Pegawai menghitung uang di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta, Selasa (24/8/2021). Pada semester I tahun 2021 BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun, menyalurkan pembiayaan hingga Rp161,5 triliun dan menc | ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.

Ekonomi

OJK Wanti-Wanti Risiko Bank terkait Keamanan Siber

Sebanyak 2.593 jaringan kantor cabang bank tutup sejak 2017 sampai Agustus 2021.

JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, perkembangan digitalisasi pada sektor perbankan turut memicu timbulnya risiko keamanan siber. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, serangan siber perlu menjadi perhatian pelaku pasar.

Hal ini agar seluruh pihak, baik nasabah maupun bank, tetap terlindungi. OJK pun berencana menerbitkan aturan teknis mengenai keamanan siber, manajemen risiko, dan perlindungan data.

"Kita melihat dan sudah mulai kejadian ransomware (perangkat pemerasan). Kita ingin berikan perlindungan dua sisi kepada bank dari serangan hacker dan perlindungan kepada nasabah,” ujar Heru pada Selasa (26/10).

Risiko lain yang juga muncul adalah kebocoran data perbankan mengenai data nasabah. Menurut Heru, penguatan keamanan siber juga butuh kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Bank Indonesia, dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Isu keamanan siber menjadi salah satu sorotan dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan yang telah diluncurkan OJK. Hal itu diharapkan dapat menjadi panduan dan operasionalisasi perbankan digital. Heru menilai, transformasi digital menjadi sebuah keharusan agar perbankan tidak tergerus perkembangan zaman.

OJK mencatat, sebanyak 2.593 jaringan kantor cabang bank tutup sejak 2017 sampai Agustus 2021. Hal ini terjadi seiring transformasi digital perbankan.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat mengatakan, Indonesia telah memasuki era industri 4.0. Hal ini kemudian membuat bank secara intensif mengkaji ulang model bisnis tradisional. Apalagi, Teguh menambahkan, proses digitalisasi terjadi semakin masif selama pandemi Covid-19.

Bank harus merespons dengan cepat dan efisien terhadap tuntutan perubahan nasabah dengan menawarkan layanan yang inovatif, aman, dan sederhana. “Dapat kami sampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kami melihat perbankan nasional telah mulai melakukan suatu transformasi digital, termasuk mengembangkan layanan dan produk digital,” kata Teguh.

OJK menyebut, saat ini pergeseran layanan perbankan mulai terlihat dari peningkatan transaksi yang dilakukan nasabah melalui mobile banking dan internet banking. Tercatat, sejak 2016 sampai Agustus 2021, lonjakan nilai transaksi SMS atau mobile banking sebesar 300 persen. Teguh mengatakan, transaksi internet banking juga mengalami peningkatan pada periode yang sama. Tercatat, nilai kenaikan mencapai 50 persen.

"Transaksi internet banking meningkat dari Rp 13.223 triliun pada 2016 menjadi Rp 20.096 triliun pada Agustus 2021 atau naik sekitar 50 persen," ungkapnya.

Kemudian, transaksi uang elektronik pada 2020 melonjak signifikan dari Rp 5,28 triliun menjadi Rp 204,9 triliun. OJK juga mencatat peningkatan layanan perbankan elektronik dan perbankan digital. Dia memerinci, terdapat 85 perbankan elektronik dan layanan perbankan digital pada 2018, kemudian naik menjadi 112 perbankan elektronik dan layanan perbankan digital pada 2019, dan menjadi 124 layanan perbankan elektronik dan layanan perbankan digital pada 2020.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan, transaksi perbankan melalui kanal digital mengalami kenaikan luar biasa. Menurutnya, semakin sulit memprediksi angka kenaikan transaksi digital ke depannya.

"Dibandingkan September tahun lalu sampai September 2021, hide transaction digital naik 89 persen year on year (yoy). Jadi, saya menyerah kalau harus proyeksi karena yang ada saja bikin kaget," ujar Jahja.

BCA memiliki beberapa inovasi digital, antara lain, aplikasi myBCA dan bank digital Blu. BCA juga meluncurkan aplikasi haloBCA dan merchantBCA pada Juli 2021.

Pada September 2021, BCA juga meningkatkan modal anak perusahaan bank digitalnya sebesar Rp 2,7 triliun menjadi Rp 4 triliun. Kehadiran bank digital diharapkan dapat memenuhi beragam kebutuhan nasabah serta memperluas ekosistem digital yang dimiliki perseroan.

Akan tetapi, Jahja menilai, keberadaan kantor cabang tetap dibutuhkan. Dia menyebut, meski saat ini pembukaan rekening sudah bisa dilakukan secara daring, kantor cabang BCA tetap masih dibanjiri nasabah yang ingin memanfaatkan layanan luring.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat