Petugas kesehatan mengambil sampel dari penumpang di stasiun kereta api di Ahmedabad, India, Jumat (3/12/2021). Tes Covid-19 digencarkan di negara tersebut guna mencegah penyebaran varian omikron. | AP/Ajit Solanki

Internasional

WHO: Omikron Mungkin Lebih Menular

Omikron lebih mudah menginfeksi orang yang pernah sakit atau telah divaksin.

JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, data awal virus korona varian omikron menunjukkan varian baru ini lebih mudah menginfeksi orang yang pernah sakit atau telah divaksin. Namun, sejauh ini omikron menunjukkan gejala yang lebih ringan dibanding varian delta.

“Data yang muncul dari Afrika Selatan menunjukkan, ada peningkatan risiko terinfeksi kembali oleh omikron,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang dikutip Aljazirah, Rabu (8/12).

“Ada juga sejumlah bukti bahwa omikron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada delta,” katanya menambahkan.

Namun, Tedros menekankan bahwa masih diperlukan lebih banyak data sebelum membuat kesimpulan kuat. Ia juga mendesak seluruh negara untuk meningkatkan pemantauan untuk membantu meneliti karakter omikron.

Meski bergejala lebih ringan, Tedros mengingatkan bahwa orang tidak boleh lengah. “Setiap kelalaian kini bisa berakibat kehilangan nyawa,” katanya.

Direktur yang membidangi situasi darurat, Michael Ryan, sepakat. Menurut dia, sejauh ini data menunjukkan omikron menular secara lebih efisien, dan “Mungkin lebih mudah menular daripada varian delta.”

“Namun, itu bukan berarti virus ini tak bisa dihentikan,” kata Ryan. “Artinya, virus ini bisa menular secara lebih efisien antarmanusia. Karena itu, kita harus menggandakan upaya untuk memutus rantai penularan itu demi menjaga diri kita sendiri dan demi melindungi orang lain.”

Namun, Ryan mengingatkan bahwa meski menunjukkan gejala lebih ringan, omikron membawa risiko tersendiri. Dengan lebih menular, maka akan lebih mudah membuat orang sakit. Akibatnya, kondisi ini bisa membebani sistem kesehatan.

“Akhirnya, akan lebih banyak lagi orang yang meninggal,” kata Ryan.

Ia menekankan kembali pentingnya vaksinasi. Menurutnya, bahkan jika vaksin berkuang efektivitasnya dalam melawan omikron, namun data menunjukkan vaksin yang ada saat ini tetap memberi perlindungan dalam melawan Covid-19.

WHO mengatakan, varian omikron telah menyebar di 57 negara. Menurut WHO, butuh lebih banyak data untuk menilai tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh varian omikron. Termasuk apakah mutasi varian tersebut dapat mengurangi  perlindungan kekebalan dari vaksin Covid-19 yang saat ini beredar.

Pada 26 November, WHO menyatakan varian omikron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan, sebagai varian yang mengkhawatirkan. Varian omikron adalah strain SARS-CoV-2 kelima.

 “Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian omikron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami,” ujar WHO.

Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi strain baru omikron, Sikhulile Moyo khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat. Kecepatan mutasi juga menimbulkan pertanyaan tentang evolusi varian Covid-19.

Moyo, yang merupakan direktur Botswana Harvard HIV Reference Laboratory dan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan, virus tidak mengakumulasi mutasi dalam satu langkah. Dia menambahkan, sangat sulit untuk memahami dengan baik seberapa jaub varian omicron akan berkembang.

 “Kami masih mencoba memahami berapa banyak mutasi yang muncul untuk omikron dalam waktu singkat.  Jika Anda melihat garis keturunan sebelumnya, jika Anda melihat alfa, jika Anda melihat beta, Anda dapat melihat mutasi terakumulasi dari waktu ke waktu," ujar  Moyo.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat