Sebuah pompa minyak beroperasi di ladang sumur Blok Rokan areal kerja Tanah Putih Tanjung Melawan Rokan Hilir, Riau, Sabtu (31/7/2021). Menjelang berakhirnya kontrak kerja sama PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI) dengan Pemerintah Indonesia pada 9 Agustus | ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Ekonomi

Pertamina Optimalisasi Produksi Blok Rokan

Menteri ESDM meminta Pertamina menjaga produksi Blok Rokan.

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berupaya mengoptimalkan produksi dari Wilayah Kerja (WK) Rokan di Riau. Direktur Utama Subholding Upstream Pertamina Budiman Parhusip mengatakan, perusahaan telah menyiapkan sejumlah rencana kerja masif dan agresif di WK Rokan.

Untuk mengoptimalkan produksi, Pertamina menjaga kinerja base business, program pengeboran yang agresif, digitalisasi untuk terus mendorong efisiensi, dan kajian teknologi pengangkatan minyak tingkat lanjut (EOR).

“Kegiatan operasi WK Rokan sejauh ini berjalan sesuai rencana untuk mengejar target yang ditetapkan,” kata Budiman, Jumat (15/10).

Budiman mengungkapkan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menargetkan pengeboran 161 sumur terhitung sejak alih kelola hingga akhir tahun. Sejauh ini, PHR telah mengebor 57 sumur tajak dengan mengoperasikan 16 rig. “Jumlah rig pengeboran akan terus ditambah untuk mendukung upaya pencapaian target,” ujar Budiman.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta Pertamina untuk menjaga produksi Blok Rokan. Arifin meyakini, blok yang sempat dikelola oleh Chevron tersebut masih memiliki sumber minyak dan gas yang potensial untuk ke depannya.

“Manajemen Pertamina harus melakukan pekerjaan eksplorasi drilling yang masif untuk bisa meningkatkan produksi lagi. Kalau dulu ada program steam flood mungkin ke depannya ada Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR)," ujar Arifin.

Selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur-sumur baru, Arifin juga mengapresiasi upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksi di Rokan. Arifin mendorong Pertamina untuk terus mencari terobosan dan memberikan nilai tambah. Arifin mengingatkan, masyarakat dunia saat ini telah bersepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

 "Kita juga sudah menyepakati kesepakatan Paris dan kita sudah telurkan undang-undang mengenai target pengurangan emisi," ujar Arifin.

Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin mengatakan, fasilitas CGS 10 yang ditinjau Menteri ESDM merupakan stasiun pengumpul minyak terbesar di Lapangan Duri. Fasilitas itu mengolah sekitar 240 ribu barel fluida per hari dan memproduksi minyak sekitar 20 ribu barel per hari. Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan injeksi uap atau steamflood terbesar di dunia yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

"Teknologi ini terbukti berhasil meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri lima kali lebih baik dibandingkan teknologi konvensional," ujar Jaffee.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by