Presiden Iran Ebrahim Raisi berbicara di depan parlemen Iran di Tehran, Selasa (16/11/2021). Raisi mengatakan saat itu bahwa Iran siap melakukan perundingan kembali terkait kebijakan nuklir dengan negara-negara barat. | EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH

Internasional

UE Nilai Positif Pembahasan Nuklir Iran

AS berharap Iran dapat kembali mematuhi JCPOA.

WINA – Perundingan nuklir Iran di Wina, Austria, yang digelar Senin (29/11) dinilai memiliki atmosfer positif. Sementara Amerika Serikat (AS) yang kini mengikuti perundingan secara tidak langsung, berharap Iran kembali mematuhi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

"Saya merasa sangat positif tentang apa yang saya lihat hari ini," kata pejabat UE yang memimpin pembicaraan,  Enrique Mora, setelah pertemuan.

Mora mengatakan, delegasi baru Iran tetap pada tuntutannya agar semua sanksi dicabut. Tapi, Mora menyarankan Teheran tidak langsung menolak hasil dari enam putaran pembicaraan sebelumnya yang diadakan antara April dan Juni.

"Mereka (Iran, Red) telah menerima bahwa pekerjaan yang dilakukan selama enam putaran pertama adalah landasan yang baik untuk membangun langkah kerja kami ke depan," katanya. “Tentu saja kami akan mengikutsertakan pertimbangan politis baru dari pemerintahan Iran yang baru.”

photo
Presiden Iran Ebrahim Raisi tiba di parlemen Iran di Tehran,  Selasa (16/11/2021). Raisi mengatakan saat itu  bahwa Iran siap melakukan perundingan kembali terkait kebijakan nuklir dengan negara-negara barat.  - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Suara optimistik juga disampaikan utusan Rusia untuk pembicaraan tersebut, Mikhail Ulyanov. Ia mencicit di Twitter bahwa mereka memulai langkah dengan cukup sukses.

Namun, seorang diplomat Eropa menyuarakan nada pesimistik. Menurutnya, Iran berkeras pada sikap mereka, bahkan terkadang mereka menunjukkan sikap lebih keras sehingga sulit menunjukkan harapan yang menjanjikan.  

Pembicaraan yang dihadiri Iran, Inggris, Cina, Prancis, Jerman, dan Rusia ini merupakan kali ketujuh dalam mengaktifkan kembali kesepakatan nuklir Iran. Pada Selasa, pertemuan dijadwalkan membahas sanksi dan Rabu akan membahas soal nuklir.

Pada Senin, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, tujuan AS adalah membuat Iran kembali pada JCPOA yang diteken 2015 silam.  AS mengikuti perundingan kali ini secara tidak langsung setelah pada 2018 presiden AS saat itu, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir JCPOA. AS kemudian memberlakukan kembali sanksi atas Iran.

Tim perunding Teheran telah menetapkan tuntutan yang dianggap tidak realistik oleh diplomat AS dan Eropa. Iran menuntut penghapusan semua sanksi AS dan UE yang diberlakukan sejak 2017, termasuk yang tidak terkait dengan program nuklirnya.

"Semua pihak dalam pertemuan itu menerima permintaan Iran bahwa pertama-tama, sanksi AS yang ilegal dan tidak adil harus dihapuskan dan kemudian barulah (kita) membahas masalah lain dan membuat keputusan," kata Deputi politik di Kementerian Luar Negeri Iran Bagheri Kani, yang juga memimpin tim perunding Iran.

Sedangkan dalam panggilan telepon, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Raisi untuk terlibat secara konstruktif untuk segera memulihkan pemberlakuan perjanjian. Macron meminta Presiden Iran Ebrahim Raisi untuk menjaga komitmen Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Permintaan Israel

Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid meminta para pemimpin dunia untuk mempertahankan tekanan terhadap Iran dan tak mencabut sanksi terhadapnya. Lapid mengungkapkan, Iran mengikuti pembicaraan JCPOA karena mereka menginginkan akses ke uang. Dia pun memperingatkan konsekuensi yang bisa muncul jika Iran melanjutkan pengembangan nuklirnya.

photo
Foto satelit dari Planet Labs Inc. tertanggal Senin (22/2) ini menunjukkan perbandingan konstruksi di Pusat Riset Nuklir Shimon Peres Negev tak jauh dari Dimona, Israel. - (Planet Labs Inc. via AP)

“Sebuah nuklir Iran akan mendorong seluruh Timur Tengah ke dalam perlombaan senjata nuklir,” kata Lapid dalam konferensi pers bersama Menlu Inggris Liz Truss di London, Inggris, Senin (29/11).

Pada kesempatan itu, Liz Truss menegaskan, Inggris bertekad mencegah Iran memperoleh atau memiliki senjata nuklir. “Sejauh yang saya ketahui, pembicaraan ini adalah kesempatan terakhir Iran untuk datang ke meja (perundingan) dan menyetujui JCPOA,” ucapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat