Lifter putra Kalimantan Barat Hadi A menggigit medali emas seusai mengikuti upacara penganugerahan juara angkat berat kelas 49kg Peparnas Papua di Hotel Suni Garden Lake, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (8/11/2021). Hadi A berhasil mengangkat be | ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Olahraga

PR Setelah Peparnas XVI Papua

Papua memang layak untuk dipuji karena mampu menyelenggarakan Peparnas XVI secara sukses dan lancar.

OLEH RAHMAT FAJAR

Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua telah resmi ditutup oleh Presiden Joko Widodo. Jokowi bangga atas kesuksesan Papua menyelenggarakan event tersebut yang berjalan lancar hingga selesai. 

Ia memuji semua orang yang terlibat dalam pesta olahraga para penyandang disabilitas tersebut adalah orang hebat. “Semua ini menunjukkan torang hebat (kita orang hebat--Red). Sekali lagi, torang hebat,” kata Jokowi pada acara penutupan di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11).

Peparnas diselenggarakan dari 2-13 November 2021 dengan jumlah peserta 2.163 atlet dari 33 provinsi di seluruh Indonesia. Mereka memperebutkan 861 medali dari 12 cabang olahraga. Papua tampil sebagai juara umum dengan mengumpulkan 114 emas, 72 perak, dan 75 perunggu.

Jawa Barat menduduki posisi kedua klasemen akhir dengan catatan 82 emas, 73 perak, dan 63 perunggu. Jawa Tengah menyusul di urutan ketiga dengan mengemas 79 emas, 49 perak, dan 67 perunggu. 

Kalimantan Selatan dan Sumatra Utara melengkapi lima besar klasemen akhir. Kalimantan Selatan memperoleh 37 emas, 35 perak, dan 42 perunggu. Sedangkan, Sumatra Utara mengumpulkan 26 emas, 29 perak, dan 13 perunggu.

Pertanyaannya sekarang adalah apa yang didapat dari gelaran Peparnas XVI Papua? Apa yang perlu dilakukan agar Peparnas XVII pada 2024 di Provinsi Aceh dan Sumatra Utara berjalan lebih sukses?

Papua memang layak untuk dipuji karena mampu menyelenggarakan Peparnas XVI secara sukses dan lancar. Mereka mampu menjamin keamanan para atlet dan semua kontingen dari seluruh Indonesia selama event tersebut berlangsung. 

Apresiasi ini perlu diberikan karena di tengah gelaran ini berbagai aksi kekerasan masih sering terdengar dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata. Bahkan, beberapa pekan sebelum penyelenggaraan Peparnas dan PON 2021, kabar konflik kekerasan tak kunjung surut.

Atlet pun harus berjaga ekstra untuk membangun konsentrasinya. Selain itu, Papua juga mampu menyiapkan venue pertandingan berkelas internasional, salah satunya Stadion Papua Bangkit dan arena Aquatic. 

Menjaga fasilitas-fasilitas olahraga berkelas internasional yang sudah dibangun di Papua tentu menjadi pekerjaan rumah selanjutnya bagi pemerintah setempat dan rakyat Papua.

Imbauan dari Gubernur Papua Lukas Enembe agar rakyat Papua ikut menjaga fasilitas tersebut layak didukung. Pasalnya, anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan berbagai fasilitas tersebut lebih dari Rp 3 triliun. Sebuah kesia-siaan jika hal tersebut tak dirawat dengan baik.

Di luar kesuksesan Papua menyelenggarakan Peparnas serta seruan menjaga fasilitas olahraga yang sudah dibangun, ada yang lebih penting dari sekadar itu, yaitu Komite Paralimpiade Nasional Indonesia harus memastikan atletnya tetap terpantau dan mendapatkan pembinaan dengan baik di daerahnya masing-masing.

Aceh dan Sumut tentu punya peluang menjadi tuan rumah yang lebih baik dari Papua tiga tahun mendatang. Sebab, situasi keamanan mereka stabil dibandingkan dengan Papua. 

Mereka juga harus segera bergegas menyiapkan fasilitas olahraga terbaik agar para atlet bertanding dengan nyaman. Aceh dan Sumut juga mulai melakukan pembinaan kepada calon atlet yang akan diturunkan di Peparnas 2024.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat