Ilustrasi pengungsi Palestina di Indonesia | Youtube

Khazanah

Muhammadiyah Dirikan Sekolah Bagi Pengungsi Palestina

Madrasah Muhammadiyah II di Shatila ini rencananya diresmikan pada awal 2022.

JAKARTA – Beragam cara bisa ditempuh untuk menciptakan perdamaian, salah satunya melalui jalur pendidikan. Memahami pendidikan sebagai kunci perdamaian, Muhammadiyah kerap memberikan bantuan yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya di beberapa negara yang tengah dilanda konflik.

Kali ini, Muhammadiyah melalui Lazismu sedang membangun madrasah di Kamp Pengungsian Palestina di Shatila, Beirut, Lebanon.

"Di Shatila, Muhammadiyah sudah memiliki Madrasah Muhammadiyah I. Kenapa disebut sebagai Madrasah Muhammadiyah I, karena Muhammadiyah sedang membeli sebuah gedung di Shatila juga, untuk nanti didirikan Madrasah Muhammadiyah kedua,” kata Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari, saat dihubungi Republika, Ahad (9/1).

Gedung tujuh lantai itu akan digunakan sebagai sekolah dan diberi nama Muhammadiyah Center for Education, Culture, and Humanity. Madrasah Muhammadiyah II di Shatila ini rencananya diresmikan pada awal 2022.

Pembangunan sekolah-sekolah Muhammadiyah di luar negeri merupakan bagian dari upaya internasionalisasi Muhammadiyah dalam membangun peradaban global. Hal ini merupakan amanat dari hasil Muktamar ke-47 Muhammadiyah pada 2015 di Makassar.  

Hajriyanto lantas mendorong kader-kader Muhammadiyah untuk bisa berkiprah di luar negeri. Yakni, baik kader melalui jalur pengkaderan konvensional yang aktif di organisasi otonom Muhammadiyah maupun kader melalui jalur pendidikan. Menurut dia, kader-kader tersebut sama-sama memiliki peluang besar untuk berkiprah di kancah internasional.

“Oleh karena itu, kader Muhammadiyah perlu membenahi diri dan mengembangkan diri dengan meningkatkan kemampuan berbahasa asing, terlebih bahasa Inggris dan Arab," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Korporat dan Kelembagaan Lazismu Pusat, Edi Suryanto, menyampaikan, sekolah yang akan didirikan di Beirut, Lebanon, diperuntukkan bagi pengungsi Palestina di Shatila. Pendirian sekolah tersebut dilakukan atas kerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Lebanon.

"Pendirian sekolah ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas SDM (sumber daya manusia) di sana yang diharapkan ke depan akan mampu mengelola dan mengoptimalkan berbagai sumber untuk kemandirian bangsa Palestina," kata dia kepada Republika, Senin (10/1).

Selain itu, Edi melanjutkan, program ini juga merupakan kebijakan Muhammadiyah dalam upaya internasionalisasi pendidikan. Lazismu juga telah bekerja sama dengan Majelis Dikti PP Muhammadiyah dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam proses penerimaan mahasiswa Palestina yang akan belajar di kampus-kampus Muhammadiyah.

Edi memaparkan, dana pendirian sekolah ini bersumber dari infak kemanusiaan Palestina bidang pendidikan. Dana untuk pembangunan sekolah pertama sekitar Rp 100 juta. Sedangkan pendirian sekolah kedua saat ini juga telah disiapkan dananya. "Dana sudah ada, selanjutnya segera dibangun," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat