Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 ke seorang ibu hamil di Puskesmas Bende, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (24/11/2021). Dinas Kesehatan setempat menargetkan vaksinasi COVID-19 bagi 100 orang ibu hamil dalam sepekan, sementara untuk mahasisw | ANTARA FOTO/Jojon

Internasional

WHO Tinjau Kebutuhan Vaksin untuk Anak

Anak-anak di bawah lima tahun menyumbang tingkat kematian sebesar 0,1 persen.

JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mengkaji perlunya memberikan vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak dan remaja. WHO melakukan tinjauan ini bersama tim ahli dalam Strategic Advisory Group of Experts on Immunization dan Covid-19 Vaccines Working Group.

"Satu hal yang konsisten dari awal hingga sekarang adalah anak-anak pasti terinfeksi hampir sama seperti orang dewasa. Namun risiko penyakit parah dan kematian secara konsisten sangat,  sangat rendah untuk anak-anak," ujar Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, dilansir Anadolu Agency, Kamis (25/11).

Swaminathan, mengatakan, kelompok orang di bawah usia 25 tahun menyumbang kurang dari 0,5 persen tingkat kematian akibat Covid-19 secara global. Kemudian anak-anak di bawah lima tahun menyumbang tingkat kematian sebesar 0,1 persen.

Sementara anak-anak usia lima sampai 10 tahun juga menyumbang tingkat kematian sebesar 0,1 persen. Dengan data tersebut, Swaminathan menyimpulkan bahwa risiko kematian karena Covid-19 pada anak-anak sangat rendah.

Swaminathan mengatakan, ada anak-anak yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala parah. Beberapa anak mengalami pasca-Covid 19 dalam jangka waktu lama. Selain itu, ada juga anak-anak yang juga mengalami sindrom peradangan multi-sistem, tetapi dalam proporsi yang kecil.

"Kita juga perlu menunggu lebih banyak vaksin, dan memiliki data anak-anak sebelum kita dapat membuat rekomendasi lebih lanjut terlebih dahulu,” kata Swaminathan.

Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) terus meninjau literatur dan telah menjangkau produsen vaksin, peneliti, dan negara-negara anggota WHO. Mereka bekerja untuk mendapatkan data yang paling lengkap dan terbaru.

WHO mengatakan, sebagian besar vaksin Covid-19 hanya disetujui untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Namun, sekarang semakin banyak vaksin yang diizinkan untuk digunakan pada anak-anak.

Beberapa negara telah memberikan otorisasi penggunaan darurat vaksin mRNA pada kelompok usia remaja (usia 12-17 tahun), yaitu vaksin BNT162b2 dikembangkan oleh Pfizer, dan mRNA 1273 dikembangkan oleh Moderna. Sebelumnya pada November, WHO mengatakan bahwa, otoritas Cina menyetujui vaksin mRNA BNT162b2 untuk digunakan pada anak-anak berusia 5-11 tahun.

WHO mengatakan, uji coba pada anak-anak berusia tiga tahun telah diselesaikan untuk dua vaksin inaktif yaitu Sinovac-CoronaVac dan BBIBP-CorV. Vaksin ini disetujui oleh otoritas China untuk mereka yang berusia 3-17 tahun. Produk vaksin ini telah menerima lisensi penggunaan darurat WHO untuk orang dewasa saja.

India juga mengembangkan vaksin inaktif adjuvanted, Covaxin. Otoritas India telah menyetujui penggunaan vaksin tersebut dan vaksin lain, ZycovD, untuk mereka yang berusia 12-17 tahun. Tetapi kedua vaksin itu belum menerima lisensi penggunaan darurat WHO untuk kelompok usia tersebut.

Kasus Jerman

Dalam perkembangan terpisah, Jerman mencatatkan 100 ribu kematian akibat Covid-19 pada Kamis (25/11). Saat ini negara tersebut tengah menghadapi gelombang keempat virus korona yang mulai menggoyahkan sistem kesehatan di sana. Eropa juga disebut-sebut menjadi episenter baru pandemi.  

Menurut Robert Koch Institute, selama 24 jam terakhir, Jerman melaporkan 351 kematian baru akibat Covid-19. Dengan demikian, total korban meninggal sejak awal pandemi mencapai 100.119 jiwa. Jerman juga mencatatkan 79.051 kasus baru Covid-19. Total kasus yang sudah tercatat di sana sebanyak 5,6 juta.

Peningkatan kasus baru Covid-19 di Jerman sudah terjadi sejak awal Oktober lalu. Kepala German Interdisciplinary Association for Intensive Care and Emergency Medicine Gernot Marx mengungkapkan, sejumlah rumah sakit di sana sudah menghadapi “kelebihan beban akut” akibat lonjakan pasien baru Covid-19. Sejumlah pasien akhirnya terpaksa dirujuk atau dipindahkan ke luar negeri.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat