Lifter Putra Indonesia Rahmat Erwin Abdullah mengangkat barbel pada pertandingan cabang olahraga angkat besi kategori putra 73 kilogram di RSMC Ninoy Aquino Stadium, Manila, Filipina, Rabu (4/12). Rahmat Erwin Abdullah menyumbang medali emas terakhir dari | Republika/Putra M. Akbar

Olahraga

Jangan Biarkan Angkat Besi Dicoret

Prestasi angkat besi pun diharapkan bisa terjaga untuk membawa Indonesia mencapai target peringkat lima besar di Olimpiade 2044.

OLEH AFRIZAL ROSIKHUL ILMI

Baru-baru ini tersiar kabar bahwa Komite Olimpiade Internasional (IOC) akan tidak menyertakan cabang olahraga (cabor) angkat besi dalam daftar 28 cabang yang diajukan untuk Olimpiade Los Angeles 2028. Keputusan IOC itu didasarkan pada maraknya kasus doping dan skandal korupsi yang terjadi di induk organisasi angkat besi dunia, IWF. 

Ini tentu menjadi ancaman serius bagi para atlet dan negara seperti Indonesia yang memegang tradisi medali Olimpiade dari angkat besi. Sejarah mencatat bahwa selain dari cabor bulu tangkis, angkat besi secara konsisten selalu menjadi lumbung medali bagi Indonesia meski sampai saat ini belum berhasil memberi medali emas. 

Total 12 medali yang terdiri atas enam perak dan medali perunggu telah dipersembahkan lifter Tanah Air sejak Olimpiade Sydney 2000. Di sisi lain, angkat besi juga menjadi salah satu cabang prioritas dalam Desain Besar Olahraga Nasional yang tengah digaungkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). 

Prestasi angkat besi pun diharapkan bisa terjaga untuk membawa Indonesia mencapai target peringkat lima besar di Olimpiade 2044. Oleh karena itu, Indonesia harus benar-benar berjuang dengan segala cara agar angkat besi tidak dicoret dari Olimpiade. 

Indonesia melalui Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia), juga Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) tentu harus terlibat aktif dalam membangun hubungan diplomatik dengan IWF, federasi angkat besi dari berbagai negara, dan para pihak terkait untuk bekerja sama mempertahankan angkat besi sebagai cabor resmi Olimpiade. Itu karena, wacana penghapusan ini belum menjadi keputusan resmi dan masih merupakan peringatan dari Presiden IOC Thomas Bach.

Melalui pernyataannya, Bach masih memberikan waktu 18 bulan kepada tiga cabor yang terancam dihapus (termasuk tinju dan pentatlon) untuk meyakinkan dewan eksekutif IOC dalam pertemuan tahunan anggota IOC pada 2023. 

Jika ditelusuri, memang benar bahwa ada masalah manajemen akut di tubuh IWF selama bertahun-tahun ke belakang. Sebuah penyelidikan terhadap IWF pada Juni 2020 telah menemukan kasus korupsi yang meluas dan puluhan tes obat terlarang yang ditutup-tutupi di masa kepemimpinan Tamas Ajan sejak tahun 2000 hingga 2020. 

Ancaman penghapusan cabang angkat besi oleh IOC ini seharusnya bisa menyadarkan para penerus estafet kepemimpinan IWF agar mereka memperbaiki budaya kepengurusan dalam organisasi tersebut. Indonesia juga harus bisa mengajak pihak-pihak terkait untuk mendorong IWF melakukan pembenahan secara internal. 

Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021 yang dihelat di Tashkent, Uzbekistan, kemarin seharusnya bisa dimanfaatkan oleh organisasi angkat besi dari berbagai negara untuk "menghimpun kekuatan" menghadapi IOC. Setelah itu, mereka perlu bekerja sama meyakinkan IOC di rapat keanggotaan pada 2023 mendatang. 

Seharusnya masalah ini bisa diatasi dengan mudah jika semua pihak mau bekerja sama. Pasalnya, IOC juga tidak bisa seenaknya mencoret cabang apa pun dari Olimpiade karena Olimpiade adalah milik masyarakat dunia, dan mencoret angkat besi dari Olimpiade bukanlah keputusan yang bisa dibenarkan. 

Selain itu, mengenai kewajiban menaati aturan antidoping, itu seharusnya bukan hal yang sulit karena semua atlet dari cabang lain juga berdiri di bawah aturan yang sama. IWF pun sudah mempresentasikan kebijakan mereka dalam memerangi doping kepada IOC dalam pertemuan di Thailand beberapa waktu lalu. 

Mulai saat ini, hingga pertemuan tahunan anggota IOC pada 2023 mendatang, semua pihak perlu menunjukkan keseriusan dan merebut kembali kepercayaan dari dewan eksekutif IOC. Semua pihak harus serius membuat perubahan dalam tata kelola dan budaya organisasi olahraga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat