Presiden Joko Widodo meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022 di Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada perdagangan perdana tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke level 6.586,20 dari level penutupan tahun 2021 | ANTARA FOTO/BPMI-Muchlis Jr

Ekonomi

IHSG Menghijau Awal 2022

Kinerja saham emiten BUMN sepanjang 2021 masih di bawah pasar. 

JAKARTA — Presiden Joko Widodo resmi membuka perdagangan saham tahun 2022 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan perdana tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif dengan menguat sebesar 0,07 persen ke posisi 6.586,26 dan terus naik menembus ke level 6.600. 

IHSG konsisten bergerak di zona hijau hingga akhir perdagangan awal 2022. IHSG menguat signifikan hingga sebesar 1,27 persen dan parkir pada level 6.665,40. Kenaikan IHSG seiring dengan pergerakan kelompok saham paling likuid indeks LQ45 yang naik sebesar 1,28 persen. Beberapa saham berkapitalisasi jumbo yang menopang kenaikan, yaitu ARTO, EMTK, TLKM, serta MDKA. 

Seiring dengan naiknya laju IHSG pada perdagangan pertama tahun ini, Jokowi mengatakan, pencapaian BEI sepanjang aktivitas perdagangan tahun lalu juga patut diapresiasi. Dari sisi kinerja, IHSG berhasil tumbuh 10,08 persen secara year-to-date (ytd) dan memimpin kenaikan di antara indeks saham di kawasan ASEAN. 

“Kalau dibandingkan dengan Filipina, Malaysia, dan Singapura, kita paling atas. Singapura tumbuh di 9,8 persen, Malaysia minus 3,7 persen, dan Filipina minus 0,2 persen. Ini patut kita syukuri,” kata Jokowi saat Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Senin (3/1). 

Jokowi juga menyampaikan, Indonesia patut bersyukur karena jumlah orang yang masuk ke bursa dan menjadi investor pasar modal naik sangat tinggi. Pada 2017 tercatat jumlah investor di bursa sebesar 1,1 juta. Namun, berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini mencapai 7,4 juta investor, utamanya investor-investor ritel atau perorangan yang sebagian besar adalah anak muda milenial.

Jokowi berharap jumlah ini akan terus membesar dan mampu memberikan dorongan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Kita harapkan ini terus membesar dan akan memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi negara kita,” ujar Jokowi. 

Pasar modal membukukan kinerja positif sepanjang 2021 ditopang sektor teknologi hingga keuangan. Dari sisi penghimpunan dana, OJK mencatat pasar modal berhasil menggalang dana hingga Rp 363,3 triliun dari 194 emiten selama periode berjalan tahun lalu. “Dana ini bersumber dari sektor teknologi dan keuangan. Ini adalah mesin pertumbuhan kita ke depan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.

Menurut Wimboh, penggalangan dana di pasar modal tahun lalu juga jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan yang tercatat sebesar Rp 228 triliun. Wimboh berharap pencapaian tersebut bisa menjadi sentimen positif untuk pertumbuhan investasi di pasar modal ke depan. 

Selain itu, dari segi indeks, IHSG pada akhir perdagangan tahun lalu telah berada di posisi 6.581,48. Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan sebesar 10,08 persen secara year-to-date (ytd). Jumlah investor pasar modal juga meningkat drastis didukung masuknya investor dari kalangan anak muda. 

“Investor ritel paling banyak didominasi oleh milenial. Generasi muda yang dulunya banyak melakukan konsumsi sekarang beralih ke nabung, terutama di saham,” tutur Wimboh. 

Wimboh melihat, penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah mampu memberi kepastian bagi dunia usaha untuk bisa bangkit kembali. Dengan demikian, kepercayaan terhadap pasar modal pun mulai meningkat. Kebangkitan pasar modal ini juga akan didukung momentum pertumbuhan ekonomi pada 2022. 

Berbicara perdagangan saham di BEI, kinerja saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama periode 2021 masih tertinggal. Kepala Riset Praus Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, performa saham emiten pelat merah belum pulih seutuhnya dari dampak pandemi Covid-19. 

Dari 20 emiten yang tercatat, menurut Alfred, kenaikan saham BUMN sepanjang tahun lalu sangat tipis, yakni hanya 0,8 persen. Kenaikan tersebut masih jauh di bawah performa pasar. IHSG pada tahun lalu mampu tumbuh hingga 10,08 persen secara ytd.

“Kinerja emiten BUMN yang kembali berada di bawah kinerja pasar ini sudah terjadi dalam dua tahun berturut-turut. Tahun lalu saat IHSG terkoreksi 5 persen, koreksi terhadap nilai emiten BUMN jauh lebih besar, yaitu delapan persen,” ujar Alfred kepada Republika

Alfred melihat, emiten BUMN yang paling berkontribusi terhadap kenaikan IHSG pada 2021, yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang naik sebesar 22 persen. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga mampu berkontribusi dengan kenaikan sebesar 11 persen. 

Selain TLKM dan BMRI, emiten BUMN yang bisa mencatatkan kenaikan sepanjang tahun 2021, yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 16 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 9 persen Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebesar 0,3 persen.

Menurut Alfred, kenaikan kinerja saham emiten BUMN ini utamanya didukung performakeuangan yang positif. Sementara itu, perolehan laba bersih bank BUMN juga terus meningkat per 30 September 2021 meskipun belum bisa pulih seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19. Laba bersih empat emutin bank BUMN mencatatkan kenaikan hingga 42 persen yoy.

Pada umumnya, Alfred melihat, kinerja saham emiten BUMN belum pulih secara keseluruhan. Performa saham BUMN yang masih sangat tertinggal adalah saham-saham emiten di sektor kontruksi, seperti PT Wijaya Karya Tbk, PT PP (Persero) Tbk , PT Waskita Karya Tbk, dan PT Adhi Karya Tbk. 

Begitu juga saham BUMN di sektor semen, seperti PT Semen Baturaja Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk, serta saham PT Garuda Indonesia Tbk, PT Jasa Marga Tbk, hingga PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Selain karena faktor performa yang masih belum pulih, minat pasar, khususnya ritel terhadap saham-saham BUMN, tidak begitu besar.

Menurut Alfred, beberapa saham emiten BUMN yang memiliki prospek menarik pada 2022 adalah TLKM karena didukung sektor telekomunikasi yang masih akan tinggi pertumbuhannya.

Selain itu, PGAS juga layak untuk dikoleksi melihat valuasi sahamnya yang sudah sangat murah. Kinerja PGAS diperkirakan akan terus membaik ke depannya. Terakhir, Alfred melihat saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk juga memiliki prospek yang positif. Performa industri baja di Indonesia pada 2021 dinilai sangat memuaskan didukung oleh konsistensi pemerintah dalam mendukung industri baja lokal. Hal ini mampu memberikan imbas terhadap perbaikan fundamental emiten baja. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat