Sebuah Bus transjakarta menabrak pembatas jalur Busway (Separator Busway) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (3/12). Kecelakaan tunggal itu diduga akibat sopir kurang berhati-hati dan kurang berkonsentrasi. Tidak ada korban jiwa dalam insiden kece | Prayogi/Republika.

Jakarta

Transjakarta Harus Perkuat Pengawasan

Kecelakaan beruntun Transjakarta mencoreng nama BUMD DKI Jakarta.

JAKARTA – Kecelakaan Bus Transportasi Jakarta (Transjakarta) kembali terjadi pada Senin (6/12) pukul 09.10 WIB di kawasan Puri Beta, Ciledug, setelah mengalami sejumlah rentetan kecelakaan sejak Oktober 2021. Dorongan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memecat dan mengganti direksi PT Transjakarta pun makin menguat.

“Bus Transjakarta terus alami kecelakaan. Ini menandakan bahwa tidak adanya pengawasan dan penerapan standar pelayanan minimal (SPM)," kata Analis Kebijakan Transportasi Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan dalam keterangan tertulis, Senin (6/12).

“Pengawasan SPM ini adalah tanggung jawab para direksi. Yakni, setidaknya direktur pelayanan, direktur operasional, dan direktur teknis,” ujar dia menambahkan.

Tigor menilai, kecelakaan yang terjadi setidaknya dalam dua bulan terakhir ini menunjukkan adanya pelanggaran SPM dan tidak berjalannya pengawasan oleh direksi Transjakarta. Dengan rentetan kecelakaan bus Transjakarta yang terjadi, kata dia, sudah seharusnya Pemprov DKI Jakarta mengaudit direksi dan manajemen Transjakarta.

“Melihat semua rentetan kejadian kecelakaan bus Transjakarta, sudah seharusnya gubernur Jakarta merombak total dan mengganti semua direksi Transjakarta,” katanya.

Dia menjelaskan, jika tidak ada pelayanan yang aman, nyaman, dan selamat dalam pelayanan Transjakarta, direksilah yang pertama harus bertanggung jawab. Rentetan kecelakaan yang terjadi dinilai sudah keterlaluan karena menunjukkan tidak adanya upaya memperbaiki pelayanan.

“Untuk itu, saya meminta pemprov segera pecat dan mengganti direktur pelayanan, direktur operasional, dan direktur teknis Transjakarta. Mereka bertiga yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian kecelakaan lalu lintas Transjakarta,” ujarnya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh PT Transportasi Jakarta (pt_transjakarta)

Diketahui, terjadi rentetan kecelakaan bus Transjakarta sejak Oktober 2021. Kecelakaan pertama terjadi pada 25 Oktober 2021 di Halte Cawang-Ciliwung, Jakarta Timur. Terdapat puluhan penumpang yang menjadi korban luka-luka, hingga memakan dua korban jiwa. Selang empat hari, pada 29 Oktober 2021, bus Transjakarta kembali mengalami kecelakaan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Lalu, pada 4 November 2021, bus Transjakarta kembali kecelakaan. Dikabarkan, bus tersebut mengeluarkan asap akibat tali vanbelt air conditioner (AC) yang terputus. Kemudian pada Kamis, 2 Desember 2021, juga terjadi kecelakaan tunggal, yakni bus Transjakarta menabrak pos polisi di kawasan PGC Cililitan, Jakarta Timur.

Kecelakaan terjadi lagi pada Jumat, 3 Desember 2021, di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Terbaru, bus Transjakarta terlibat kecelakaan tunggal di Halte Puri Beta, Ciledug, Senin (6/12) pukul 09.10 WIB.

Insiden kecelakaan tunggal ini dibenarkan oleh Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Argo Wiyono. Menurut dia, kecelakaan tunggal tersebut berawal saat sopir berinisial J yang baru menurunkan penumpang dan memarkirkan bus di Halte Puri Beta 2.

Setelah itu, J ke kamar kecil untuk buang air kecil. Namun, bus yang ditinggalkannya itu terus melaju dan menabrak tembok dan lahan kosong di area pemberhentian akhir Puri Beta 2.

“Saat jalan menuju ke kamar kecil sekitar jarak kurang lebih 10 meter, tiba tiba bus berjalan sendiri, sehingga menabrak tumpukan tanah dan tembok. Sopir J diduga lupa menarik rem tangan saat meninggalkan bus yang dikendarainya," kata Argo, melalui keterangannya, Senin (6/12).

Di tempat terpisah, Komisi B DPRD DKI Jakarta menggelar rapat bersama direksi PT Transjakarta. Rapat ini membahas kecelakaan beruntun yang melibatkan armada BUMD transportasi tersebut.

"Kita membahas terkait banyaknya kecelakaan dalam 40 hari terakhir yang melibatkan Transjakarta. Kita punya program jangka panjang untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi," kata Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Azis di Ruang Rapat Komisi B, Gedung DPRD Jakarta, Senin.

Abdul Azis menilai, kecelakaan beruntun yang melibatkan Transjakarta cukup mencoreng BUMD tersebut. Sehingga, dikhawatirkan memengaruhi keinginan orang untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Direktur Utama TransJakarta Mochammad Yana memohon maaf kepada para anggota DPRD atas adanya kecelakaan yang melibatkan angkutan umum kebanggaan warga Ibu Kota itu. Dia menjelaskan, kecelakaan bus Transjakarta paling banyak melibatkan operator PPD dan Mayasari Bhakti.

Kecelakaan bus Transjakarta paling banyak melibatkan mobil pribadi sebanyak 29 persen dan sepeda motor 28 persen. “Kami sudah meminta Polda Metro Jaya untuk melakukan investigasi dan penyelidikan,” kata Yana.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat