Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, menyambangi keluarga salah satu korban tabrak lari oleh anggota TNI, di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12/2021). | Bayu Adji P/Republika

Nasional

TNI Angkatan Darat Minta Maaf

Keluarga korban minta ketiga oknum prajurit dihukum seadil-adilnya.

GARUT -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengunjungi keluarga dua korban tabrak lari oleh tiga oknum anggota TNI AD pada Senin (27/12). Dudung menyampaikan belasungkawa sekaligus memimta maaf atas perbuatan anggotanya yang diduga membuang para korban ke sungai, alih-alih dibawa ke rumah sakit.

"Saya sudah sampaikan kepada keluarga korban, permohonan maaf atas nama institusi Angkatan Darat, atas perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab," kata dia seusai mengunjungi keluarga Handi Saputra (18 tahun), salah satu korban di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12).

KSAD juga menyempatkan diri berziarah ke makam Handi yang tak jauh dari rumahnya. Dudung mendoakan korban dan menaburkan bunga di atas pusara makan itu.

Sebelum mengujungi rumah duka korban Handi, Dudung juga mengunjungi rumah duka korban Salsabila (14) di Kampung Tegal Lame, RT 02 RW 07, Desa Ciaro, Nagreg, Kabupaten Bandung. Di sana, Dudung juga menyempatkan diri berziarah ke makam korban.

photo
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, menyambangi keluarga salah satu korban tabrak lari oleh anggota TNI, di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12/2021). - (Bayu Adji P/Republika)

Handi Saputra dan Salsabila yang mengendarai sepeda motor terlibat kecelakaan di Jalan Raya Ciaro, Nagreg, Kabupaten Bandung, Rabu (8/12), sekitar pukul 16.00 WIB. Kedua korban yang mengalami luka serius dibawa oleh mobil penabrak dengan alasan ke rumah sakit. Namun, kedua korban tidak ditemukan di rumah sakit mana pun.

Jasad kedua korban akhirnya ditemukan secara terpisah di daerah aliran Sungai Serayu wilayah Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, pada Sabtu (11/12). Pihak kepolisian kemudian menangkap tiga orang pelaku yang merupakan anggota TNI AD, yaitu Kolonel Inf P, Kopral Dua DA, dan Kopral Dua Ad. Kasus ini lalu dilimpahkan ke Pomdam III Siliwangi.

Selaku pembina kekuatan angkatan darat, Dudung menegaskan akan bertanggung jawab. Ia memastikan proses hukum anggota yang terlibat akan berlanjut. "Saat ini mereka-mereka, oknum tersebut, sudah ditahan di Pomdam Jaya. Sudah dialihkan dari kesatuan asalnya," kata dia.

Ayah kandung Handi Saputra, Etes Hidayatullah (54), meminta pelaku dihukum seadil-adilnya. Sebab, akibat kejadian itu, anaknya yang masih berusia belia meninggal dunia. "Harapan keluarga tidak banyak, tidak muluk-muluk. Anak saya sudah tidak ada. Di sini kan negara hukum, saya minta pelaku dihukum seadil-adilnya," ujar dia. 

Sementara, Jajang (45) dan Suryati (41 tahun) masih belum menyangka anak bungsunya Salsabila sudah tiada. Namun, keduanya mengaku ikhlas dengan kepergian anaknya dan menganggap peristiwa tersebut sebagai takdir yang harus dijalani.

"Abi nu atos mah atos weh da tos kumaha tos takdir (saya yang sudah mah sudah harus gimana sudah takdir). Kahoyong mah nu aya kahoyong disalametkeun sadayana da itu ge sanes hoyong cilaka mah (Keinginan mah yang ada diselamatkan semuanya, mereka juga tidak ingin kecelakaan)," ujar Jajang.  

Jajang menyerahkan urusan hukum terkait kecelakaan tersebut sepenuhnya kepada aparat. Terlebih, ia mengaku tidak memahami betul terkait proses hukum. "Abi kahoyong tergantung hukum da abdi teu teurang masalah hukum, ada hukum pada teurang (saya ingin menyerahkan sepenuhnya ke hukum karena saya tidak tahu hukum. Banyak yang sudah tahu). Seadil-adilnya," katanya.

Ia pun teringat kembali saat peristiwa awal kecelakaan yang menimpa anak bungsunya yang masih duduk kelas dua SMP tersebut. Saat itu, Salsabila sedang tidur bersama ibunya, Rabu (8/12) lalu. Tidak lama, Handi Saputra kekasihnya mengajak Salsabila bermain ke Cijolang. Tak lama berselang, istrinya Suryati (41) mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan.

photo
Anggota TNI AD selepas kejadian penabrakan atas menabrak Handi Saputra (16 tahun) dan Salsabila (14) di Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021). - (tangkapan layar)

"Tidak lama ke Cijolang (bermain), ada kabar kecelakaan. Saya lagi enggak ada di rumah, lagi kerja," ujarnya. Saat kejadian tabrakan, adiknya mengecek informasi tersebut, tetapi anaknya tidak ditemukan dan diketahui dibawa oleh penabrak.

Setelah itu, Jajang mengaku kehilangan kontak dengan anaknya dan berselang beberapa hari kemudian ia dikejutkan oleh penemuan mayat di Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah, yang diidentifikasi salah satunya adalah anaknya Salsabila. "Leres (betul) anak saya, malam langsung dibawa dan langsung dimakamkan," ungkapnya.

Nasib Tragis Handi yang Bercita-cita Jadi TNI

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Etes Hidayatullah (54 tahun) di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, pada Senin (27/12). Kepergian mendadak anaknya, Handi Saputra (18), masih terbayang oleh keluarga.

Handi dan kekasihnya, Salsabila (14), menjadi korban tabrakan di wilayah Nagreg, Jawa Barat, yang dibuang ke Sungai Serayu, Jawa Tengah. Diduga, pelaku penabrak dan pembuang kedua sejoli itu adalah anggota TNI AD. Etes semakin pilu mengingat sang putra memiliki cita-cita menjadi prajurit TNI.

photo
tes Hidayatullah (54) memegang foto almarhum anaknya, Handi Saputra (18), di kediamannya, Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12/2021). - (Bayu Adji P/Republika)

"Handi dalam tiga hari terakhir (sebelum kejadian) mengundurkan diri dari sekolah. Padahal, karena dia tinggi, Handi ingin jadi ABRI (TNI). Itu cita-citanya," kata Etes mengenang sosok anaknya.

Menurut dia, keluarga sangat mendukung cita-cita Handi menjadi TNI. Karena itu, keluaga tak rela remaja yang masih duduk di kelas 2 SMK itu mengundurkan diri dari sekolah. Namun, anaknya itu tetap ingin berhenti sekolah. "Mungkin memang sudah jalannya," ujar dia.

Saat kejadian tabrakan, 8 Desember 2021, Etes mengaku sedang bekerja di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Ketika itu, ia mendapat kabar dari anak pertamanya bahwa Handi mengalami kecelakaan di wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung, saat mengendarai motor bersama pacarnya, Salsabila.

Mendapat kabar itu, Etes langsung pulang ke rumahnya di Limbangan, Garut. Sementara, istri bersama anaknya yang lain mencari keberadaan Handi ke sejumlah rumah sakit. Hal itu  berdasarkan keterangan warga di lokasi kejadian anaknya dibawa oleh mobil yang menabraknya.

"Saya pulang dari tempat kerja, sampai rumah jam 10 malam. Istri saya sedang mencari ke rumah sakit-rumah sakit di Garut sampai Cicalengka. Jam 2.00 (pagi) baru pulang. Tidak ada informasi," kata dia.

Pencarian tak berhenti sampai itu. Pada Kamis (9/12), Etes yang bertugas melanjutkan pencarian, mengelilingi sejumlah rumah sakit di Garut. Namun, informasi tentang keberadaan anaknya tetap nihil.

photo
tes Hidayatullah (54) memegang foto almarhum anaknya, Handi Saputra (18), di kediamannya, Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12/2021). - (Bayu Adji P/Republika)

Menurut dia, pencarian terus dilakukan hingga 16 Desember. Namun, hari itu anak pertamanya menerima kabar mengenai penemuan sesosok mayat tanpa identitas di Sungai Serayu. Dalam keterangannya, ciri-ciri yang ada pada sosok mayat itu sama persis dengan Handi. "Di situ ada baju, celana, gesper, sepatu, sama semua. Bahkan, aksesori emas imitasi sama semua. Giginya juga gingsul. Saya percaya itu anak saya," kata dia.

Seusai ditemukan, jenazah Handi sempat diautopsi. Setelahnya, jenazah dibawa ke rumah duka di Kabupaten Garut. Etes mengatakan, jenazah sampai di Garut pada Ahad (19/12) sekira pukul 00.00 WIB. Ketika sampai, jenazah langsung dimakamkan pada dini hari itu juga.

Menurut Etes, belum ada hasil dari autopsi tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang didapatinya, Handi belum meninggal saat ditabrak. "Saya juga melihat sekilas hasil forensik, anak saya dibuang masih hidup. Karena di paru-paru ada air dan pasir. Saya mikir waktu kejadian itu dibawa ke rumah sakit atau ditolongin sama orang. Ternyata kenyataannya begini," kata dia sambil berusaha menahan air matanya.

Etes mengatakan, keluarga sudah ikhlas atas meninggalnya anak keempat dari lima bersaudara itu. Namun, ia tetap ingin pelaku penyebab meninggalnya Handi dihukum dengan seadil-adilnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat