ILUSTRASI Maulid Nabi sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat Muslim, baik global maupun di Tanah Air. Bagaimanapun, para ulama berlainan pendapat tentang hukum merayakan maulid. | DOK FLICKR

Hikmah

Kumandang Cinta Rasulullah Muhammad SAW di Berbagai Negeri

Manusia dari berbagai zaman merayakan kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Cinta kepadanya selalu ada, walau dia telah tiada.

ERDY NASRUL; Wartawan Republika

14 abad silam dunia berbahagia. Seorang pendeta bernama Buhaira (Bahira) meyakini akan lahir utusan Allah yang mulia bernama Muhammad. Keyakinan ini menjadi perbincangan ramai. Siapa gerangan Muhammad? Dari rahim siapakah bayi mulia tadi sampai ke dunia? Apa pesan takwa yang akan disampaikannya kepada alam raya?

Kebahagiaan itu ditandai dengan matinya api abadi, suatu peristiwa yang tak pernah terjadi sebelumnya. Juga runtunya keangkuhan Abraha yang dengan congkaknya menggiring balatentara gajah menyerang baitullah, Ka’bah, yang berada di bawah Baitul Makmur. 

Tak ada daya lagi untuk menghadapi legium pasukan yang secara zahir terlihat begitu hebat. Gagah lagi perkasa. Ketika itu Abdul Muthalib kakek Rasulullah memasrahkan rumah suci tadi kepada Sang Pencipta Allah SWT.

Yang Mahakuasa marah. Pasukan pengendara gajah, yang datang berbondong-bondong menggetarkan bumi Hijaz, dan dianggap tak tertandingi tersebut, dikalahkan oleh burung-burung kecil yang melemparkan batu panas. Dengan kuasa Allah, pasukan yang begitu besar dan hebat, hancur berkeping-keping (Surah Al-Fil:1-5). Dan masyarakat Hijaz menyambut kekalahan itu dengan kemenangan.

Masih di Tanah Hijaz, Nur Muhammad yang dihormati Allah dan para malaikat, mewujud dalam bentuk janin, kemudian lahir dalam bentuk bayi mungil dari rahim Aminah. Tangisannya menjadi kebahagiaan alam. Senyuman merekah di mana-mana. Semilir angin menyegarkan pandangan siapa saja yang menyambut kedatangan putra mulia, cucu petinggi Quraisy, keturunan Nabi Ismail dan sosok yang dekat dengan Allah, Ibrahim alayhissalam.

Bayi itu bernama Muhammad. Artinya hamba (Allah) yang terpuji. Kebahagiaan atas lahirnya Muhammad tak berhenti. Dari ibunda Aminah, bayi mungil ini digendong dan disapih Halimatus Sa’diyah. Sang ibu susu begitu menyayanginya, mencintainya sepenuh hati. Walau tak lahir dari rahimnya, wanita Quraisy ini menggendong si bayi, menenangkannya, dan menidurkannya. Begitu bahagia.

Namun kebahagiaan mereka tak banyak dirasakan Muhammad. Beranjak dewasa, Muhammad tumbuh tanpa kasih sayang ayah dan bunda yang lebih dahulu meninggalkan dunia fana. Dia tumbuh sebagai anak yatim piatu. Sang kakek mencoba berperan sebagai ayah bagi cucu tersayang. Ketika Abdul Muthalib wafat, giliran sang paman Abu Thalib menjadi ayah bagi Muhammad. 

 

 

Rasulullah adalah manusia yang tidak seperti manusia biasa. basyarun la kal basyar. 

 

HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL-HABSYI, Penggubah syair-syair Maulid Simtud Duror.
 

Berkat asuhan sang paman, putra tunggal Abdullah bin Abdul Muthalib tumbuh menjadi penggembala. Juga belajar berniaga ke Syam dan berbagai kawasan. Sampai akhirnya al-Mushthafa menjadi pemuda yang matang dan menemukan kekasih tercinta, Khadijah putri Khuwailid. Atas restu berbagai pihak, dua makhluk ini sampai ke mahligai asmara, mengarungi kehidupan sebagai kekasih sampai akhir hayat.

Khadijah begitu setia mendampingi belahan jiwa. Dialah wanita pertama yang mengimani kenabian suaminya, memeluknya dalam kehangatan, dan menenangkan hati Muhammad dengan cinta dan optimisme.

Khadijah menunjukkan cintanya dengan pengorbanan. Dia mengikhlaskan harta dan dirinya untuk Muhammad, kekasih dan penyejuk hatinya.

Selama 24 tahun saudagar wanita ini menyelami lautan kasih sayang bersama Rasulullah. Saling setia dan menguatkan optimisme. Hingga akhirnya, ajal menjemput putri Khuwailid yang mendahului Muhammad, kembali menuju Allah azza wa jalla.

Ketika itu hati Muhammad dipenuhi kesedihan. Air mata membasahi wajah. Sambil terduduk di Masjid Suci, dia mendoakan yang terbaik untuk kekasihnya. Namun itu tak juga menenangkan hati, hingga akhirnya Jibril datang menjemput untuk bertamasya ruhani (isra) pada malam hari menuju Baitul Maqdis, dan lanjut menembus langit (Al-Isra: 1) menjumpai para anbiya sebelumnya, hingga sampai kepada Lahut, bertemu dengan Allah SWT, seperti Nabi Adam ketika masih di Surga, dan Nabi Musa ketika di Bukit Tursina.

Dari Isra dan Mi’raj, Rasulullah membawa oleh-oleh shalat setidaknya lima waktu dalam sehari. Rasulullah mencontohkan bagaimana melaksanakannya, mulai takbiratul ihram hingga salam ke kiri dan kanan. 

Para sahabat menirukannya, dan mengajarkannya kepada umat Islam kala itu. Kemudian diwariskan kepada generasi setelahnya melalui para ulama dan auliya’, hingga sampai ke zaman sekarang. Kita melaksanakan shalat seperti yang ditirukan Rasulullah Muhammad 14 abad silam. Dengan mendirikan ibadah itu, kita menjaga legasi Sang Nabi mulia yang namanya tetap hidup hingga akhir zaman.

Dalam mendakwahkan Islam, Rasulullah menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setulus hati habibullah menyampaikan pesan takwa kepada masyarakat Thaif. Namun mereka membalas kearifan itu dengan lemparan batu yang menumpahkan darah. 

Rasulullah melimpahkan cinta, tapi ketulusan itu dibalas dengan caci maki. Menyaksikan keangkuhan masyarakat tadi, malaikat marah. Mereka datang kepada Muhammad dan menyatakan siap membalikkan bumi tempat mereka tinggal. Namun Muhammad melarang itu, karena ketulusan cinta yang tak tergantikan. Dalam pandangannya yang jauh ke depan, Rasulullah optimistis dari rahim orang-orang Thaif akan lahir orang-orang beriman yang hebat. Benar saja. Kota Thaif yang dipenuhi kesejukan menjadi persemaian umat Islam. Sekarang ini menjadi daerah yang dipenuhi Kaum Muslimin. 

Tanahnya subur menghasilkan zaitun, peach, delima, dan gandum terbaik. Hawanya sejuk, sehingga menjadi destinasi wisata banyak orang yang jenuh dengan terik mentari Tanah Arab. Budayanya terjaga sehingga orang Arab datang ke sana untuk bersyair dan menunjukkan kelembutan bahasa lisannya di Suk Okkaz.

Medan dakwah Muhammad luar biasa penuh tantangan. Di hadapannya terdapat masyarakat penyembah berhala dan oligarkhi yang begitu kuat: para kapitalis yang angkuh, tapi dihormati dan diikuti langkahnya oleh masyarakat.

Tak gentar menghadapi mereka, Muhammad perlahan mengikis budaya jahiliyah mereka. Seruannya adalah mengimani Allah yang Mahaesa, yang tidak beranak dan diperanakkan. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang disembah. Kemudian mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dakwah itu diterima sebagian orang. Hari demi hari ada saja orang datang dan menyatakan keimanan kepadanya. Mereka datang dari berbagai daerah, seperti Yatsrib yang berjarak 400-an kilometer dari Makkah. Dengan susah payah mereka datang demi mendengarkan langsung pesan takwa dan menyampaikan keimanan mereka kepada Sang Nabi.

Seiring pengaruh Muhammad semakin besar, kaum kafir kian terusik. Mereka pun memerangi kekasih Allah. Tak diam, umat Islam kala itu menyusun operasi intelijen. Malam hari, Ali bin Abi Thalib berpura-pura sebagai Muhammad tidur di rumah. Sedangkan Rasulullah diam-diam berangkat hijrah ke Yatsrib. 

Pasukan kafir menggeledah rumah itu dan mencari Muhammad. Namun yang mereka temukan adalah seorang remaja Ali bin Abi Thalib. Malam itu, nafsu yang menggebu-gebu membunuh Muhammad tak tersalurkan.

Tiba di yatsrib, Rasulullah disambut para anshar dengan gembira. Kaum Muslimin di sana, yang terdiri dari para pelaku hijrah dari Makkah (muhajirun) dan penolong yang merupakan warga setempat (Anshar) menyatu. Mereka menjadi keluarga besar umat Islam.

Di kota itu, mereka sama-sama meyakini berutang kehidupan kepada Allah. Harus membayar utang tadi dengan takwa dan pasrah sepenuhnya. Di antara tanda takwa adalah mengikuti Rasulullah yang menjadi panutan dan pemimpin (dayyan) mereka. Yatsrib menjadi tempat orang-orang berutang kehidupan kepada Allah atau disebut Madinah.

Dari Madinah Rasulullah menyebarluaskan Islam. Dengan kuasa Allah, dakwah Muhammad menjadi kekuatan besar. Pasukan umat Islam yang hanya berjumlah tiga ribu orang dalam Perang Badar meluluhlantakkan lima ribu pasukan kafir. Dari situlah pengaruh Islam semakin besar lagi dan mengundang simpati dari berbagai negeri.

Begitu banyak lika-liku dakwah Rasulullah. Keteladanannya tak pernah habis diceritakan. Kaulnya menjadi inspirasi dan penyejuk di tengah kegersangan dan gelombang materialisme yang mendebur perisai batin kita. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi penggubah syair - syair Maulid Simtud Dhuror menyebutnya basyarun la kal basyar (manusia tapi tak seperti manusia biasa)

Pada 1389 tahun lalu Habibullah tutup usia, menghadap Allah mendahului jutaan umat manusia. Rasulullah telah tiada, tapi banyak keturunannya dari rahim sang putri Fatimah Az-Zahra meneruskan dakwah Islam. Dari tanah Hijaz, Islam menyebar menembus sekat dan benteng berbagai kerajaan, hingga sampai ke Nusantara. Kearifan para dzuriyat Muhammad: para ulama dan auliya’ telah menebarkan benih keislaman. Kemudian tumbuh menjadi penyejuk keimanan banyak orang di berbagai zaman.

Sudah 14 abad api dakwah Rasulullah menyala. Bukan menyusut, tapi justru kian membesar, sehingga sampai ke zaman sekarang, zaman di mana umat Islam tak menyaksikan sosok Sang Nabi. Di masa ini, umat Islam hanya bisa merindukan sosok Rasulullah, meniru kebahagiaan seperti orang-orang dahulu menyambut kelahiran putra Abdullah, atau Masyarakat Madinah bergembira menyambut kedatangan Rasulullah bersama kaum muhajirin.

Di bulan ini, Rabiul Awal, Muhammad shallallahu alayhi wa sallam meneteskan air mata ketika lahir, dan menjadi kebahagiaan banyak makhluk. Di bulan ini, sekarang ini, jutaan Muslim memperingatkan kelahiran Sang Nabi, teladan sepanjang zaman, sosok mulia yang tak tergantikan. 

Di tengah kota atau dipojok kampung banyak orang memanjatkan doa. Barzanji, Diba', Simtud Duror, Nariyah, Munjiyat, Ibrahimiyah, Nurul Anwar, dan banyak munajat penyejuk jiwa. 

Di pusat pemerintahan ataupun di pedalaman berbagai kalangan mengakui Muhammad nabi mulia. Dari satu benua ke benua lainnya lantunan shalawat menembus ingar bingar.

Dari Skotlandia dan London, umat Islam berbondong bondong datang ke Kota Bolton mengungkapkan cinta Muhammad. 

Dari Bumi Piramida Mesir, Imam Besar Al-Azhar mengajak semua orang meneladani habibullah. Kepemimpinannya menyejukkan hati setiap orang, wajah sang nabi menenangkan pandangan, dan kaulnya menjadi inspirasi setiap insan.

Para pemimpin dunia, ulama, dan auliya’, menyemarakkan hari lahir kekasih Allah, meneguk air keteladanan darinya, mengambil permata kemuliaan dari sabdanya, dan menjadi insan mulia berdasarkan ajarannya.

 

Rindu kepada Muhammad menjadi perayaan

Kumandang shalawat ungkap kecintaan

Kepada kekasih Allah sang teladan

Yang darinya terpancar ghirah dan kemuliaan

Shalatullah wassalam ala man uhiyal Quran

Wa ahli baytihil kiram wa shahbihi dzawil Quran

photo
Kaum muslim mengikuti doa bersama saat acara Tolak Bala Berkah Mulud di Kampung Sayar, Serang, Banten, Kamis (29/10/2020). Acara tersebut digelar dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad sekaligus memohon pertolongan Allah SWT agar segera menghilangkan pandemi COVID-19. - (ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat