Warga meletakkan ember di antrean untuk diisi air bersih bantuan dari Pemprov Jawa Barat di Desa Kertajaya, Garut, Jawa Barat, Rabu (11/8/2021). Sedikitnya enam ribu jiwa dari 13 Rukun Warga di Desa Kertajaya tersebut mengalami kekurangan pasokan air bers | ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj.

Filantropi

Air Bersih untuk Masyarakat

Di Indonesia, ketersediaan air bersih belum seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas.

 

Air bersih menjadi unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Lebih dari setengah tubuh manusia terdiri dari air. Tidak hanya untuk dikonsumsi, tapi air juga digunakan manusia untuk kebutuhan penting lainnya, seperti sanitasi, produksi, ataupun kegiatan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, ketersediaan air bersih belum seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas. Dampaknya, banyak masyarakat di wilayah sulit air harus bersusah payah memenuhi kebutuhan air bersih harian.

Walaupun Indonesia terletak di wilayah tropis dengan curah hujan tinggi, hal itu tidak menghindarkan masyarakat dari kesulitan air bersih. Seperti yang dirasakan masyarakat Desa Cupang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon. 

Terletak di dataran tinggi, tidak serta-merta memudahkan masyarakat mendapatkan sumber mata air yang bisa dimanfaatkan bersama. Distribusi dari sumber mata air menuju rumah warga menjadi kendala yang selama ini belum terpecahkan. 

Terlebih desa didominasi dengan batuan keras yang menyulitkan membuat sumur mata air dari dalam tanah. Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Generali menyalurkan wakaf air bersih dari salah satu nasabahnya, yaitu Almarhum Engkan Karnaen di Desa Cupang. 

Wakaf air bersih yang dimaksud merupakan pipanisasi dari sumber mata air dan pembangunan fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) untuk warga desa agar dapat dimanfaatkan bersama. Manajemen Sahabat Berbagi Dompet Dhuafa, Agus Ismail, mengatakan, dari hasil survei langsung, wakaf air bersih dapat bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Mereka yang selama ini terkendala air sudah mulai memanfaatkan air dari wakaf melalui Dompet Dhuafa. 

“Tentunya ini akan membuat semangat yang luar biasa untuk kita semua. Wakaf itu merupakan pahala yang seharusnya sangat dirindukan oleh seluruh umat Muslim," kata Agus.

Head of Strategic Acquisitions, Affinity, &Bancassurance Generali, Nano Sutrisno, juga mengajak seluruh masyarakat terutama umat Muslim untuk memulai melakukan perjalanan wakaf. Nano melihat besarnya dampak positif wakaf untuk menjadi solusi alternatif bagi banyaknya problematika di masyarakat. “Pilih lembaga yang tepercaya dalam mengelola aset wakaf dengan tepat sasaran,” kata Nano.

Pemilihan lokasi wakaf bukan tanpa alasan. Dompet Dhuafa Jawa Barat selaku pelaksana program menjelaskan bagaimana riset dan survei yang dilakukan telah menge depan kan kebutuhan masyarakat sekitar. Permasalahan air bersih di Desa Cupang adalah sesuatu yang harus dientaskan demi ke sejahteraan masyarakat. Sebab, tanpa ada air bersih, masalah baru akan datang, seperti ma salah kesehatan karena buruknya sanitasi. Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Barat, Andriansyah, mengatakan, tempat ini dipilih karena adanya kebutuhan air bersih di desa tersebut. 

“Kita semua tahu air bersih adalah kebutuhan utama bagi manusia, jadi kita bisa sama-sama mengetahui berapa membutuhkannya desa ini kepada air bersih,” kata Andriansyah.

Berdirinya fasilitas MCK dan terpipa nisasinya air bersih kerumah-rumah warga jelas sangat memudahkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan minum, memasak, mandi, dan mencuci menjadi mudah dan lebih bersih dibandingkan sebelumnya. Sebanyak kurang lebih 152 jiwa di Desa Cupang merasakan manfaat dari wakaf air bersih ataupun pipanisasi dari Generali dan Dompet Dhuafa.

photo
Warga mengambil air untuk keperluan sehari-hari di sumur untuk umum warga Dusun Sawit, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (15/9). Setiap kemarau warga Dusun Sawit bergantung pada salah satu sumur untuk umum ini. Setiap pagi dan sore warga bergantian mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Pasalnya, saat musim kemarau sumber air warga mengering. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Dompet Dhuafa membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada siapa saja yang memiliki visi untuk membantu sesama. Program pipanisasi air bersih ini memberikan contoh tentang bagaimana manfaat dari wakaf yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan masyarakat banyak. 

Kesulitan menemukan sumber mata air juga terjadi di Desa Suro, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah. Dompet Dhuafa Jawa Tengah turut berupaya membantu mengirim bantuan air bersih. DD meresmikan Sumur Bor Air Untuk Kehidupan untuk dimanfaatkan oleh warga Desa Suro. Air Untuk Kehidupan merupakan sebuah program gagasan Dompet Dhuafa dengan kebaikan para donatur, yang bertujuan membantu masyarakat yang sedang mengalami paceklik air dengan prinsip gotong royong. Bentuk Program Air Untuk Kehidupan meliputi pembuatan sumur bor, pipanisasi, dan penampungan air, distribusi air bersih, dan tempat penampungan air hujan.

Direktur Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Purwokerto Dompet Dhuafa Jateng, Titi Ngudiati, mengatakan, di atas tanah wakaf milik salah satu warga ini, Dompet Dhuafa membangun sumur bor dengan kedalaman sumur 70-80 meter, dengan penampungan air sebesar 2.000 liter." Dengan kapasitas tersebut, sumur bor dan penampungan air bersih ini dapat digunakan untuk 370 KK dan sekitar 1.500 jiwa di dua RT, yaitu RT 3 dan 4 RW 4 Dusun Gabu Kulon Desa Suro," katanya.

Dalam memperluas manfaat dari aset wakaf ini, LKC Purwokerto Dompet Dhuafa Jateng membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pengelolaan Air Bersih. Dengan pembentukan KSM ini, warga tidak perlu mengambil air dengan ember karena air bersih dialirkan ke rumah masing-masing.

Pembentukan KSM ini bekerja sama dengan Pamsimas Desa Suro yang hari ini masih terbatas dalam kapasitas distribusi air bersih melalui jaringan sumur bor yang dibuatnya. “Kerja sama yang dilakukan, yaitu dengan pemanfaatan jaringan pipa induk,” terang Titi. 

 
Kita semua tahu air bersih adalah kebutuhan utama bagi manusia, jadi kita bisa sama-sama mengetahui berapa membutuhkannya desa ini kepada air bersih. 
 
ANDRIANSYAH, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Barat,
 

 

Waspada Bencana Alam

photo
Bupati Indramayu Nina Agustina (tengah) melihat peralatan saat apel gelar pasukan kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (9/11/2021). Apel tersebut guna meningkatkan kesiapan menghadapi bencana saat musim hujan di Kabupaten Indramayu seperti banjir, longsor, gelombang ekstrem dan abrasi. - (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Indonesia menduduki peringkat ke-35 untuk negara yang rawan akan bencana. Didukung dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, timbulnya bencana memiliki risiko yang cukup memakan banyak korban. 

Tercatat data statistik oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) sampai bulan September 2021, sudah terjadi 1.969 kejadian bencana yang menimbulkan 6.208.250 korban jiwa baik yang menderita dan mengungsi, 583 korban jiwa meninggal ataupun hilang. 

Dengan ini, untuk mengantisipasi terjadinya bencana, diperlukan upaya penanggulangan bencana, dan wawasan mengenai mitigasi bencana. Untuk mendukung kemajuan-kemajuan dalam upaya penanggulangan bencana, krisis dan isu-isu kemanusiaan, LSPR Communication & Business Institute, berkolaborasi dengan Indonesia Resilience (Ires) melaksanakan program kegiatan “Proyek Kemanusiaan – LSPR Peduli”. 

Proyek ini merupakan sub program dalam kegiatan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PK-KM) dari Ditjen Dikti yang dimenangkan oleh LSPR Institute. Program ini elah dilaksanakan serangkaian kegiatan sebelumnya seperti //webinar// sejak Agustus 2021. Puncak kegiatan dalam sub program ini adalah kegiatan-kegiatan sosial yang akan dilaksanakan secara langsung di Desa Taman Jaya, Pandeglang, Banten pada 15-19 November 2021

Penanggung Jawab dan Ketua Pelaksana PK-KM Proyek Kemanusiaan LSPR Peduli, Patricia Vicky Sihombing, MSi, menyampaikan, program utama dalam kegiatan ini adalah menyalurkan donasi serta melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk interpersonal komunikasi dengan pihak mitra, khususnya dalam hal ini adalah masyarakat yang terdampak. 

Menurutnya, proses penanggulangan bencana dengan prinsip kolaborasi merupakan bagian penting dari terbentuknya masyarakat yang tangguh. “Bencana bagi Indonesia tidak bisa terlepaskan, karena hampir setiap harinya ancaman terkait bencana terus membayang-bayangi masyarakat Indonesia,” ujar Patricia. 

Senada, Direktur Eksekutif Indonesia Resilience, Hari Akbar Apriawan, menyampaikan, upaya-upaya dalam penanggulangan bencana harus dilakukan secara kolaboratif agar Indonesia tangguh bukan hanya sekedar wacana. “Semoga usaha bersama yang dilakukan menjadi titik balik bagi kita semua sadar akan bencana di Indonesia dan memulai penanggulangan sedini mungkin.”

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat