mengalami kekurangan gizi saat dirawat di Indira Gandhi Childrens Hospital di Kabul, Afghanistan, 8 Desember 2021. - (AP/Petros Giannakouris)

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengungkapkan, tujuan paket bantuan untuk Afghanistan adalah menstabilkan situasi di negara tersebut. Dengan demikian, gelombang migran ke negara-negara tetangga Afghanistan dapat dihindari atau dicegah.

 “Pergerakan orang itu akan sulit diatur, di daerah dan sekitarnya, karena tidak akan berhenti di satu wilayah. Jika upaya ini tidak berhasil, kami harus meminta 10 miliar dolar AS tahun depan, bukan 5 miliar dolar AS," kata Grandi menjelaskan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat