Gerakan melawan islamfobia. | EPA-EFE/CHRISTOPHE PETIT TESSON

Internasional

Muslim Kanada Butuh Dukungan Lawan Islamfobia

Islamfobia di Kanada semakin mengusik ketengan Muslim menjalankan keyakinannya.

 

TRENTON — Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM) tengah mengumpulkan tanda tangan untuk sebuah petisi melawan pernyataan Perdana Menteri Justin Trudeau. Petisi diluncurkan setelah seorang guru Muslim di provinsi Quebec dikeluarkan, karena mengenakan jilbab di dalam kelas.

RUU Quebec 21, yang disahkan pada 2019, melarang pemakaian simbol agama, seperti jilbab, kippah, sorban dan salib, oleh sebagian besar pegawai negeri saat bekerja.

Bekerja sama dengan Canadian Civil Liberties Association, NCCM berjuang agar RUU tersebut dibatalkan oleh pengadilan karena melanggar hak asasi manusia. NCCM juga mengatakan RUU itu secara tidak adil menargetkan wanita Muslim.

Dilansir di Anadolu Agency, Selasa (14/12), pembahasan seputar RUU itu semakin intensif setelah guru tersebut dicopot dari posisinya minggu lalu.

CEO NCCM, Mustafa Faroow, dalam sebuah pernyataan mengatakan Fatemeh Anvari (nama guru itu) merupakan wanita Muslim Quebec pemberani, yang dicopot dari posisinya sebagai guru karena memiliki keberanian mengenakan jilbabnya ke sekolah.

"Kebenaran yang memalukan adalah dia bukan (korban) yang pertama, juga tidak akan menjadi yang terakhir, selama Bill 21 ada," kata dia.

Farooq juga menyebut pertarungan pengadilan ini telah beralih ke Pengadilan Banding Quebec, dalam perjuangan untuk menjatuhkan "hukum keji" tersebut.

Di sisi lain, Trudeau tercatat mengatakan provinsi tersebut tidak memiliki urusan untuk memberi tahu orang-orang apa yang harus dikenakan. NCCM ingin dia bertindak lebih tegas.

Saat ini, lembaga tersebut sedang meminta perhatian orang-orang agar membubuhkan tanda tangan mereka pada petisi, membantu perjuangan agar pemerintah dan anggota parlemen berada di pihak mereka.

"Tanda tangani petisi kami yang meminta Perdana Menteri untuk campur tangan dalam proses legal ini. Advokasi ini menuju sukses, anggota parlemen mulai bangkit untuk meminta Perdana Menteri melakukan hal yang benar. Mari kita wujudkan sekarang," lanjut Farooq.

Lebih lanjut, ia mengatakan perjuangan ini tidak akan berhenti, baik di pengadilan, media, maupun di jalanan, sampai undang-undang tersebut dicabut.

Guru berjilbab dipecat

Sebelumnya, Seorang guru Muslim berjilbab di Provinsi Quebec, Kanada, dicopot dari posisinya karena jilbab yang dikenakannya. Pencopotan ini didasarkan pada undang-undang provinsi yang kontroversial.

Guru tersebut bernama Fatemeh Anvari. Dia adalah guru kelas tiga di Sekolah Dasar Chelsea di Quebec. Ia ditawari posisi permanen setelah bekerja sebagai guru pengganti di Dewan Sekolah Quebec Barat selama beberapa bulan.

Setelah memulai pada posisi penuh waktu itu, hanya dalam waktu sebulan, kepala sekolah dilaporkan memberi tahu Anvari bahwa dia harus dipindahkan ke posisi di luar kelas karena jilbabnya. "Jujur, pada detik itu, itu mengagetkan," kata Anvari kepada CBC, dilansir dari Daily Sabah, Senin (13/12).

Undang-undang Quebec 21 melarang sebagian besar pegawai negeri, termasuk perawat, guru, dan petugas polisi, mengenakan simbol agama seperti sorban, jilbab, salib, dan kippah saat bekerja.

Para pengamat setempat berpendapat, undang-undang tersebut adalah serangan terselubung yang berpusat pada wanita Muslim yang mengenakan tutup kepala dan memaksa orang untuk memilih antara agama dan pekerjaan mereka. Beberapa tantangan pengadilan telah diajukan terhadap undang-undang diskriminatif, tetapi keputusan akhir bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Piagam Hak dan Kebebasan Kanada, yang diperkenalkan oleh mendiang Perdana Menteri Pierre Trudeau, menjamin hak yang sama bagi semua warga negara Kanada dan memungkinkan mereka untuk menentangnya karena sudah tertanam dalam Konstitusi negara tersebut.

Menurut Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM), Muslim yang tinggal di Kanada semakin menghadapi sentimen anti-Muslim sejak serangan 9/11 yang dilakukan dua dekade lalu melintasi perbatasan di AS.

Evolusi tragis telah mengakibatkan serangan mengerikan terhadap umat Islam. Pada 2017, seorang pria mengunjungi sebuah masjid di Kota Quebec dan menembak mati enam jemaah dan melukai 19 lainnya.

Baru-baru ini pun, di London, Ontario, seorang pria yang didorong oleh kebencian menabrak sebuah keluarga Muslim dengan truknya, menewaskan empat orang dan meninggalkan satu-satunya yang selamat, seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, seorang yatim piatu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat