Sejumlah Warga Negara Asing (WNA) berjalan di area kedatangan internasional setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/11/2021). Pemerintah memberlakukan larangan WNA dari Afrika Selatan, Botswana, Namibia, | ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

Jakarta

Cegah Omicron, Pemprov DKI Gelar Pemeriksaan WGS

57 negara sudah menjadi sasaran penyebaran covid-19 varian omicron

JAKARTA -- Atas beredarnya informasi di media sosial dan media massa bahwa ditemukannya 4 kasus varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron berdomisili di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar dan dapat dikatakan hoax.

Berdasarkan hasil klarifikasi terakhir ke Litbangkes Kementerian Kesehatan RI pada Rabu, 8 Desember 2021 pukul 14.30 bahwa sampai saat ini belum ditemukan varian baru Omicron di DKI Jakarta. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti menyampaikan pihaknya secara aktif melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) setiap harinya untuk mendeteksi varian virus korona.

“Setidaknya sudah 2.500 spesimen diperiksa dan 40 persen di antaranya adalah variant of concern dan sejauh ini tidak ditemukan varian Omicron. Pemeriksaan WGS sendiri dilakukan di Litbangkes Kemenkes dengan beberapa lab WGS jejaring Litbangkes di DKI Jakarta,” terang Widyastuti di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (8/12). 

Dinkes Provinsi DKI Jakarta mendapatkan hasil pemeriksaan WGS melalui Litbangkes Kemenkes secara periodik. Akan tetapi sampai berita ini diturunkan belum ditemukan Omicron. Untuk diketahui, pada minggu lalu ditemukan klaster kasus positif dari perjalanan luar negeri, yang kemudian sudah dilakukan pemeriksaan WGS dan Tes, Lacak, Isolasi yang akurat. Akan tetapi hasil WGS bukan merupakan Omicron. 

Dinkes Provinsi DKI Jakarta mengapresiasi kebijakan pemerintah pusat untuk melakukan perpanjangan karantina pelaku perjalanan luar negeri selama 10 hari dan 14 hari untuk mencegah penyebaran varian baru Omicron. “Penguatan surveilans WGS dan 3T terus ditingkatkan, selain upaya 6M dan vaksinasi yang optimal,” kata Widyastuti.

Menyebar di 57 negara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian omicron telah menyebar di 57 negara. Selain itu, jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap kemungkinan akan meningkat seiring dengan penyebarannya yang meluas.

Dalam laporan epidemiologi mingguan, WHO mengatakan, butuh lebih banyak data m untuk menilai tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh varian omicron. Termasuk apakah mutasi varian tersebut dapat mengurangi  perlindungan kekebalan dari vaksin Covid-19 yang saat ini beredar.

"Bahkan jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian delta, maka rawat inap akan meningkat,” ujar pernyataan WHO.

Pada 26 November, WHO menyatakan varian Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan, sebagai varian yang mengkhawatirkan. Varian omicron adalah strain SARS-CoV-2 kelima.

Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan naik berlipat ganda dalam seminggu. Hingga 5 Desember, jumlah kasus naik menjadi lebih dari 62 ribu. Peningkatan tertinggi terjadj di Eswatini, Zimbabwe, Mozambik, Namibia dan Lesotho.

“Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian omicron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami,” ujar WHO.

Kepala penelitian laboratorium di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Afrika Selatan, mengatakan, sebagian varian omicron dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer Inc dan BioNTech. Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi strain baru omicron, Sikhulile Moyo khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat.

Kecepatan mutasi juga menimbulkan pertanyaan tentang evolusi varian Covid-19.

Moyo, yang merupakan direktur Botswana Harvard HIV Reference Laboratory dan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan, virus tidak mengakumulasi mutasi dalam satu langkah. Dia menambahkan, sangat sulit untuk memahami dengan baik seberapa jaub varian omicron akan berkembang.

 “Kami masih mencoba memahami berapa banyak mutasi yang muncul untuk omicron dalam waktu singkat.  Jika Anda melihat garis keturunan sebelumnya, jika Anda melihat alfa, jika Anda melihat beta, Anda dapat melihat mutasi terakumulasi dari waktu ke waktu," ujar  Moyo, dilansir Alarabiya.

Salah satu teorinya adalah jenis ini atau varian omicron berkembang pada orang dengan kekebalan yang rendah, dan bersarang di tubuh tersebut lebih lama dari biasanya. Hipotesis lain adalah, apakah virus itu bisa dipindahkan dari manusia ke inang hewan, kemudian beradaptasi dengan inang itu dalam waktu yang relatif cepat, dan pindah kembali ke manusia.

Moyo pertama kali mengurutkan sampel pada 11 November. Sampel diambil dari diplomat asing yang diambil di Botswana. Varian tersebut adalah B.1.1.263. Varian ini dikenal sebagai garis keturunan dari varian yang pertama kali terdeteksi pada awal April 2020.

Ketika Moyo mendeteksi lebih dekat varian B.1.1.263, dia melihat bahwa strain tersebut memiliki lebih sedikit mutasi.  Setelah meminta informasi lebih lanjut dari Departemen Kesehatan Botswana tentang riwayat orang-orang yang diambil sampelnya, Moyo  menemukan temuan varian baru dan memasukannya ke dalam database internasional pada 23 November. 

Beberapa jam kemudian, secara terpisah Afrika Selatan melaporkan hal serupa.  Dengan banyaknya perubahan terhadap varian omicron, Moyo awalnya mengira ini akan menjadi virus yang lemah.

"Sebaliknya, varian (omicron) dapat mereplikasi dengan cepat dan menghindari bagian dari sistem kekebalan, menyebabkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi," ujar Moyo.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat