Suasana pesta kembang api saat penutupan PON XX Papua di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (15/10). Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua resmi ditutup oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Maruf Amin dengan juara umum diraih Jawa B | Republika/Thoudy Badai

Olahraga

Harapan Baru dari PON XX Papua

Terselenggaranya PON XX Papua memunculkan optimisme.

Pekan Olahraga Nasional (PON) XX  di Papua telah berakhir. Ajang ini berlangsung selama kurang lebih dua pekan. Tepatnya, dari 2 Oktober hingga 15 Oktober 2021.

Saya tidak berkesempatan melihat gelaran ini dari dekat. Namun, setiap hari, saya menyempatkan waktu untuk memantaunya lewat layar kaca. Entah itu untuk menyaksikan pertandingan atau sekadar mengikuti setiap perkembangan melalui pemberitaan. Saya mencoba merasakan atmosfernya.

Beberapa tahun lalu, saya pernah terlibat peliputan Asian Games 2018 dan SEA Games 2019. Selalu ada antusiasme berbeda ketika berada dalam ajang olahraga multievent seperti itu. Nyaris tak ada rasa kelelahan, kendati harus berganti posisi dalam seharian.

Mungkin, karena menikmatinya jadi tak terasa seperti bekerja. Entahlah. Saya berpendapat, rekan-rekan yang meliput di PON Papua juga merasakan sensasi serupa.

Dalam pandangan umum, PON Papua memberi pesan penting untuk semuanya. Dimulai dari aktivitas para atlet yang tetap optimal di masa pandemi covid-19. Berlanjut ke proses kerja rekan-rekan jurnalis yang luar biasa.

Kemudian, peran efektif pemerintah pusat, daerah, petugas keamanan, relawan, dan tim kesehatan. Selanjutnya, yang tak kalah menariknya adalah kehadiran penonton di berbagai venue. Bahkan, saat final cabang olahraga sepak bola putra antara tuan rumah melawan Aceh, tribun Stadion Mandala Jayapura terlihat penuh. Antusiasme publik seperti menemukan titik klimaksnya.

Saya selalu berupaya memilih sudut pandang menyenangkan dari suatu keadaan. Terselenggaranya PON Papua dengan sejumlah gambaran di atas, memunculkan optimisme. Sebuah asa dan keyakinan menuju kehidupan senormal-normalnya.

Bagi siapa pun yang sering menyaksikan pertandingan olahraga di beberapa negara Eropa, sudah terbiasa dengan tontonan aktivitas normal. Penggemar mendatangi tribun tanpa harus berjaga jarak lagi. Misalnya, setiap pekan, bangku-bangku tribun di setiap laga Liga Primer Inggris selalu penuh.

Tentu, untuk mencapai level tersebut, negara setempat telah melewati berbagai tahapan. Salah satu di antaranya, jumlah warga yang sudah disuntik vaksin lengkap memenuhi ekspektasi. Sehingga, lumrah jika diberikan pelonggaran.

Balik lagi, negara kita terus berproses menuju ke sana. Setiap hari, ada kabar baik dari jumlah kasus aktif Covid-19 yang konsisten menurun. Ditambah dengan suksesnya multievent seperti PON Papua, semakin menghadirkan semangat nyata.

Sebelum ajang tersebut bergulir, para penonton di Tanah Air dilarang mendatangi tribun saat sebuah pertandingan olahraga berlangsung. Itu termasuk kompetisi sepak bola, Liga Indonesia. Dalam dua pekan terakhir, situasi di ujung timur Indonesia menunjukkan sebuah progres positif.

PON Papua seakan membuka jalan menuju kehidupan seperti biasanya. Kehidupan ketika semua orang bisa berkumpul di tempat terbuka tanpa harus menjaga jarak. Ada interaksi melibatkan fisik dan pandangan mata secara langsung.

Itulah yang dirasakan dari gelaran pesta olahraga nasional empat tahunan itu. Semoga saja kehidupan kita benar-benar bisa membaik sebagaimana suksesnya penyelenggaraan PON kali ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat