Sejumlah pekerja menyusun karung berisi pasir untuk tanggul sementara di aliran kali Cakung di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (4/11/2021). Tanggul sementara itu untuk mencegah luapan air kali yang menyebabkan banjir. | ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/nz

Tajuk

Cegah Dini Bencana Alam

Pencegahan secara dini bencana alam dengan sendirinya bisa dilakukan kita semua.

Bencana alam yang dipicu tingginya curah hujan di sejumlah daerah beberapa hari terakhir menyebabkan banjir dan tanah longsor. Banjir menjadi bencana alam paling mendominasi sepanjang 2021 yang diikuti angin beliung dan tanah longsor.

Sekitar dua pekan lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, perkiraan kenaikan curah hujan yang cukup drastis. Di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, BMKG memprediksi curah hujan mengalami kenaikan 70 hingga 100 persen.

Data yang dihimpun BMKG sejak tahun lalu menunjukkan, bakal munculnya fenomena La Nina dengan level lemah hingga moderat pada awal November 2021 hingga Februari 2022. La Nina merupakan fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur hingga melewati batas normal.

Kondisi ini menyebabkan pergerakan sirkulasi udara lembap mengalir lebih kuat dari Samudra Pasifik ke arah Indonesia. Dampaknya, banyak terbentuk awan di wilayah Indonesia sehingga curah hujan meningkat di sejumlah daerah.

Suhu muka laut di Samudra Pasifik memang memperlihatkan kondisi makin dingin yang mengindikasikan menguatnya fenomena La Nina.

 
Suhu muka laut di Samudra Pasifik memang memperlihatkan kondisi makin dingin yang mengindikasikan menguatnya fenomena La Nina.
 
 

Prediksi BMKG dua pekan lalu itu terjadi saat ini dengan intensitas curah hujan yang meninggi. Kendati menurut BMKG, intensitas curah hujan periode saat ini sejatinya mirip kondisi November tahun lalu, yakni 70 persen di atas normal.

Beberapa hari lalu, banjir bandang di wilayah Kota Batu, Jawa Timur, menyebabkan tujuh warga meninggal. Hujan deras di wilayah Kota Batu mengakibatkan aliran deras Sungai Brantas yang melewati kota tersebut.

Air sungai pun meluap dan menyapu perkampungan warga di wilayah Kota Batu. Sejumlah permukiman padat penduduk di Kota Malang terkena sapuan luapan sungai. Sekitar 600 keluarga di Kota Malang dilaporkan terdampak banjir ini.

Banjir bandang juga menerpa beberapa kampung di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Sebanyak 355 kepala keluarga atau sekitar 1.200 jiwa terdampak banjir yang mengakibatkan salah satu jembatan terputus diterjang banjir.

Di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, banjir meredam sejumlah wilayah. Ketinggian banjir di sejumlah titik bahkan mencapai dua sampai tiga meter. Banjir di Sintang ini dilaporkan menyebar ke 12 kecamatan, sekitar 140 ribu warga terdampak banjir.

Pada Rabu (10/11), banjir bandang menerjang permukiman padat penduduk di Gang Sukaluyu, Kota Bandung, Jawa Barat. Banjir terjadi dipicu hujan deras. Kita berharap bencana banjir di beberapa daerah itu tak meluas seiring tingginya intensitas curah hujan.

Ada beberapa faktor yang mengakibatkan bencana banjir ini. Di antaranya, daya dukung tata kota, kerusakan lingkungan di wilayah hulu dan hilir, serta pola hidup masyarakat setempat.

 
Pemerintah daerah setempat mesti memikirkan lansekap permukiman, wilayah khusus industri, daerah resapan, dan pembangunan kota yang ramah pada lingkungan.
 
 

Daya dukung tata kota terkait dengan bagaimana konsep pembangunan wilayah. Pemerintah daerah setempat mesti memikirkan lansekap permukiman, wilayah khusus industri, daerah resapan, dan pembangunan kota yang ramah pada lingkungan.

Faktor kerusakan lingkungan di wilayah hulu juga berperan besar bagi munculnya bencana alam. Jika hutan dibabat serampangan, daerah pegunungan dibangun permukiman penduduk tanpa memperhatikan keseimbangan alam, bencana alam bakal menerjang.

Demikian pula kerusakan alam di wilayah hilir. Hal serupa yang bisa memicu bencana alam.

Tak kalah penting adalah pola hidup masyarakat yang abai terhadap alam. Pengetahuan dan pemahaman yang minim bahwa kelestarian alam juga berarti kelanggengan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, bisa berdampak pada kehancuran lingkungan.

Tokoh agama ataupun pejabat publik harus menjadi teladan bagaimana alam dan lingkungan haruslah dirawat. Pada era teknologi digital saat ini, peran influencer pun menjadi keniscayaan. Mereka bisa menjadi penentu opini publik.

Kesadaran bersama merawat lingkungan sekitar merupakan kemestian. Pencegahan secara dini bencana alam dengan sendirinya bisa dilakukan kita semua. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat