Kondisi Bioskop Ariana di pusat kota Kabul, Afghanistan, yang berhenti beroperasi sejak Taliban mengambil alih kekuasaan Agustus 2021 lalu. | AP Photo/Bram Janssen

Kisah Mancanegara

Bioskop Ariana Kini Menanti Nasib

Taliban melarang musik dan seni lainnya, termasuk film dan bioskop.

OLEH RIZKY JARAMAYA

Papan penanda bioskop yang bersinar terang bergaya 1960-an di Bioskop Ariana, masih kokoh berdiri di pusat Kota Kabul, Afghanistan. Selama beberapa dekade, bioskop bersejarah tersebut telah menghibur warga Afghanistan sekaligus menjadi saksi perang, harapan, dan perubahan budaya.

Sekarang poster-poster film Bollywood dan film aksi Amerika yang dahulu menghiasi papan penanda tersebut telah dicopot. Selain itu, gerbang bioskop ditutup dan Ariana berhenti beroperasi sejak Taliban kembali menguasai Afghanistan, 15 Agustus 2021.

Taliban belum memutuskan apakah mereka akan mengizinkan pemutaran film di bioskop Afghanistan. Hampir 20 karyawan bioskop, yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, masih hadir di tempat kerja.

Mereka tetap mengisi daftar hadir dengan harapan dapat menerima gaji. Bioskop Ariana merupakan salah satu dari empat bioskop di ibu kota yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Kabul. Dengan demikian pegawai Bioskop Ariana merupakan pegawai pemerintah dan digaji oleh negara.

Direktur Bioskop Ariana, Asita Ferdous, tidak diizinkan masuk bioskop. Taliban memerintahkan pegawai pemerintah yang perempuan untuk tidak kembali ke tempat kerja, sehingga mereka tidak bergaul dengan laki-laki.

photo
Asita Ferdaus, direktur Bioskop Ariana di Kabul, Afghanistan yang tak boleh bekerja sejak Taliban berkuasa. - (AP Photo/Bram Janssen)

Ferdous yang berusia 26 tahun adalah bagian dari generasi muda Afghanistan pasca-2001. Ia bertekad untuk mengukir ruang lebih besar bagi hak-hak perempuan.

Kembalinya Taliban telah menghancurkan harapan kaum perempuan Afghanistan. Selain direktur bioskop, dia juga seorang pelukis dan pematung. “Saya menghabiskan waktu untuk membuat sketsa, dan menggambar. Saya tidak bisa melakukan pameran lagi," ujar Ferdous.

Ketika menguasai Afghanistan pada periode 1996-2001, Taliban melarang musik dan seni lainnya, termasuk film dan bioskop. Ketika kembali berkuasa, mereka berkomitmen untuk melakukan perubahan.

Namun hingga saat ini, perubahan tersebut masih belum nampak. Taliban tidak mengizinkan perempuan untuk bekerja.

Bioskop Ariana dibuka pada 1963. Seorang penduduk Kabul, Ziba Niazai, mengingat kembali momen saat dia pergi ke Bioskop Ariana. Niazai mengatakan, dia pergi ke Ariana pada akhir 1980-an, selama pemerintahan Presiden Najibullah yang didukung Soviet. Ketika itu, ada lebih dari 30 bioskop di seluruh negeri.

Bagi Niazai, bioskop adalah pintu masuk ke dunia yang berbeda. Niazai bercerita bahwa dia berasal dari sebuah desa di wilayah pegunungan. Ketika sudah menikah, suami Niazai membawanya pindah ke Kabul.

photo
Rahmatullah Ezati menggulung rol film di Bioskop Ariana, pada Senin (8/22/2021). Para pekerja masih mendatangi bioskop tersebut meski sudah dihentikan operasinya oleh Taliban. - (AP Photo/Bram Janssen)

“Banyak pasangan pergi ke bioskop, dan bahkan tidak ada bagian terpisah, Anda bisa duduk di mana pun Anda mau," kata Niazai, yang sekarang berusia akhir 50-an.

Perang saudara pun bergolak. Kaum Mujahidin menggulingkan Najibullah pada 1992. Ketika itu, Bioskop Ariana rusak berat. Kondisi ini disusul dengan kekuasaan Taliban pada periode pertama 1996-2001.

Kebangkitan Bioskop Ariana terjadi setelah penggulingan Taliban dalam invasi pimpinan AS pada 2001. Pemerintah Prancis membantu membangun kembali bioskop pada 2004.

Ariana memiliki tiga pertunjukan dalam sehari. Film terakhir diputar pada sore hari, dengan harga tiket 50 afghanistan atau sekitar 50 sen. Penontonnya kebanyakan laki-laki.

Ferdous ditunjuk sebagai direktur Ariana lebih dari setahun yang lalu. Ketika Ferdous datang ke Ariana, para staf pria terkejut. Tetapi mereka sangat kooperatif dan telah bekerja dengan baik.

Ferdous fokus untuk membuat bioskop lebih ramah bagi wanita. Mereka mendedikasikan satu sisi auditorium untuk pasangan dan keluarga. Ferdous menempatkan penjaga wanita agar penonton wanita merasa lebih nyaman. Sejak saat itu, pasangan mulai datang ke bioskop secara reguler.

Sekarang semua kegiatan di Ariana terhenti. Deretan kursi merah yang biasanya ramai dengan penonton, kini berada dalam kegelapan yang sunyi.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat