Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (1/9/2021). | ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Internasional

20 Negara Siap Tinggalkan Energi Fosil

Komitmen di COP26 ini akan menutup keran investasi di proyek energi berbasis bahan bakar fosil.

GLASGOW – Sebanyak 20 negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada, Kamis (4/11), berkomitmen untuk menyetop pendanaan publik di proyek berbasis energi fosil. Komitmen yang diungkap di ajang COP26 ini menyebutkan, mereka akan mengalihkan pengeluaran ke sektor energi bersih.

“Kami akan mengakhiri dukungan baru yang diberikan langsung terhadap sektor energi berbasis fosil yang bersifat unabated hingga akhir 2022,” kata mereka di COP26, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB di Glasgow, Skotlandia.

Kata unabated tersebut disematkan pada proyek energi. Artinya, dapat dipahami sebagai proyek pembakaran bahan bakar fosil yang tidak menggunakan teknologi untuk menangkap hasil emisi CO2.

Para pegiat lingkungan menyebut komitmen ini “langkah bersejarah”. Alasannya, komitmen itu akan menutup keran investasi untuk proyek-proyek energi berbasis bahan bakar fosil. Namun, komitmen ini masih belum menyertakan negara-negara besar di Asia yang dianggap amat bertanggung jawab dalam proyek semacam itu.

Komitmen ini dinilai memiliki skalah lebih luas dari komitmen G20 yang baru lalu. Jika G20 hanya berkomitmen menghentikan pendanaan proyek berbasis batu bara, komitmen COP26 ini menyebut energi berbasis fosil yang artinya meliputi batu bara, minyak bumi, dan gas.  

Dari 20 negara tersebut terdapat AS, Kanada, Denmark, Italia, Finlandia, Kosta Rika, Ethiopia, Selandia Baru, dan Marshall Islands. Termasuk juga di dalamnya adalah lima lembaga pembangunan termasuk European Investment Bank dan East African Development Bank.

Negara-negara penandatangan komitmen itu telah berinvestasi rata-rata 18 miliar dolar AS per tahun di proyek-proyek berbasis bahan bakar fosil. Menurut lembaga penganalisis nirlaba Oil Change International, investasi itu terjadi pada kurun waktu 2016-2020.

Inggris menyatakan, investasi langsung pemerintah di sektor energi fosil di luar negeri akan dihentikan tahun ini. Hal serupa diungkap Denmark, Rabu. Namun, ada kekecualian, yaitu sejumlah proyek gas alam hingga 2025, tapi dengan penerapan “syarat ketat”.

Menurut Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), menghentikan investasi pada proyek berbasis minyak bumi, batu bara, atau gas adalah sangat penting. Tujuannya adalah untuk mencapai emisi global net-nol hingga 2050.

Menurut para ahli, batas itu diperlukan agar suhu global bumi tidak akan naik melebihi 1,5 derajat Celcius dibandingkan era pra-industri. Jika lebih tinggi dari itu, pemanasan global dapat menyebabkan bencana dan dampak yang tak mungkin dipulihkan.

Namun, tidak ada negara Asia dalam komitmen COP26 ini. Cina, Jepang, dan Korea Selatan adalah anggota G20 yang selama ini mendukung proyek energi berbasis bahan bakar fosil, terutama minyak bumi dan gas. Sejauh ini, ketiga negara itu baru berkomitmen menyetop pendanaan proyek berbasis batu bara di luar negara mereka.

Untuk mencapai target itu, investasi besar-besaran diperlukan di sektor teknologi hijau. Lembaga riset Bernstein memperkirakan, diperlukan investasi 2 triliun hingga 4 triliun dolar AS pada proyek rendah karbon per tahun hingga 2050.

Soal batu bara

Pada Rabu (3/11) malam, lebih dari 40 negara berkomitmen untuk menyetop investasi pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara. Komitmen itu berlaku dalam dalam dan di luar negeri mereka.

Negara-negara dengan perekonomian besar akan meninggalkan PLTU pada kisaran 2030 mendatang. Sedangkan, negara dengan perekonomian di bawahnya mematok waktu kisaran 2040.

Polandia, misalnya, memilih mematok tenggat pada kisaran 2040. Menurut laman BBC, tenggat itu sejalan dengan kesepakatan pemerintah Polandia dan serikat penambang batu bara untuk menutup semua pertambangan batu bara hingga 2049.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat