Seorang murid perempuan membaca di depan kelas di Sekolah Putri Tajrobawai di Herat, Afghanistan, Kamis (25/11/2021). Wilayah tersebut sejauh ini jadi satu dari sedikit yang mengizinkan perempuan bersekolah selepas Taliban berkuasa. | AP Photo/Petros Giannakouris

Opini

Afghanistan, OKI, dan Taliban

Hal ini semakin menguatkan posisi bahwa Indonesia merupakan negara yang diperhitungkan di OKI.

AM SIDQI, Diplomat RI di KBRI Riyadh

Konferensi Tingkat Menlu Luar Biasa (KTM-LB) ke-17 Organisasi Kerja sama Islam (OKI) tentang Situasi Kemanusiaan di Afghanistan di Islamabad, Pakistan, telah selesai digelar beberapa waktu lalu. Memenuhi undangan tuan rumah Pakistan, hadir 30 negara anggota,  tujuh negara non-anggota (Jerman, Inggris, Italia, Amerika Serikat, RRC, Jepang, dan Prancis), dan sejumlah organisasi internasional, serta perwakilan Taliban. 

KTM-LB ini diselenggarakan mendadak mengingat krisis kemanusiaan yang membayangi Afghanistan. Organ-organ PBB menilai bahwa Afghanistan diambang bencana kemanusiaan akibat sistem perbankan runtuh, pemerintahan kolaps, blokade ekonomi, musim dingin ekstrem, dan pandemi Covid-19. Dibanding dengan di wilayah lain, krisis kemanusiaan di Afghanistan sangat mengkhawatirkan. Meninggalkan Afghanistan pada masa ini akan menjadi kesalahan fatal sejarah.

Secara umum, posisi negara anggota pada KTM-LB menekankan pada krisis kemanusiaan di Afghanistan dapat mengarah pada instabilitas kawasan. OKI sebagai motor solidaritas umat wajib mengerahkan sumber daya organisasi dan negara anggota masing-masing untuk menyelamatkan Afghanistan dari bencana kemanusiaan, baik melalui mekanisme OKI maupun bilateral.

 
Secara umum, posisi negara anggota pada KTM-LB menekankan pada krisis kemanusiaan di Afghanistan dapat mengarah pada instabilitas kawasan.
 
 

Namun, selain menekankan kewajiban OKI membantu bangsa Afghan, KTM-LB juga menuntut kewajiban Taliban untuk merealisasikan komitmen dan menyusun roadmap rekonsiliasi politik. Antara lain agar Afghanistan tidak lagi menjadi tempat berkembang biak (safe haven) bagi organisasi teroris dan mewujudkan pemerintahan yang inklusif.

Kehadiran Taliban

Kehadiran Taliban pada KTM-LB ini kontan menarik perhatian publik dan media. Pasalnya, KTM-LB ini merupakan konferensi internasional pertama dan terbesar yang dihadiri oleh Taliban setelah pengambilalihan kekuasaan Agustus lalu. Menariknya, Taliban hadir tidak mewakili Afghanistan sebagai negara anggota OKI.

Pada sesi pembukaan, Taliban yang diwakili oleh Amir Khan Muttaqi (acting Menlu) diberi kesempatan menyampaikan perkembangan situasi terkini di Afghanistan. Muttaqi membuka pidatonya dengan mengasosiasikan diri sebagai bagian dari keluarga besar umat Islam, dan siap mendengarkan concern negara anggota OKI untuk menuntun Afghanistan keluar dari krisis.

Pada satu sisi, Muttaqi mengedepankan kesadaran tentang konsep umat Islam dan kerendahan hati Taliban untuk dituntun keluar krisis oleh sesama negara Muslim. Citra Taliban yang keras dan ekstrem, tidak tampak pada forum OKI. Pada sisi lain, ini juga menunjukkan OKI merupakan convenient forum bagi Taliban dibandingkan forum lain yang berisi penolakan, kecaman, dan sanksi.

 
Hal ini semakin menguatkan posisi bahwa Indonesia merupakan negara yang diperhitungkan di OKI, dan dipandang sebagai pihak yang selama ini secara aktif menyuarakan posisi pada isu peace process di Afghanistan.
 
 

Muttaqi memaparkan kebijakan pemerintahan Taliban, seperti penegakan hukum, perang terhadap narkotika, melawan ISIS, penegakan HAM, dan partisipasi perempuan. Pemerintahan Taliban juga mengundang investasi negara Muslim dan menjadikan Afghanistan sebagai hub of economic connectivity; meminta untuk membuka kembali kedutaan dan aktivitas diplomatik di Kabul; pencabutan sanksi dan pencairan aset Afghanistan; agar bantuan kemanusiaan segera disalurkan; dan agar negara anggota OKI dan komunitas dapat menerima pengungsi dari Afghanistan.

Resolusi Afghanistan

Pada sesi debat antarnegara anggota, menlu RI mendapatkan giliran pertama menyampaikan posisi negara. Hal ini semakin menguatkan posisi bahwa Indonesia merupakan negara yang diperhitungkan di OKI, dan dipandang sebagai pihak yang selama ini secara aktif menyuarakan posisi pada isu peace process di Afghanistan.

Menlu RI menegaskan tiga hal. Pertama, negara OKI perlu memobilisasi dukungan dan sumber daya untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan di Afghanistan. Kedua, mendorong agar negara OKI untuk membantu Taliban merealisasikan janji-janjinya, termasuk menyusun roadmap sebagai political solution di Afghanistan. Ketiga, agar OKI dapat berperan sebagai jembatan antara Afghanistan dan lembaga donor.

 
Perkembangan tentang upaya penyelamatan bangsa Afghan ini akan dilaporkan pada KTM ke-48, yang akan diselenggarakan di Pakistan pada Maret 2022. 
 
 

Setelah negara anggota dan undangan menyampaikan posisinya pada sesi debat, KTM-LB menghasilkan Resolusi tentang” Situasi Kemanusiaan di Afghanistan” dengan poin-poin penting, antara lain pertama, pengakuan peran penting Indonesia pada isu Afghanistan; kedua, pembentukan Humanitarian Trust Fund untuk Afghanistan di bawah Islamic Development Bank;

Ketiga, menyerukan kepada otoritas Afghanistan mengembangkan roadmap untuk memperkuat inklusivitas, partisipasi seluruh masyarakat, termasuk perempuan dan anak perempuan; dan keempat, penunjukan Tarig Ali Bakheet, assistant secretary general for Humanitarian, Cultural and Family Affairs sebagai special envoy OKI untuk koordinasi bantuan kemanusiaan Afghanistan.

Perkembangan tentang upaya penyelamatan bangsa Afghan ini akan dilaporkan pada KTM ke-48, yang akan diselenggarakan di Pakistan pada Maret 2022. Krisis kemanusiaan Afghanistan menjadi ujian solidaritas umat, sekaligus batu lompatan OKI menjadi aktor global yang diperhitungkan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat