Cover Dialog Jumat edisi 5 November. Menarasikan Ilmuwan Muslim | Tahta Aidilla/Republika

Laporan Utama

Menarasikan Ilmuwan Muslim

Butuh narasi bersama untuk meletakkan ilmuwan Muslim sebagai guru dan inspirasi generasi mendatang.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Para ilmuwan Muslim mulai diperkenalkan seiring tumbuhnya lembaga pendidikan Islam. Meski demikian, nama-nama seperti Al Khawarizmi hingga Ibnu Sinna belum bisa menggantikan para ilmuwan Barat dalam kurikulum pendidikan mainstream. Butuh narasi bersama untuk meletakkan para inventor tersebut sebagai guru dan inspirasi generasi mendatang.

Merajut Peradaban Lewat Saintis Muslim

 

Dunia Islam memiliki segudang ‘ulama sains’ dengan banyak karya raksasa yang menginspirasi berdirinya fondasi ilmu pengetahuan modern. Meski demikian, banyak generasi muda Muslim yang tidak mengenal mereka. Nama-nama ilmuwan Barat justru mendominasi kurikulum yang dikonsumsi generasi muda sekarang.

Untuk mengenalkan ilmuwan Muslim, Madrasah TechnoNatura Depok menyelipkan materi tentang pengenalan tokoh-tokoh saintis Muslim dan teori-teori yang ditemukan kepada para siswanya. Kepala Madrasah TechnoNatura Rustamaji mengatakan, terdapat pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan melahirkan para inventor dengan penemuan-penemuan unggul di madrasah tersebut.

Sebelum proyek dimulai, para pengajar akan mengenalkan terlebih dulu sosok ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pengenalan ilmuwan-ilmuwan Muslim juga dilakukan ketika pelajaran sains di kelas.

Biasanya, Rustamaji menjelaskan, materi tentang ilmuwan Muslim dan teori-teorinya diberikan ketika akan mengulas salah satu bab dalam mata pelajaran sains. Dia memisalkan, guru akan mengulas sosok Al Khawarizmi ketika akan mempelajari geometri.

"Itu menjadi penyemangat bagi mereka mengenal ilmuwan Muslim. Karena saya menemukan banyak sekali siswa siswi yang minder kalau kita bicara sains dan teknologi. Karena mereka melihat sekelilingnya Barat itu dominan. Dia lupa dulu pernah saintis Muslim berjaya," kata Rustamaji kepada Republika beberapa waktu lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Menurut Rustamaji, pengenalan saintis Muslim dan penemuannya perlu untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut dinilai bisa membangkitkan semangat para siswa mempelajari sains sekaligus untuk membangkitkan rasa percaya diri mereka.

Ternyata, perkembangan sains dan teknologi tidak lepas dari kontribusi para ilmuwan Muslim. "Banyak ilmu yang dilahirkan zaman itu masih relevan sampai sekarang. Jadi kita bisa belajar prosesnya sehingga bisa melakukan inovasi di bidang lain," kata Rustamaji.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) Afrizal Sinaro mengusulkan agar lembaga pendidikan Islam kembali memperkenalkan para saintis Muslim dan teori-teorinya kepada para siswa. Afrizal berharap, karya-karya raksasa mereka bisa membangkitkan rasa bangga generasi muda sekarang terhadap peradaban Islam.

Menurut Afrizal, kebanyakan lembaga pendidikan lebih memilih mengenalkan tokoh-tokoh saintis Barat ketimbang para penemu Muslim. Padahal, sejarah telah mencatat ada banyak ilmuwan Muslim yang menghasilkan karya yang menginspirasi para ilmuwan modern.

"Akibat pendidikan kita berkiblat ke Barat, maka pengenalan tokoh saintis dan materi pelajaran sains di sekolah hampir semua mengenalkan teori ilmuan Barat. Padahal sejatinya ilmuwan Barat itu belajar dari ilmuwan atau saintis Islam," kata Afrizal.

Dia menjelaskan, minimnya referensi dan buku-buku tentang tokoh ilmuwan Islam juga menjadi penyebab rendahnya wawasan para guru di sekolah Islam dalam mengajarkan ilmu pengetahuan sains kepada siswa. "Saya mengusulkan bagi lembaga pendidikan Islam, madrasah dan pesantren sudah saatnya untuk memberikan penguatan pembelajaran ilmu pengetahuan sains Islam," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Upaya sejumlah lembaga pendidikan Islam untuk memperkenalkan kembali tokoh-tokoh saintis Muslim dinilai sangat baik untuk membentuk karakter positif siswa. Psikolog pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Dr Nurul Hidayah mengatakan, siswa dapat mempelajari bagaimana ilmuwan Muslim berkontribusi dalam membangun peradaban.

Selama ini para siswa lebih populer mengenal tokoh-tokoh ilmuwan Barat. Padahal, ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat di negara-negara Barat baru pada abad ke-15 sampai abad ke-16 atau disebut periode renesains.

Jauh sebelum itu, dunia Islam memiliki banyak ilmuwan termasyhur yang mendorong kejayaan perkembangan pengetahuan yang puncaknya terjadi pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Tokoh-tokoh ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Al Khawarizmi berada di antara deretan ilmuwan Muslim yang karya-karyanya telah menginspirasi para ilmuwan modern.

Di samping profil dan karya ilmuwan Muslim tersebut, Nurul menjelaskan, hal yang tak kalah penting adalah memperkenalkan karakter dan kepribadian ilmuwan Muslim kepada para siswa. “Bagaimana daya juang mereka untuk mencari ilmu di masa itu, keistqamahan, itu juga merupakan karakteristik positif yang perlu ditanamkan kepada anak didik," kata Nurul.

 
Bagaimana daya juang mereka untuk mencari ilmu di masa itu, keistqamahan, itu juga merupakan karakteristik positif yang perlu ditanamkan kepada anak didik.
 
 

Tidak hanya itu, Nurul menilai, para pengajar juga bisa mengenalkan kepada para siswa tentang bagaimana para ilmuwan Muslim memiliki keterbukaan terhadap pendapat yang berbeda dan betapa mereka menghargai ilmu. Kejeniusan mereka juga dikenal karena menguasai lebih dari satu disiplin keilmuan. Hal itu juga dapat menjadi motivasi tersendiri untuk diajarkan pada para siswa.

Nurul menjelaskan, perlu cara-cara baru untuk mengenalkan sosok para ilmuwan Muslim kepada generasi sekarang. Dia mencontohkan, materi dalam bentuk visualisasi sehingga menarik minat anak-anak untuk mengenal lebih dekat tokoh ilmuwan Muslim.

"Sehingga bagaimana menghadirkan kembali sosok ilmuwan Muslim ini menggunakan media yang sesuai dengan anak-anak saat ini. Bisa dibuatkan misalnya video animasi yang bagus dan menggugah minat anak-anak untuk menyimak dan mempelajari lebih jauh," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat