Pemandangan dengan latar belakang maskapai Qatar. | AP/Amr Nabil

Opini

Soft Power Qatar

Strategi mengusung soft power tak disusun dalam semalam.

ALI MURTADO; Diplomat Indonesia di Doha, Qatar

Apa yang membuat negara seperti Qatar (luas Qatar tidak lebih dari gabungan Pulau Bali dan Madura atau sekitar 11, 571 km persegi) berperan demikian menonjol dalam panggung politik internasional?

Secara teoritis, banyak yang dapat dijelaskan. Namun secara praktis-empiris, penjelasan berikut mungkin dapat memberikan jawaban.

Sadar tak memiliki kemampuan hard power (seperti kekuatan militer) dominan, Qatar mencoba memainkan peran subtle-power dengan menggabungkan kekuatan ekonomi-finansialnya yang kuat dengan soft power yang menonjol. 

Menurut Joseph Nye, berbeda dengan hard power yang lebih mengutamakan kemampuan ‘memaksa’, soft power lebih menitikberatkan kemampuan untuk ‘memengaruhi’ (Nye:1980).

Dalam konteks Qatar, kemampuan ‘memengaruhi’ menjelma setidaknya dalam tiga bentuk yaitu budaya, olahraga, dan pendidikan. Ketiganya digunakan secara serius oleh Qatar untuk menanamkan pengaruhnya yang signifikan di level global. 

Strategi mengusung soft power tak disusun dalam semalam. Sheikh Hamad bin Khalifa al Thani, ayahanda dari Amir Qatar saat ini, Sheikh Tamim bin Hamad al Thani, merancang strategi tersebut jauh-jauh hari.

 
Strategi mengusung soft power tak disusun dalam semalam.
 
 

Sheikh Hamad antara lain mengisi pos di bidang kebudayaan, olahraga, dan pendidikan dengan anak-anak muda di bawah 40 tahun yang memiliki visi besar. .

Qatar Museum, institusi kebudayaan terkemuka di Qatar, dipimpin Sheikha Al Mayasa bint Hamad Al Thani,  yang memiliki latar belakang pendidikan, minat, dan ambisi besar di bidang kebudayaan.

Berbeda dengan negara tetangganya seperti Arab Saudi yang masih cenderung konservatif atau Uni Emirat Arab, khususnya Dubai yang lebih kosmopolit, Qatar memilih jalan tengah dengan adaptif terhadap kemajuan.

Namun, pada saat yang sama tetap akomodatif dengan nilai tradisional yang mereka miliki. Dalam istilah lebih sederhana, Qatar fokus mengembangkan nilai-nilai tradisional yang berkemajuan.  

Di bidang olahraga, kehadiran Sheikh Joann bin Hamad al Thani menambah besar pengaruh Qatar. Terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 dan ajang bergengsi lain seperti MotoGP dan F1, tak lepas dari perannya yang juga ketua Qatar Olympic Committe.

 
Piala Dunia 2022, bukan proyek sembarangan bagi Qatar bahkan disebut-sebut sebagai titik awal modernisasi besar-besaran.
 
 

Piala Dunia 2022, bukan proyek sembarangan bagi Qatar bahkan disebut-sebut sebagai titik awal modernisasi besar-besaran khususnya infrastruktur dan konektivitas. Bank Dunia, bahkan mengakui ketahanan dan kebangkitan ekonomi Qatar di masa pandemi turut disokong proyek-proyek Piala Dunia.

Hal serupa terjadi di bidang pendidikan. Education City dan Qatar Foundation (QF) menjadi motor penggeraknya. Melalui Qatar National Vision 2030, Qatar menempatkan pembangunan SDM sebagai prioritas.

Tentu itu tak sekadar jargon karena Pemerintah Qatar menindaklanjutinya dengan modernisasi lembaga pendidikan. Hasilnya, universitas-universitas di Qatar saat ini langganan masuk lima besar universitas terbaik di Timur Tengah.

Selain itu, Qatar mengundang universitas terkemuka di dunia seperti Cornell University dan Georgetown University untuk membuka cabangnya di Qatar. Tujuannya, selain sebagai upaya alih pengetahuan, juga menaikkan profil Qatar di bidang pendidikan.

QF dengan berbagai aktivitasnya, tetap menjadi lembaga filantropis terkemuka di dunia. QF di bawah kendali first lady Sheikha Mozza bint Nasser dan saat ini mulai diturunkan ke anaknya Sheikha Hind bint Hamad al Thani, setiap tahun memberikan bantuan pendidikan kepada ribuan pelajar dari seluruh dunia. QF membiayai riset-riset di Qatar.

 
QF dengan berbagai aktivitasnya, tetap menjadi lembaga filantropis terkemuka di dunia.
 
 

Apa yang dapat dipetik?

Salah satu prioritas diplomasi Indonesia di era Presiden Joko Widodo adalah peningkatan nilai perdagangan dan investasi. Namun, bukan perkara mudah mendatangkan investor asal Timur Tengah (Timteng) ke Indonesia.

Kita banyak mendapatkan komitmen investasi dari Timteng tapi mengawalnya sampai komitmen itu ’menetas’ tak semudah membalik telapak tangan. Umumnya, karena tipikal investor atau pengusaha Timteng lebih banyak perlu pendekatan nontradisional.

Pada titik ini, penting bagi kita mencoba menggunakan soft power diplomacy. Seperti disinggung di atas, hampir seluruh institusi kebudayaan, olahraga, dan pendidikan di Qatar saat ini dipimpin keluarga kerajaan yang masih muda dan berpengaruh luas.

Jika Indonesia bisa menjalin kerja sama intens di bidang tersebut, peluang merealisasikan komitmen dagang atau investasi dengan Qatar lebih terbuka.

Visi kerja sama kebudayaan, olahraga, dan pendidikan Indonesia-Qatar ke depan tidak boleh terfokus pada event an sich. Tapi lebih penting dari itu, bagaimana mengkonversi event tersebut sehingga bernilai ekonomi.

Selain itu, kerja sama soft-power itu harus berkontribusi menaikkan profil dan diaspora Indonesia di Qatar. Citra Indonesia di Timteng yang selama ini identik pekerja domestik, harus diubah, di antaranya melalui kerja sama jalur soft-power.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat