Petugas membawa papan informasi untuk penumpang naik BisKita Transpakuan Bogor di Halte Cidangiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/12/2021). Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan (BPTJ Kemenhub) merealisasikan kebijakan subsid | ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

Bodetabek

Konsumen Sayangkan Pemberhentian Transpakuan

Pemberhentian Transpakuan menyulitkan masyarakat mendapatkan pelayanan transportasi umum dengan biaya murah.

BOGOR – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor telah melakukan sosialisasi terkait pemberhentian sementara transportasi massal Biskita Transpakuan per 1 Januari 2022 hingga sebulan mendatang. Pemberhentian sementara Biskita Transpakuan pun disayangkan para penggunanya, apalagi pengumuman dilakukan secara mendadak.

Kepala Dishub Kota Bogor Eko Prabowo mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi melalui petugas Dishub Kota Bogor sejak Sabtu (1/1) hingga sekarang. “Sosialisasi melalui petugas Dishub sejak hari Sabtu sudah sampai sekarang. Media sosial sudah, dari Instagram Pemkot Bogor, Instagram Dishub, media daring, dan surat kabar,” ujar Eko melalui pesan singkat Whatsapp, Senin (3/1).

Selain itu, kata dia, surat tertulis juga sudah dilayangkan ke masyarakat umum. Setelah ada dasar pemberhentian dari BPTJ Kemenhub.

Pantauan Republika di sejumlah shelter Biskita Transpakuan, tidak terlihat adanya antrean penumpang yang biasanya menunggu. Begitu juga di bus stop yang disediakan Pemkot Bogor dan BPTJ. Hanya saja, tidak ada spanduk pemberitahuan jika bus berkonsep bus rapid transit (BRT) sedang tidak beroperasi.

Salah seorang pengguna Biskita Transpakuan, Rani (24 tahun), hampir setiap hari memanfaatkan Biskita Transpakuan di Koridor 5 (Ciparigi-Stasiun Bogor). Seorang karyawan di Jakarta ini pun menyayangkan pemberhentian bus dilakukan secara mendadak.

“Kalau buat aku pribadi, pemberhentian bus yang secara mendadak ini emang bikin kaget dan sangat disayangkan. Karena sebelumnya dilakukan tanpa informasi yang menyebar,” ujarnya.

Pemberhentian sementara Biskita Transpakuan pun membuatnya bingung untuk pergi ke Stasiun Bogor lantaran lokasi rumahnya cukup jauh. Sehingga, dia pun mencari alternatif dengan memilih stasiun yang lebih dekat dengan rumahnya dan menggunakan kendaraan pribadi.

Terpisah, pengguna Biskita Transpakuan di Koridor 6 (Parung Banteng-Air Mancur), Wahyu (41), mengaku kecewa ketika mengetahui transportasi massal favoritnya ini harus berhenti sementara. Sebab, sejak koridor 6 hadir pada akhir November 2021, dia sangat terbantu ketika hendak berangkat bekerja.

Wahyu menjelaskan, pada Sabtu (1/1), dia sempat mendatangi shelter Biskita Kol Ahmad Syam. Setelah menunggu cukup lama, dia tidak melihat ada bus Biskita Transpakuan yang melintas.

“Pas saya cek aplikasinya, ternyata bus tidak beroperasi. Semoga saja nggak lama diberhentikannya,” kata Wahyu.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebutkan, berdasarkan hasil evaluasi bersama BPTJ, PDJT, dan dinas terkait, dalam sehari penumpang Biskita Transpakuan rata-rata mencapai 11.600 orang. Maka, belasan ribu penumpang yang biasanya diangkut oleh 49 unit bus ini, tidak bisa terangkut selama masa jeda operasional ini.

Kendati demikian, dia menegaskan, pemberhentian sementara Biskita Transpakuan tidak akan mengganggu target jangka panjang yang sudah ditentukan oleh Pemkot Bogor. “Jadi, masalah utama adalah di jeda waktu layanan akan terganggu. Ini yang kami sesalkan,” katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat