Kiai Miftachul Akhyar | ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Khazanah

Kiai Miftachul Akhyar Disebut tak Masalah Rangkap Jabatan

Rais aam sebelumnya juga merangkap jabatan di MUI. Ini jadi dasar Kiai Miftachul Akhyar rangkap jabatan tak jadi masalah.

JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tak mempermasalahkan jika Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, merangkap jabatan sebagai ketua umum (ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kiai Miftach terpilih sebagai Rais Aam lewat musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) di Muktamar ke-34 NU di Lampung, pekan lalu.

Ketua PBNU sekaligus Panitia Muktamar ke-34 NU, KH Imam Azis, mengatakan, tidak masalah jika Kiai Miftach tetap menjadi ketum MUI. Sebab, selama ini rais aam PBNU juga banyak yang merangkap jabatan sebagai ketum MUI.

“Biasanya gitu. Waktu Kiai Sahal, beliau juga rais aam sekaligus ketum MUI. Waktu Kiai Ma'ruf Amin beliau juga rais aam sekaligus ketum MUI. Tradisinya memang gitu, tidak ada masalah dan tidak dipermasalahkan,” ujar Kiai Imam saat dihubungi Republika, Selasa (28/12).

Ia mengakui, permintaan agar rais aam PBNU tidak merangkap jabatan di organisasi lain memang sempat disampaikan di depan forum pleno Muktamar ke-34 NU di Universitas Lampung (Unila). Namun, menurut dia, jika Kiai Miftach masih sanggup menjadi ketum MUI, hal itu tidak dipermasalahkan dalam organisasi NU.

“Jadi tetap bisa, tradisinya begitu. Jadi, nggak masalah,” kata Imam.

Sebelumnya, MUI meminta kepada PBNU agar membolehkan Kiai Miftach tetap menjabat sebagai ketum MUI. "MUI meminta dan memohon dengan sangat kepada NU agar memperkenankan Bapak KH Miftachul Akhyar supaya tetap bisa merangkap (jabatan) dan melaksanakan tugasnya menjadi ketua umum MUI," ujar Wakil Ketua Umum MUI Buya Anwar Abbas, Senin (27/12).

Menurut Buya Anwar, sosok Kiai Miftach masih dibutuhkan dalam organisasi MUI demi menyelesaikan visi dan misi yang telah dibangun selama ini. "Karena sosok beliau terus terang sangat-sangat dibutuhkan oleh MUI sehingga dengan demikian diharapkan apa yang menjadi tugas dan misi serta tujuan dari MUI dapat terlaksana dengan baik," ujar dia.

MUI, kata dia, merupakan wadah berhimpun dan bermusyawarah para ulama, zuama, dan para cendekiawan dari berbagai latar belakang organisasi, profesi, dan elemen umat Islam. Maka, dibutuhkan sosok yang bisa merekatkan semua kalangan.

"Untuk itu, MUI sangat memerlukan sosok seorang ketua umum yang mumpuni yang mampu merekat dan memperkuat persatuan serta kesatuan di kalangan umat dan warga bangsa," kata dia.

Hal senada dikatakan Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan. Bagi MUI, kata Buya Amirsyah, tidak ada masalah bila Kiai Miftach merangkap jabatan sebagai Rais Aam PBNU periode 2021-2026.

"Di MUI, selama ini beliau (Kiai Miftach) merangkap (sebagai Rais Aam PBNU), tidak ada masalah. Artinya tetap berjalan sebagaimana biasa," ujar dia.

"Dan kita memang melihat kehadiran beliau di MUI sangat dibutuhkan oleh MUI. Sebagai tokoh yang berasal dari NU, (Kiai Miftach) mampu mengayomi, mampu menjadi pemersatu umat dalam menjadikan fungsi MUI sebagai himayatul ummah (pelindung masyarakat) dan shodiqul hukumah (mitra pemerintah)," ujar dia.

Buya Amirsyah juga menyampaikan, Kiai Miftach aktif menjalankan kepemimpinan di MUI selama lebih dari satu tahun terakhir meski bertempat tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Selama itu pula tidak ada masalah dan semuanya berjalan baik.

"Beliau punya visi-misi melayani umat, melindungi umat sekaligus penguatan umat dan bisa menggerakkan kepemimpinan umat ini dengan sebaik-baiknya," kata Buya Amirsyah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat